part 9

44 5 0
                                    

Ada rasa, ada dusta. Perasaan terpendam ini, harus terungkap.

***

     Perasaan antar mereka kian menguat, tapi semua tetap memilih diam. Entah kenapa, Jingga terus di urung gelisah. Memikirkan Nila, kini sudah menjadi rutinitasnya.

     Sebenarnya Jingga sudah yakin akan penghuni hatinya saat ini.

     Namun, apa daya. Jingga tidak punya keberanian untuk mengatakan nya.

"Oiyaa, gue harus nganter Nila. Amanat dari kak Biru" gumam Jingga

     Dan, nampaknya semesta tidak bersahabat. Kini, hujan terus menghampiri.

     Jingga tak memperdulikan hujan yang sampai di koridor itu sedikit membasahi baju nya. Sampai ia di kelas Nila.

"Kak Jingga ngapain di sini?" tanya Nila heran

"Kak Biru meminta saya untuk anter kamu pulang, dia khawatir" jawab Jingga

"Kok repot-repot banget sii kak" ada sedikit perasaan tidak enak di hati Nila

"Jangankan nganter pulang, jagain kamu tiap waktu saya rela" jawab Jingga dengan senyum ikhlasnya, dan tatapan yang begitu lembut tapi masuk ke lubuk hati yang paling dalam disana.

Nampaknya, Nila terkena virus baper sodara-sodara.

"Ayo kita pulang" ajak Jingga

     Mereka jalan tidak berdampingan, Nila memilih untuk sedikit ke belakang. Agar mereka berdua tidak menyadi bahan gosip yang renyah di sekolah.

"Saya pinjem payung dulu, kamu tunggu sini ya" lalu Jingga menuju ruang serbaguna untuk mengambil payung milik OSIS.

"Udah, ayo kita masuk" ajak Jingga

"Kok cepet sih kak" tanya Nila heran. Padahal jaraknya bisa sampai 3 menit jalan cepat. Ini malah cuma kurang dari 1 menit.

"Iya saya lari, saya gamau orang nunggu lama-lama. Apalagi kamu" jawab Jingga yang berhasil membuat pipi Nila memanas.

"Kamu pake jaket saya ya, saya gamau alergi kamu kambuh" tawar Jingga

Perhatian sekali dia

     Aroma parfum Jingga menyelimuti Nila dalam hujan.

Sunyi, diam, sepi.

      Perasaan ini, terus bergumam. Sampaikanlah wahai pemilik hati.

"Saya boleh ngomong ga?" Jingga membuka percakapan.

"Boleh lah kak" jawab Nila cuek

"Saya takut kamu canggung apa gimana gitu" Jingga mulai berkeringat dingin

"Gimana apanya?" dahi Nila berkerut

"Yaa gimana yaa, bingung hehe" Jingga salting plus senyum-senyum sendiri

"Ya tinggal ngomong aja lah kak" Nila penasaran

Ada rasa, ada dusta. Perasaan terpendam ini, harus terungkap.

"Saya suka kamu" jawab Jingga

Nila terdiam

"Saya kagum sama kamu"

Nila masih diam

"Saya mengidamkan kamu"

Nila bisu

"Ntah kenapa, dari awal sampai saat ini saya jatuh hati dengan kamu"

Nila kaku

"Saya gamau bilang ini cinta, saya takut ini hanya kagum semata. Tapi, setidaknya kamu mau kah menjadi kekasih saya?"

Hening di mobil Jingga, menambah dingin suasana.

"Kamu gausah jawab sekarang, karena saya tau. Kamu syok sekali dengan ini, saya terlalu terburu-buru. Yang pasti saat ini, saya kagum kamu, saya suka kamu, saya mendambakan kamu, dan saya akan belajar menyayangi kamu. Agar saya bisa memastikan, bahwa ini bukan sekedar kagum. Ini cinta" jelas Jingga panjang lebar.

     Tak terasa sudah sampai, dan Nila masih membisu sampai disana.

Nila harus apa

KelabuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang