Chapter 8

30 1 0
                                    

"Itu dia!" Bisik Kent. Haruka berbaring di atas rumput dengan

nyamanya. Kelihatanya benar-benar sedang tertidur. Gadis itu

kelihatanya sangat lelah dan kesepian.

Seandainya pada saat itu Haruka jadi ikut Kent untuk tinggal

di Tokyo, apa yang akan di lakukanya? Apa yang harus

dikatakanya kepada keluarganya tentang Haruka? Tidak ada

seorangpun yang tau kalau dirinya sudah menikah dengan seorang

wanita yang berusia lima belas tahun. Bisa di bayangkan

bagaimana kesulitanya Kent bila hal-hal seperti itu terjadi. Bila

Haruka ikut denganya ke Tokyo, mungkin Haruka harus

menyembunyikan diri dalam kurun waktu yang cukup lama. Kent

melompati pagar besi dan berjalan mendekati Haruka lalu duduk

disebelahnya. Wajah gadis itu membuat Kent merasa damai dan

tentram, memandang Haruka memang selalu membuatnya merasa

damai dan masih belum berubah meskipun gadis itu sudah

semakin dewasa. Dengan pakaian olah raga seperti sekarangpun

tidak bisa di pungkiri kalau Haruka terlihat sama menariknya

seperti saat dirinya mengenakan seragam kerja dan berada di

antara aroma kopi. Kent mendekatkan tanganya kekepala Haruka

dan membelainya beberapa kali, tapi tiba-tiba Haruka membuka

matanya. Kent segera menarik tanganya dan memasukkanya ke

saku celana. Sedetik mata mereka saling bertatapan sebelum

Haruka membuang pandanganya kearah lain dan segera duduk.

"Sedang apa kau disini?" Tanyanya dengan suara sengit.

"Kau bodoh? Tidur di tempat seperti ini, bagaimana kalau ada

orang yang mencuri barang-barangmu dan membawanya pergi?"

Haruka mengucek matanya. "Bukan urusanmu kan? Kau

seharusnya tidak menggangguku."

"Aku tidak akan mencarimu jika bukan karena urusan yang

medesak. Besok Nona Viva Medelsohn datang dari Italia, dia

adalah sekertaris ibumu yang membantu mengurusi semua

hartamu. Dia membutuhkan tanda tanganmu sebagai pewaris satusatunya

untuk mengurusi beberapa hal, tapi kau malah melarikan

diri, tidak ada di coffee shop, pindah dari flat, tidak ke

kampus...Kau sedang menghindariku?"

"Aku melakukan semuanya karena aku suka. Tidak ada

sangkut pautnya dengan semua itu. Aku sedang mengurusi

praktik yang akan ku hadapi bulan depan dan itu pasti akan sangat

menyita waktu karena aku harus tinggal bersama satu keluarga

untuk mengurusi anak mereka selama tiga bulan. Setelah itu aku

akan pulang ke rumah Ayahku, jadi untuk apa membuang-buang

uang untuk membayar sewa flat lagi?" Jawab Haruka. Dia tidak

sedang berbohong. Sewa flat lamanya sudah habis, tapi Kent juga

menjadi alasan penguat mengapa Haruka tidak melanjutkan

sewanya seperti yang sudah-sudah.

"Benarkah? Aku senang mendengarnya. Istriku akan segera

jadi sarjana!"

Haruka melengos. "Istri? Kau masih beranggapan seperti itu?

Aku bukan anak-anak lagi dan kita tidak punya hubungan apa-apa.

Karena kita sudah terlalu lama berpisah, jadi berhentilah bersikap

seperti seorang suami!"

"Untuk yang satu itu aku belum bisa? Tapi setidaknya temui

Nona Viva Medelsohn di bandara, dia akan segera kembali lagi ke

Italia dan aku pastikan dirimu terbebas dari semua ini. Ini

menyangkut donasi ke panti asuhan yang merupakan kegiatan

tahunan ibumu."

"Bagaimana jika aku tidak mau?!" Haruka memandang wajah

Kent dengan sangat menantang. Tapi sesegera mungkin ia kembali

menundukkan wajahnya dan menggerutu dengan ekspresi

murungnya. "Aish...kenapa aku harus bertemu denganmu disaat

seperti ini?"

"Tolonglah aku sekali lagi. Datanglah ke flatku besok pagi.

Temui Nona Viva Medelsohn di bandara! Demi kebaikan

lakukanlah hal ini,"

Haruka diam, dia tampak sedang berfikir dan membutuhkan

waktu yang lama untuk menyetujui atau menolak permintaan Kent

sekali lagi. Suara seorang wanita terdengar dari kejauhan

memanggil namanya, Perhatian Haruka segera teralih dan beridiri

menyongsong wanita itu. Cassandara? Dia seorang Artist manager

dan sekarang sedang dekat dengan Haruka? Kent bisa melihat

wajah Haruka yang cerah saat melihat wanita itu tersenyum

padanya.

"Hei! Bagaimana dengan besok? Kau akan datang kan?" Kent

berteriak kepada Haruka yang semakin menjauh darinya.

Haruka berbalik dan menatapnya sejenak sebelum

mengangguk sekali. Hanya sekali.

"Baiklah jangan lupa besok! Papa akan menunggu di rumah,

mengerti?" Ujar Kent dengan nada suara yang lebih tinggi

daripada sebelumnya. Tapi Haruka tidak memperdulikanya lagi.

Gadis itu menekap telinganya dengan kedua tangan. Secepat

mungkin Haruka berusaha untuk berlari menyongsong Cassey dan

keduanya saling berpelukan setelah mereka berada dalam jarak

yang dekat.

Love latte by PhoebeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang