"Itu dia!" Bisik Kent. Haruka berbaring di atas rumput dengan
nyamanya. Kelihatanya benar-benar sedang tertidur. Gadis itu
kelihatanya sangat lelah dan kesepian.
Seandainya pada saat itu Haruka jadi ikut Kent untuk tinggal
di Tokyo, apa yang akan di lakukanya? Apa yang harus
dikatakanya kepada keluarganya tentang Haruka? Tidak ada
seorangpun yang tau kalau dirinya sudah menikah dengan seorang
wanita yang berusia lima belas tahun. Bisa di bayangkan
bagaimana kesulitanya Kent bila hal-hal seperti itu terjadi. Bila
Haruka ikut denganya ke Tokyo, mungkin Haruka harus
menyembunyikan diri dalam kurun waktu yang cukup lama. Kent
melompati pagar besi dan berjalan mendekati Haruka lalu duduk
disebelahnya. Wajah gadis itu membuat Kent merasa damai dan
tentram, memandang Haruka memang selalu membuatnya merasa
damai dan masih belum berubah meskipun gadis itu sudah
semakin dewasa. Dengan pakaian olah raga seperti sekarangpun
tidak bisa di pungkiri kalau Haruka terlihat sama menariknya
seperti saat dirinya mengenakan seragam kerja dan berada di
antara aroma kopi. Kent mendekatkan tanganya kekepala Haruka
dan membelainya beberapa kali, tapi tiba-tiba Haruka membuka
matanya. Kent segera menarik tanganya dan memasukkanya ke
saku celana. Sedetik mata mereka saling bertatapan sebelum
Haruka membuang pandanganya kearah lain dan segera duduk.
"Sedang apa kau disini?" Tanyanya dengan suara sengit.
"Kau bodoh? Tidur di tempat seperti ini, bagaimana kalau ada
orang yang mencuri barang-barangmu dan membawanya pergi?"
Haruka mengucek matanya. "Bukan urusanmu kan? Kau
seharusnya tidak menggangguku."
"Aku tidak akan mencarimu jika bukan karena urusan yang
medesak. Besok Nona Viva Medelsohn datang dari Italia, dia
adalah sekertaris ibumu yang membantu mengurusi semua
hartamu. Dia membutuhkan tanda tanganmu sebagai pewaris satusatunya
untuk mengurusi beberapa hal, tapi kau malah melarikan
diri, tidak ada di coffee shop, pindah dari flat, tidak ke
kampus...Kau sedang menghindariku?"
"Aku melakukan semuanya karena aku suka. Tidak ada
sangkut pautnya dengan semua itu. Aku sedang mengurusi
praktik yang akan ku hadapi bulan depan dan itu pasti akan sangat
menyita waktu karena aku harus tinggal bersama satu keluarga
untuk mengurusi anak mereka selama tiga bulan. Setelah itu aku
akan pulang ke rumah Ayahku, jadi untuk apa membuang-buang
uang untuk membayar sewa flat lagi?" Jawab Haruka. Dia tidak
sedang berbohong. Sewa flat lamanya sudah habis, tapi Kent juga
menjadi alasan penguat mengapa Haruka tidak melanjutkan
sewanya seperti yang sudah-sudah.
"Benarkah? Aku senang mendengarnya. Istriku akan segera
jadi sarjana!"
Haruka melengos. "Istri? Kau masih beranggapan seperti itu?
Aku bukan anak-anak lagi dan kita tidak punya hubungan apa-apa.
Karena kita sudah terlalu lama berpisah, jadi berhentilah bersikap
seperti seorang suami!"
"Untuk yang satu itu aku belum bisa? Tapi setidaknya temui
Nona Viva Medelsohn di bandara, dia akan segera kembali lagi ke
Italia dan aku pastikan dirimu terbebas dari semua ini. Ini
menyangkut donasi ke panti asuhan yang merupakan kegiatan
tahunan ibumu."
"Bagaimana jika aku tidak mau?!" Haruka memandang wajah
Kent dengan sangat menantang. Tapi sesegera mungkin ia kembali
menundukkan wajahnya dan menggerutu dengan ekspresi
murungnya. "Aish...kenapa aku harus bertemu denganmu disaat
seperti ini?"
"Tolonglah aku sekali lagi. Datanglah ke flatku besok pagi.
Temui Nona Viva Medelsohn di bandara! Demi kebaikan
lakukanlah hal ini,"
Haruka diam, dia tampak sedang berfikir dan membutuhkan
waktu yang lama untuk menyetujui atau menolak permintaan Kent
sekali lagi. Suara seorang wanita terdengar dari kejauhan
memanggil namanya, Perhatian Haruka segera teralih dan beridiri
menyongsong wanita itu. Cassandara? Dia seorang Artist manager
dan sekarang sedang dekat dengan Haruka? Kent bisa melihat
wajah Haruka yang cerah saat melihat wanita itu tersenyum
padanya.
"Hei! Bagaimana dengan besok? Kau akan datang kan?" Kent
berteriak kepada Haruka yang semakin menjauh darinya.
Haruka berbalik dan menatapnya sejenak sebelum
mengangguk sekali. Hanya sekali.
"Baiklah jangan lupa besok! Papa akan menunggu di rumah,
mengerti?" Ujar Kent dengan nada suara yang lebih tinggi
daripada sebelumnya. Tapi Haruka tidak memperdulikanya lagi.
Gadis itu menekap telinganya dengan kedua tangan. Secepat
mungkin Haruka berusaha untuk berlari menyongsong Cassey dan
keduanya saling berpelukan setelah mereka berada dalam jarak
yang dekat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love latte by Phoebe
Teen FictionHaruka Asada, Nina Asada, dan Nina Schrade, adalah orang yang sama. Wanita yang pernah memimpikan banyak hal. Salah satunya adalah hidup bersama Kent Tokeino Memiliki pengalaman yang pahit karena cinta, Haruka bertransform menjadi orang yang membenc...