Haruka berjalan sambil mendongakkan wajahnya ke langit.
Pepohonan yang melindunginya dari cahaya matahari membuat
nafasnya merasa sangat bebas. Sebuah gelas kertas berisi kopi
Kental yang di belinya masih berada di genggaman kedua
tanganya dan memberikan kehangatan kesekujur tubuhnya. Angin
sore kali ini benar-benar membuatnya merasa sangat lega. Ini
adalah salah satu hal yang disukainya dari London. Meskipun
sedang musim panas, panas yang di rasakanya tidak menusuk
kulit. Setidaknya selama di London ia tidak perlu mengejar-ngejar
krim pemutih seperti yang selalu di lakukanya waktu SMA dulu.
Tanpa usaha yang signifikan, udara London sudah membuat
kulitnya semakin cerah dari tahun ketahun terlebih saat
menghadapi musim dingin.
Casio gold yang menghiasi pergelangan tanganya di pandangi
berkali-kali. Haruka sedang menunggu Cassey menjemput. Wanita
itu mungkin terlalu tua untuk berteman denganya, mereka
bertemu di Soho dan Cassey adalah salah satu pelanggan setianya.
Setidaknya di saat Haruka membutuhkan tempat tinggal untuk
sementara waktu ini, Cassey menyediakan rumahnya untuk
berbagi. Melarikan diri seperti ini membuat Haruka merasa bodoh
karena tidak bisa di pungkiri kalau dirinya masih sangat
membutuhkan Kent. Tapi laki-laki itu memberikan alasan yang
cukup kuat untuk menjauh selamanya. Haruka hanya tidak ingin
menambah beban Kent bila laki-laki itu tau ada hal yang lebih
menyakitkan sudah menimpanya. Satu masalah pernah membuat
Kent tampak begitu menderita dan Haruka tidak mungkin
melakukannya lagi. Meninggalkan Kent dalam rasa sakit yang aan
memudar seiring dengan waktu lebih baik daripada bersamanya
dan membuat Kent menanggung rasa sakit yang lebih dari itu
untuk selamanya.
Kopi yang mengepulkan asap beraroma hangat itu menggoda
Haruka untuk meneguknya sekali lagi. Sesaat kemudian
kehangatan tadi menyebar ke sekujur tubuhnya dan membuat
Haruka menghembuskan nafas dengan sangat nikmat. Ia sangat
suka kopi karena kopi bisa membuatnya merasa rileks dan lebih
tenang, Itulah yang menyebabkan Haruka menjadi Barista dan
meninggalkan rumah tiga tahun silam untuk menjalani training
khusus dengan salah seorang seniornya di kampus yang juga
adalah teman laki-laki yang paling dekat denganya, Toby Liguira
atau biasa di panggilnya dengan T-Man. Laki-laki itu adalah
seorang Barista di sebuah hotel terkenal yang berada di dekat
rumah ayahnya di Ilchester, T-Man yang memperkenalkanya
dengan Kopi yang pada akhirnya menjadi bagian dalam hidup
Haruka hingga sekarang.
Beberapa orang yang sedang berlari-lari kecil menarik
perhatian Haruka. Salah satu dari mereka adalah temanya di
kampus dan sedang melambaikan tangan padanya. Haruka hanya
membalas dengan senyum dan memilih melompati pagar besi
rendah yang berada di pinggir jalan setapak untuk beristirahat. Ia
membuka sepatu sportnya sehingga kaki-kakinya menyentuh
sejuknya rerumputan. Beberapa orang sedang berbaring disana
dan Haruka juga akan melakukan hal yang sama. Selama beberapa
hari ini dirinya selalu datang kemari pada pagi hari dan baru
pulang setelah sore dengan alasan berolah raga meskipun
sebenarnya Haruka hanya berkeliling saja dan menelusuri jalan
yang sama setiap harinya. Besok semua kesenangan ini akan
berakhir dan memang harus begitu. Ia hanya boleh lari dari
kenyataan selama tiga hari dan harus kembali menjalani rutinitas
seperti sedia kala. Tidak ada satu kesedihanpun yang boleh
menetap lama di benaknya termasuk kesedihan karena
pertemuannya kembali dengan laki-laki bernama Kent itu.
Cangkir kertas berisi kopi yang tinggal setengah itu di letakkan
Haruka di atas rumput di sebelanya berbaring. Langit tidak
tampak jelas karena ditutupi dedaunan dengan kerlip cahaya
matahari menghiasinya. Haruka memejamkan mata, semoga
Cassey bisa menemukanya di tempat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love latte by Phoebe
Novela JuvenilHaruka Asada, Nina Asada, dan Nina Schrade, adalah orang yang sama. Wanita yang pernah memimpikan banyak hal. Salah satunya adalah hidup bersama Kent Tokeino Memiliki pengalaman yang pahit karena cinta, Haruka bertransform menjadi orang yang membenc...