Sosok tamu yang sempat menghempas tembok itu tersenyum dan bangkit, tanpa rasa takut.
Sementara Vernon menarik tubuh Ara agar berdiri tepat dibalik tubuhnya dengan sikap protektif.“Saudara-saudara, bisakah kita duduk dengan tenang dan berdiskusi dengan baik? Aku tak suka ada keributan di rumahku!” Jose bersuara.
Ia menatap kedua tamunya dengan tatapan waspada.
“June dan Hans.” Ia mendesis. “Apa yang membuat kalian jauh-jauh datang kemari dan mencoba mencari masalah dengan kami?” Ia kembali bertanya.Dua tamu yang dipanggil June dan Hans itu bergerak, lalu duduk di kursi tanpa dipersilahkan.
“Pertanggung jawaban.” Hans, yang berambut hitam menjawab datar seraya menyilangkan kakinya dengan angkuh.
“Kita sudah sepakat untuk tidak saling mengganggu. Kenapa kau menghabisi tiga rekanku?” Ia menatap langsung ke arah Vernon, Roa dan Daniel.
“Mereka yang ingin membunuh kami terlebih dahulu. Kami hanya membela diri.” Daniel menjawab.
June dan Hans terkekeh.
“Kau pikir kami akan percaya dengan jawaban kalian? Kaum vampir tidak punya alasan untuk membunuh Nephilim. Kita sama-sama makhluk abadi, tapi beda jalur. Kita tidak saling bersinggungan satu sama lain,” jawab June angkuh.“Kaummu memang tidak punya alasan untuk memburu kami. Tapi mereka punya. Malaikat-malaikat itu menyewa rekanmu untuk membunuh kami.” Vernon menjawab tegas.
June kembali tertawa.
“Untuk apa mereka harus repot-repot menyewa Vampir? Toh mereka punya sepasukan malaikat yang siap membasmi kalian! Jangan tolol!” teriaknya.“Mereka memang dapat menghabisi kami. Tapi mereka tidak cukup kuat untuk melacak keberadaan kami. Itulah kenapa mereka memanfaatkan kaummu. Tentunya dengan iming-iming tertentu. Dan aku yakin, hanya Vampir labil yang terbujuk dengan iming-iming tersebut.” Jose angkat bicara.
Wajah Hans dan June makin dingin, tak bersahabat.
“Kami memang membunuh rekanmu. Tapi kami melakukannya hanya untuk membela diri. Kau boleh percaya, boleh juga tidak. Tak berpengaruh pada kami.” Vernon kembali berujar.
“Seperti yang sudah kau bilang, kaum kita tidak saling bersinggungan. Tapi kami tak segan-segan untuk memberikan perlawanan. Dan satu lagi,” suaranya bernada mengancam.
“Makhluk fana di sini adalah larangan bagi kalian. Jika kalian menyentuhnya, sedikit saja, berarti kalian mengibarkan bendera perang pada kami. Camkan itu.” Vernon berujar sengit.Mendengar ucapan pemuda itu, kedua mata Ara mengerjap. Makhluk fana? Apakah yang dimaksud adalah ... dirinya dan Harry?
“Well, sepertinya ini akan semakin menarik. Tapi kami tak bisa berjanji untuk tidak mendekatinya.” June menatap lurus ke arah Ara. “Karena jujur saja, darahnya terlihat menggiurkan,” lanjutnya.
Rahang Vernon menegang.
Lelaki itu nyaris saja melesat dan mendaratkan pukulan di wajah Vampir tersebut jika saja Roa tidak mencegah.“Well, maaf telah mengganggu malam kalian. Semoga suatu saat nanti kita bertemu lagi,” desis Hans seraya menunjukkan seringaian kejamnya.
Dan kedua sosok itu melenggang keluar dari ruang tamu, lalu melesat begitu saja meninggalkan mereka. Pintu pun menutup dengan tiba-tiba.
Vernon berbalik dan menatap Ara yang nampak pucat. Ia memeriksa leher perempuan tersebut dan nampak ruam kemerahan di sana. “Kau tak apa-apa?” Ia bertanya cemas.
Ara menelan ludah. Tak mampu menjawab. “A-aku ...” Wajahnya pucat seperti mayat dan ia nyaris limbung.
“Ajak dia ke kamar. Ia terlihat syok.” Jose menyarankan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nephilim
FantasyArabelle, gadis biasa yang baru duduk di kelas 2 SMA dan telah menjadi yatim piatu sejak setahun yang lalu. Kedua orang tuanya meninggal karena sebuah kecelakaan lalu lintas. Dengan hanya berbekal dana santunan dari pihak asuransi, selama ini ia hid...