Part 3

5.9K 409 40
                                    

Typo tak terkendali

Melody pov

Aku mencintainya.

Aku mencintai kinal.


Aku sudah memberikan semuanya untuknya. Jiwa raga bahkan hidup ku. Aku telah berikan semua kepada kinal termasuk harta yang paling ku jaga dan itu ku berikan untuk kinal.



Ya kinal.



Seorang yang dingin saat aku pertama kali bertemu dengannya.
Tatapan mata yang bisa menembus relung hati ku sangat dalam.


Banyak yang mengagumi kinal saat di kampus dulu. Entahlah kinal seperti punya kharisma yang cukup kuat sehingga menjadi daya tarik bagi semua orang yang melihatnya.


Entahlah daya tarik seperti apa itu padahal dia ke kampus pun hanya berpenampilan sederhana bahkan jarang terlihat rapih.



Hanya bermodal dengan kaos di lapisi kemeja yang dia tidak kancingi dan celana jins, rambut pendeknya pun di biarkan dia tak rapih tapi itu menambah nilai daya tariknya sendiri.


Dia pun cukup dingin terhadap semua orang yang berada di kampus kecuali dengan para sahabatnya yang biasa menemaninya. Dia hanya bisa berbicara panjang hanya pada mereka tapi terhadap yang lain. Jangan kan di jawab. Di angguki kepala oleh dia saja sudah bersyukur.


Aku dan kinal memang satu kelas saat kuliah dulu namun saat semester satu dan dua. Aku dan dia hanya sekedar saling tahu nama saja. Jangan kan untuk ngobrol dengannya. Menyapa juga tidak pernah.


Tapi saat semester tiga. Saat itu dosen memberikan tugas untuk kelompok tapi waktu itu aku dan kinal memang tidak masuk. Alasan waktu itu karena diri ku sakit tapi kinal? Entahlah aku tidak tahu kenapa dia tidak masuk.


Dan terpaksa karena aku dan kinal yang hanya tidak mempunyai kelompok karena waktu itu tidak masuk. Akhirnya dosen pun memutuskan aku dan kinal hanya berdua saja mengerjakan tugas tersebut karena kesalahan kami sendiri yang tidak masuk saat pembagian kelompok.


Aku pun menerima tersebut tapi entahlah saat pertama kali aku bingung untuk memulai obrolan dengan dia.


Saat kita mengerjakan tugas di taman belakang kampus pun kinal hanya mengikuti saran ku dan menerima pasrah apa yang ku kerjakan.


Bukan karena dia tidak mampu mengerjakan. Aku tahu dia pintar. Bagaimana bisa aku berkata seperti itu karena memang aku tahu.


Jika ada kuis dadakan oleh dosen. Nilai kinal lah yang paling tertinggi. Entah kenapa itu bisa terjadi dan setiap ujian pun juga pasti nilai kinal yang paling tinggi baru setelah itu nama ku di nomer urut kedua.


Tapi untuk masalah mengerjakan tugas? Dialah yang paling mencari masalah dengan dosen. Karena dia jarang mengumpulkan tugas kalo pun di kumpulkan pasti tidak tepat waktu.


Begitulah kinal.


Aku pernah mendengar dahulu kinal saat SMA dia terkenal ramah dan bersikap hangat oleh siapa saja yang dia kenal. Bahkan dia pun pernah menjabat sebagai ketua osis dan kapten tim basket yang memiliki segudang prestasi akademik dan non akademik.


Ya aku mendengar itu hanya sekilas saja karena dulu SMA ku dan kinal adalah rival di bidang akademik maupun non akademik.


Entah mengapa dia menjadi sosok yang pendiam, dingin bahkan terkesan acuh dan tak peduli pada siapapun kecuali kepada para sahabatnya.


Love Is A Choice (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang