8.

18 3 0
                                    

Setelah pengakuan Carteen mereka semua membicarakan Alvano, terutama Rara yang mengetahui idolanya itu.

"Tuhkan gue bilang juga apa, Alvano emang ganteng" puji Rara

"Aneh ga sih kalo gue suka sama dia" tanya Carteen

"Tapi kalo menurut gue, dia tuh ga ganteng tapi manis" lanjut Carteen

"Ya enggalah, masih batas wajar untuk disukain kok" ucap Maretha nimbrung diakhiri dengan kekehan

"Yaudahlah selamat berjuang" Silky pun ikut berbicara

Carteen terkekeh "berjuang apaan, baru suka doang"

Pandangan Carteen terlihat menerawang kedepan "menurut kalian gue bakal jadi sama dia ga?"

Lah, kenapa kesannya gue pengen banget?

Rara langsung merespon "liat nanti aja Car"

Carteen terkekeh "apaan sih, udah ah jangan ngomongin gue" lalu setelah itu mereka  memutuskan untuk mengobrol hal yang lainnya.

Ditengah obrolan mereka, Carteen berdebat dengan dirinya sendiri.
Ko gue bisa bilang gitu ya, salah gasih. Duh, udah tadi gue asal omong suka, eh ya kenapa ko gue asal ngomong dapetnya gitu jadinya? eh ya tapi gapapa sih manis, eh tapi masa sih. Yaudahlah coba aja dulu, semoga aja gue gasalah sama kata-kata gue. Ya Allah tolong hamba mu ini yang labil. Batin Carteen kurang lebih seperti itu, lalu dia mengusap wajahnya secara kasar.

"Napa lo?" tanya Maretha yang melihat gelagak resah Carteen

Silky terkekeh "Duh pasti lagi mikirin Alvano ya, gausah dipikirin lah. Jalani saja seperti rumput yang bergoyang"

"Tenang aja Car, lo cantik walaupun cantikan gue sih dan walaupun Alvano target gue, gue sih rela-rela aja. Masih banyak yang ngantri gue" ujar Rara

"Sok laku banget lu nyed, ada yang suka sama lo aja kayaknya orang itu bego" balas Kaelyn yang sekarang sedang tertawa

"Kae tai sekali anda" Rara mendaratkan bogeman ringan dikepala Kaelyn

Saat itu bel masuk pun bendering dan kumpulan itu bubar untuk memasuki kelasnya masing-masing sampai bel pulang berbunyi dan siswa berhamburan di koridor menuju gerbang sekolah, begitu juga dengan Carteen yang kali ini pulang menggunakan angkot karena kakaknya itu sedang futsal, Carteen malas sekali untuk menunggu kakaknya itu, maka dia memutuskan untuk naik angkutan umum saja.

Tiba dirumah dia langsung ngancir ke kamarnya yang dipastikan sudah dingin karena dia selalu menyuru bibi untuk menyalakan AC sebelum si empunya datang. Carteen melemparkan tasnya ke meja belajar, berganti pakaian dan langsung menghempaskan dirinya dikasur, memejamkan mata  menerawang perasaan hatinya yang tiba-tiba terucap oleh bibirnya secara spontan dihadapan teman-temannya tadi.

Frustasi, Carteen mengendus, ia tidak tau sedang memikirkan apa. Apa arti ucapan tadi siang itu? Apakah benar?
Apakah dirinya hanya ingin bermain-main?
Apakah dirinya hanya ingin mencari sensasi?
Apakah dirinya hanya terobsesi untuk memiliki sang kapten itu?
Ah, tidak rasanya kalau terobsesi.
Carteen bukan orang seperti itu.
Jadi... apa?
Carteen mendesah.

"Ahhh.. apaan sih gue mikirin amat" Carteen mengsuap kepalanya kasar

Ahhh sudahlah, biarkan saja ini berjalan dengan sendirinya. Toh lambat laun pasti akan terpecahkan dan terselesaikam dan Carteen akan mengetahui jawabannya.

Demi  menjernihkan kegelisahannya, dia memutuskan untuk mengambil earphone nya, menyumpal telinganya dan bersiap untuk tidur ditemani lagu yang bermain di pendengarannya.

***

Hari sudah mulai gelap, tak lama lagi matahari akan beristirahat ketika gadis itu membuka matanya dan meregangkan ototnya. Earphone nya masih menyantol ditelinga kanannya, namun sudah tidak ada suara lagi disana. Gadis itu melepas earphonenya dan menaruhnya di atas meja sebelah tempat tidurnya bersma ponselnya. Rasanya lelah sekali hari ini. Gadis itu melirik ke arah jam yang menunjukan 5.55pm artinya dia sudah tertidur selama 2jam. Gadis itu bangun dari kasurnya, duduk diam sebentar di pinggir ranjangnya untuk mengembalikan nyawanyanya. Setelah sudah merasa nyawanya sepenuhnya ada, diapun langsug bergegas ke lantai bawah melihat apakah ada orang atau tidak.
Gadis itu menemui wanita paruh baya di ruang keluarga sedang menonton televisi.

"Hai bunn"

"Ehh, kamu udah bangun? tadi bunda mau bangunin kamu pas adzan tapi kasian liat kamu pules banget, jadi bunda biarin deh"

"Bundamah pengertian banget, abang udah pulang  nda?"

"Udah sayang, kamu mandi terus siap sholat berjamaah yuk, baru makan"

"Siap bunda!"

Gadis itu bergegas mandi dan bersiap untuk ibadah dengan keluarga intinya.

Di ruang makan keluarga Wilson terasa hangat, karena ada keluarga yang harmonis didalamnya. Banyak perbincangan-perbincangan kecil yang santai dan kadang membuat tertawa, menambah kehangatan yang ada di keluarga ini. Carteen bahagia dengan sangat amat bahagia.
Kini dirinya berada di dapur dengan bundanya. Sedang membersihkan bekas makanan tadi.

"Ndaa, Ade mau cerita deh" Carteen membuka percakapan sembari mengelap peralatan makanan yang telah selesai dicuci ibunya.

"Cerita atuh, bunda dengerin"

"Ade suka sama orang ndaa"

"Siapa?"

"Ih bundamah datar banget ah" Carteen mengerucutkan bibirnya kesal

Rani -bunda Carteen- mencubit gemas pipi anaknya itu "Baper banget anak bunda yang lagi kasmaran, tinggal kasih tau aja"

Carteen tertawa mendengarnya. Ini adalah kali pertamanya Carteen bercerita tentang orang yang dia sukai kepada bundanya. Biasanya gadis lebih sering bercerita pada kakaknya. Dengan ragu-ragu Carteen akhirnya memberi tahu bundanya seperti apa yang dia bilang pada temab-temannya sewaktu siang tadi

"Alvano"

Respon Rani tidak lain hanyalah "ohh, yasudah" sudah itu saja tidak ada perbincangan lainnya. Hal itu membuat Carteen kesal.

Gini nih cerita sama nyokap tentang ginian, gaseru banget deh ah.

Can i?Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin