Sudah dua jam Sehun duduk di hadapan gadis yang tampaknya tak memperdulikan kehadirannya ini. Sedari tadi Irene hanya sibuk dengan laptopnya juga buku-buku tebal yang berserakan di meja. Sehun pun sedari tadi hanya bungkam saja, tak mau mengganggu Irene yang nampaknya begitu fokus mengerjakan tugasnya.
Perpustakaan di gedung ilmu sosial cukup ramai hari itu, khususnya dengan mahasiswi. Apalagi kehadiran Sehun di sana menambah pemandangan segar bagi para mahasiswi di sana. Sehun menoleh ke sekelilingnya dan sesekali menebar senyum manisnya.
Beberapa mahasiswi nampak menjerit tertahan begitu melihat senyuman menawan milik Sehun. Sehun sendiri hanya terkekeh geli melihat tingkah aneh para gadis di sana, maklum, gedung teknik jarang memiliki mahasiswi.
"Jadi kamu ke sini untuk tebar pesona?" Tanya Irene. Sehun menoleh menatap Irene yang tidak mengalihkan pandangannya dari laptop.
"Eoh? Aku ke sini untuk memandangimu. Aku hanya membalas senyuman mereka tadi. Apa kamu cemburu?" Tanya Sehun yang tak bisa mengontrol senyum lebarnya.
"Aku cuma bertanya," jawab Irene ketus.
Belakangan ini Sehun memang sering menemani Irene makan, menungguinya mengerjakan tugas di perpustakaan, bahkan tak jarang mengantar gadis itu pulang usai melakukan pengambilan data untuk keperluan tugas kuliahnya. Irene memang seringkali menolak, namun bukan Sehun namanya kalau ia tak berhasil memaksa Irene.
"Hei," panggil Sehun lagi yang hanya dijawaban gumaman kecil oleh Irene.
"Ke Busan yuk?" Ajakan Sehun itu sukses membuat gadis yang sedari tadi sibuk dengan buku-bukunya mengalihkan pandangannya kepada Sehun, membuat Sehun tak mampu menyembunyikan senyumnya.
"Mau ngapain?" Tanya Irene bingung.
"Jalan-jalan. Refreshing. Daripada kamu sibuk terus begitu nanti jadi stress trus jadi distress gimana? Atau mungkin burnout? Eh tapi mungkin gak ya kamu ngalamin burnout? Kan belom jadi psikolog, ah aku gangerti,"
"Gausah sok ilmiah gitu ngomongnya, geli denger kamu ngomong ilmiah," sahut Irene seraya meringis kecil. Entah, melihat Sehun yang dikenalnya jarang masuk kelas itu berbicara seperti tadi rasanya tidak seperti sedang bicara dengan Sehun.
"Aku baca begituan biar lebih bisa memahami kamu loh hehe yah ga sengaja juga sih bacanya. Jadi gimana? Mau ya? Sama temen-temen aku juga kok. Ajak temen kamu si Seulgi itu juga gapapa kalau kamu mau,"
Irene mengerutkan keningnya mengisyaratkan dirinya sedang berpikir. Jujur saja, bagi Sehun ekspresi gadis itu benar-benar menggemaskan sekarang. Ingin rasanya ia mencubit kedua pipi Irene, yang bisa dipastikannya akan dibalas oleh pukulan maut gadis itu.
"Kapan?"
"Akhir pekan ini. Kamu Sabtu gaada kuliah kan?" Tanya Sehun.
"Engga sih. Yaudah nanti aku kasih tahu Seulgi,"
"YES!" teriak Sehun tanpa sadar. Teriakannya itu langsung saja membuat dirinya menjadi pusat perhatian, belum lagi ditambah tatapan horror dari penjaga perpustakaan yang seakan ingin melahapnya hidup-hidup.
Lelaki itu menggaruk tengkuknya yang sebenarnya tidak gatal sebelum akhirnya membungkukkan badannya meminta maaf. Irene hanya cekikikan pelan tanpa suara melihat tingkah Sehun. Siapa sangka laki-laki ini bisa berubah 180 derajat?
●○●
"Kang Seul-bear!" Seulgi menoleh sambil tersenyum mendengar panggilan Irene. Belakangan ini sahabatnya itu sudah kembali ceria seperti biasa. Seulgi tak lagi menanyakan penyebabnya, yang penting sahabatnya itu senang. Toh kalaupun penting, Seulgi percaya Irene pasti akan menceritakannya dengan sendirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Remember You
Fiksi PenggemarDemi apapun, Irene tak pernah ingin berurusan dengan seorang bad boy lagi. Ia tak ingin terus-menerus hidup dalam bayang-bayang masa lalunya. Sampai ketika seorang Oh Sehun mengusik kehidupannya, mau tak mau Irene kembali dihadang pilunya kenangan-k...