Chapter 7

29 1 0
                                    

Haruka berjalan sambil mendongakkan wajahnya ke langit.

Pepohonan yang melindunginya dari cahaya matahari membuat

nafasnya merasa sangat bebas. Sebuah gelas kertas berisi kopi

Kental yang di belinya masih berada di genggaman kedua

tanganya dan memberikan kehangatan kesekujur tubuhnya. Angin

sore kali ini benar-benar membuatnya merasa sangat lega. Ini

adalah salah satu hal yang disukainya dari London. Meskipun

sedang musim panas, panas yang di rasakanya tidak menusuk

kulit. Setidaknya selama di London ia tidak perlu mengejar-ngejar

krim pemutih seperti yang selalu di lakukanya waktu SMA dulu.

Tanpa usaha yang signifikan, udara London sudah membuat

kulitnya semakin cerah dari tahun ketahun terlebih saat

menghadapi musim dingin.

Casio gold yang menghiasi pergelangan tanganya di pandangi

berkali-kali. Haruka sedang menunggu Cassey menjemput. Wanita

itu mungkin terlalu tua untuk berteman denganya, mereka

bertemu di Soho dan Cassey adalah salah satu pelanggan setianya.

Setidaknya di saat Haruka membutuhkan tempat tinggal untuk

sementara waktu ini, Cassey menyediakan rumahnya untuk

berbagi. Melarikan diri seperti ini membuat Haruka merasa bodoh

karena tidak bisa di pungkiri kalau dirinya masih sangat

membutuhkan Kent. Tapi laki-laki itu memberikan alasan yang

cukup kuat untuk menjauh selamanya. Haruka hanya tidak ingin

menambah beban Kent bila laki-laki itu tau ada hal yang lebih

menyakitkan sudah menimpanya. Satu masalah pernah membuat

Kent tampak begitu menderita dan Haruka tidak mungkin

melakukannya lagi. Meninggalkan Kent dalam rasa sakit yang aan

memudar seiring dengan waktu lebih baik daripada bersamanya

dan membuat Kent menanggung rasa sakit yang lebih dari itu

untuk selamanya.

Kopi yang mengepulkan asap beraroma hangat itu menggoda

Haruka untuk meneguknya sekali lagi. Sesaat kemudian

kehangatan tadi menyebar ke sekujur tubuhnya dan membuat

Haruka menghembuskan nafas dengan sangat nikmat. Ia sangat

suka kopi karena kopi bisa membuatnya merasa rileks dan lebih

tenang, Itulah yang menyebabkan Haruka menjadi Barista dan

meninggalkan rumah tiga tahun silam untuk menjalani training

khusus dengan salah seorang seniornya di kampus yang juga

adalah teman laki-laki yang paling dekat denganya, Toby Liguira

atau biasa di panggilnya dengan T-Man. Laki-laki itu adalah

seorang Barista di sebuah hotel terkenal yang berada di dekat

rumah ayahnya di Ilchester, T-Man yang memperkenalkanya

dengan Kopi yang pada akhirnya menjadi bagian dalam hidup

Haruka hingga sekarang.

Beberapa orang yang sedang berlari-lari kecil menarik

perhatian Haruka. Salah satu dari mereka adalah temanya di

kampus dan sedang melambaikan tangan padanya. Haruka hanya

membalas dengan senyum dan memilih melompati pagar besi

rendah yang berada di pinggir jalan setapak untuk beristirahat. Ia

membuka sepatu sportnya sehingga kaki-kakinya menyentuh

sejuknya rerumputan. Beberapa orang sedang berbaring disana

dan Haruka juga akan melakukan hal yang sama. Selama beberapa

hari ini dirinya selalu datang kemari pada pagi hari dan baru

pulang setelah sore dengan alasan berolah raga meskipun

sebenarnya Haruka hanya berkeliling saja dan menelusuri jalan

yang sama setiap harinya. Besok semua kesenangan ini akan

berakhir dan memang harus begitu. Ia hanya boleh lari dari

kenyataan selama tiga hari dan harus kembali menjalani rutinitas

seperti sedia kala. Tidak ada satu kesedihanpun yang boleh

menetap lama di benaknya termasuk kesedihan karena

pertemuannya kembali dengan laki-laki bernama Kent itu.

Cangkir kertas berisi kopi yang tinggal setengah itu di letakkan

Haruka di atas rumput di sebelanya berbaring. Langit tidak

tampak jelas karena ditutupi dedaunan dengan kerlip cahaya

matahari menghiasinya. Haruka memejamkan mata, semoga

Cassey bisa menemukanya di tempat ini.

Love latte by PhoebeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang