Ponsel Dirga

352 44 11
                                    

Kriinggggg kriiingggggg!!

Seorang wanita cantik dengan rambut panjang bergelombang itu terbangun dari tidurnya yang lelap saat mendengar bunyi nyaring dari jam weker yang ada diatas meja samping ranjangnya. Dengan cepat ia mengambil jam weker itu dan menyembunyikannya dibalik bantal yang ia tiduri.

"Krinngg kringgggg!!"

Suara nyaring dari jam weker tadi masih terdengar jelas di telinganya. Merasa kesal karna tidurnya sudah diganggu,tanpa berfikir panjang, ia melempar jam weker itu ke cermin besar yang berada di depannya. Alhasil jam weker yang dilemparnya itu berakhir dengan kepingan kaca yang berserakan dilantai.

"Errrrghhh!!!" Ia menggeram kesal seraya mengacak-acak rambutnya kasar.

Mata nya yang sembap kembali mengeluarkan setetes air mata yang lalu diikuti tetesan-tetesan berikutnya yang seakan-akan saling berlomba membasahi pipi sang pemilik.

Ia mengambil ponsel yang berada di samping tubuhnya saat ini. Jemarinya mengetikkan sebuah nama diatas keyboard yang terpampang jelas di layar ponsel. Setelah itu Ia menempelkan ponselnya ke telinga, berniat menghubungi seseorang diseberang sana.

Lama tidak ada seruan. Ia masih tetap setia menempelkan ponselnya ke telinga. Berkali-kali Ia mengulang panggilan karna seseorang yang dihubunginya tidak kunjung merespon. Sampai akhirnya orang yang ia hubungi mengangkat telponnya.

"Dirga!! Kamu dimanaa?! Dari tadi malem aku hubungin nggak aktif. Kamu baik-baik aja kan?" gadis itu dengan cepat berbicara bahkan sebelum seseorang yang ia hubungi berbicara sepatah katapun. Ia sangat khawatir dengan keadaan seseorang yang dihubunginya.

"Maaf.. Saya bukan Dirga. Ponsel Dirga saat ini ada di saya. Saya baru saja ingin menghubungi seseorang untuk mengembalikan ponselnya. Tapi saya bingung harus menghubungi siapa dan mengembalikannya kemana." ia kecewa saat suara diseberang sana bukanlah suara seseorang yang ia harapkan. Bukan suara Dirga.

"Lalu kamu siapa? Kenapa ponsel Dirga bisa tertinggal di kamu?" tanyanya heran.

"Saya Renata. Kemarin malam, saya tidak sengaja bertemu dengannya, saya meminjam ponsel miliknya. Dan saya lupa mengembalikannya. Jadi kemana saya harus mengembalikan ponsel ini?"

"Apa kemarin malam Dirga baik-baik saja?"

"Jujur keadaannya tidak baik. Kemarin malam dia mabuk dan bahkan mencoba untuk mengakhiri hidupnya."

"Maksud kamu? Ah... Jangan dilanjutkan! Sekarang kamu ada dimana? Saya akan mengambil ponselnya Dirga." gadis itu dengan cepat memotong kalimatnya. Ia berniat untuk menemui Renata.

"Saya sedang dijalan menuju tempat kerja saya. Kita ketemuan disana saja."

"Sebutkan alamatnya.." gadis itu bangkit dari ranjangnya lalu dengan cepat ia menggapai sebuah buku kecil dengan sampul berwarna tosca yang berada di atas meja samping ranjang. Ia berniat untuk menuliskan alamat tempat dimana Renata bekerja.

"Happy'Caffe, 500 meter setelah taman kota. Kamu bisa menemui saya disana. Kalau boleh saya tau, siapa nama mu?"

"Okee. Saya akan tiba disana 15 menit lagi. Oh yaa.. Nama saya Gisca." setelah mendengar balasan dari Renata, ia segera memutuskan panggilannya dan bergegas menuju kamar mandi.

Gisca terdiam cukup lama memandangi pantulan dirinya pada cermin besar yang berada di kamar mandi. Betapa kacaunya dia saat ini. Rambut panjang yang sudah tidak beraturan, mata sembabnya, hidungnya yang merah. Bahkan wajahnya sedikit membengkak.

"Astaga Gisca.. Bisakah kamu berhenti mengkhawatirkan Dirga dan memikirkan dirimu sendiri?!"

Gisca berkata lirih untuk wanita yang ada didepannya saat ini. Wanita menyedihkan yang tidak lain adalah dirinya yang berada dipantulan cermin.

TRUE LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang