Gadis aneh

218 28 22
                                    

Setelah Renata menyadari kalau ternyata ponsel Dirga masih ada padanya. Ia langsung berlari menuju lokernya dan berniat untuk menghubungi Gisca. Tapi, belum sempat tangannya menggapai ponsel Dirga. Sebuah panggilan masuk dari nomor tak dikenal berhasil membuat dirinya terkejut setengah mati saat nada dering panggilan itu begitu semangatnya memanggil seseorang untuk menjawab panggilan dari si penelpon.

Dengan segera Renata mengambil ponsel Dirga dan tanpa ragu menggeser tombol hijau yang terpampang jelas di layar ponsel.

"Halo?" sapa seorang lelaki dari seberang sana.

"Iya halo. Maaf sebelumnya.. Saya bukan pemilik ponsel ini. Jadi, seandainya anda ada keperluan dengan Dirga. Anda bisa menghubunginya lain kali setelah saya mengembalikan ponsel ini. Terimakasih." Renata dengan lancarnya berbicara dan berniat untuk segera memutuskan panggilan, sebelum akhirnya si penelpon dengan cepat mencegahnya.

"Tunggu sebentar!! Apa kamu gadis aneh yang kemarin malam bertemu dengan saya?" sudah dapat ditebak kalau seseorang yang menelponnya adalah Dirga.

"Hah? Apa? Gadis aneh? Astagaa.. Seharusnya kamu mengganti embel-embel aneh menjadi pahlawan. Karna saya yang menyelamatkanmu kemarin malam." gurauku.

"Hahahaa..Gadis pahlawan? Hmm.. Kelihatannya kamu tidak ikhlas menolong saya." nada heran tercampur kekehan terdengar dari balik ponsel ini.
Renata yang merasa tersinggung dengan ucapan
Dirga segera meluruskannya.

"Maaf.. Maaf. Maksud saya tidak seperti itu. Demi apapun! Saya hanya bercanda. Jadi abaikan saja perkataan saya tadi. Saya ikhlas menolong kamu."

"Hahahahaaa.. Saya juga hanya bercanda. Oh iyaa saya ingin mengambil ponsel saya. Sekarang kamu ada dimana?"

"Ck!! Saya kira kamu sudah tidak memerlukan ponselmu lagi. Baru saja saya berpikir untuk menjual ponsel ini." Renata merubah nada suaranya seolah-olah ia sedang menyesal.

"Banyak data-data penting yang ada diponsel saya itu. Kalau saja kamu benar-benar menjualnya. Ck.. Bahkan saya tidak bisa membayangkan bagaimana hidup saya kedepannya."

"Astagaaa sebegitu pentingkah ponsel ini sampai bisa merubah kehidupan mu? Yasudah. Kamu bisa datang mengambil ponsel mu ini ke tempat kerja saya di Happy'cafe. 500 meter setelah taman kota. Saya tunggu kamu disana."

"Oh oke.."

Setelah Dirga menyanggupi untuk bertemu di tempat kerja Renata. Renata segera memutuskan panggilannya dan berlalu pergi melanjutkan pekerjaannya.

*****

Pagi ini happy'cafe terbilang cukup ramai dibandingkan hari biasanya. Dan tentu saja para pegawai termasuk Renata sibuk dengan pekerjaannya masing-masing.

Saat ini Renata sedang melayani pesanan dari seorang pria dengan kemeja putih dan dasi berwarna biru yang tersemat rapi dilehernya. Pria itu juga membawa amplop berwarna coklat yang biasanya digunakan oleh seseorang yang ingin melamar pekerjaan, dan didalamnya diisi dengan surat lamaran kerja.

'Mungkin memang dia seorang pengangguran yang saat ini sedang berusaha mencari pekerjaan' pikir Renata

"Saya pesan hot chocolate nya 1" kata pria itu. Lalu dengan cepat Renata menempatkan jarinya tepat di gambar Hot chocolate yang berada di layar monitor.

"Ada yang ingin di pesan lagi?" tanya Renata.

"Tidak. Terima kasih."

"Oke atas nama bapak siapa?"

"Gibran" setelah Gibran menyebutkan namanya. Renata dengan cepat pula menuntun jari-jari lentiknya di keyboard untuk mengetikkan nama Gibran.

"Oke pak Gibran. Semuanya jadi 23 ribu."

TRUE LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang