part 13

17 5 1
                                    

Semua yang kita lewati memang tak bisa diulang dari awal, namun apa salahnya untuk mencoba memperbaiki dan memaafkan

***

Mendung

     Nila tersenyum getir, dan memandangi langit. Nila berpikir, apa yang harus dilakukan ketika dirinya bertemu Jingga, bertemu mama dan papa nya juga.

     Lagi-lagi, Nila diajak bermain oleh takdir. Dan, dirinya selalu kalah. Hingga bertemu Jingga, sembrurat warna yang bisa dibilang penyemangat hari-harinya dalam diam, namun hujan asam datang.
   
     Bukan semesta ingin memberikan kesedihan untuk Nila, namun dia lah yang meminta.

     Andai saja Nila menerima Jingga, dan tidak terburu-buru untuk menolak. Hati Nila tidak akan sesakit ini.

     Nila sudah sampai di sekolahnya. Biru hanya menatap nanar adik satu-satunya itu.

"Cewek itu selalu lebay ya?" tanya Biru

"Maksud lo?"

"Capek liat lo dikit-dikit nangis, dikit-dikit lesu. Seolah-olah lo yang paling menderita di dunia ini, seolah-olah Jingga yang nolak lo, seolah-olah mama papa itu udah buang lo"

"Maksud gue bukan git..."

"Dan seolah-olah lo nggak punya siapa-siapa" lanjut Biru memotong perkataan Nila.

Nila terdiam

"Lo itu masih punya gue, jangan alay dengan merasa lo paling menderita sedunia deh. Lo emang cewek, tapi lo harus kuat. Cewek itu diciptain punya hati yang luas, jadiin hati yang luas itu sebagai kebun bunga, bukan lautan" jelas Biru.

     Apa yang dikatakan Biru ada benarnya, atau sebenarnya sepenuhnya benar. Efek PMS Nila membuat dirinya sesensitive ini, dia harus tegar dan belajar menghadapi semuanya.

"Yaudaa, jangan nangis terus. Masuk sana, biar nama lo gak di catet sama pak Sun"

"Iya bang"

     Nila memasuki kelas dengan malas, dirinya berharap agar bisa memperbaiki hubungan dengan orang-orang di sekitarnya. Baik mama, papa, Diva, dan yang terpenting Jingga. Nila telah menyadari kesalahannya, dan perasaannya.

"Jangan dipikirin, fokus sama pelajaran lo aja"

Terdengar suara khas dari Jingga di kelasnya, dan itu memang Jingga.

"Nanti gue ngomong sama dia kak, gue gak terima lo ditolak dengan alasan se absurd itu" ucap Diva.

Menurut Nila, itu tidak absurd.

"Panjang umurnya tuh cewek" ucap Jingga dengan sinisnya, lalu pergi dengan sengaja menubruk Nila.

Se-nyesek itu kah?

"Lo nolak kak Jingga dengan alasan se absurd itu? Lo gak sakit jiwa?" tanya Diva.

"Gak"

"Gue yakin lo suka sama kakak gue?"

"Dia kakak lo?"

"Kenapa lo nolak dia?" Diva membalas dengan kata tanya.

"Karna gue kira dia pacar lo, gue gamau jadi tukang nikung. Gue pake alasan itu buat ngehindar dari dia"

"Astaghfirullah, kenapa lo gak ngomong"

"Gimana nih, gue pingin minta maaf"

"Gue bantu deh, gak sepenuhnya ini salah lo"

Semoga saja, ini tidak semakin rumit.

    

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 03, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

KelabuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang