Sixteen

3.5K 172 15
                                    

"Kenapa kau tidak sopan dengan Dewi tadi hm?" tanya Hazel saat keluar dari ruangan Dewi Artemis.

"Aku tidak suka padanya." Jawab Ray sambil mengelus rambut Hazel sayang.

"Tapi kau tidak boleh begitu. kau sangat tidak sopan." ungkap Hazel. Ia tidak ingin Ray di cap buruk  oleh Dewa Dewi di sini meskipun Ray juga tinggal di sini.

"Kali ini sebaiknya tutup mulut tajammu ini." lanjut Hazel memandangi Raizel yang terlihat datar.

"Ya, maafkan aku." ucap Ray malas menanggapi ceramahan Hazel. Ia menggandeng Hazel berjalam menuju ke sebuah menara.

'Dasar iblis ini! Harusnya tidak perlu aku bangunkan dia.' Alex mengomel kesal pada sikap Ray.

"Mau berkeliling?" tanya Ray masih dengan nada sok cueknya. Membuat Alex dan Darren sedikit geram di sana.

'Tidak bisa kubiarkan Iblis ini!' Alex masih memaki di dalam sana membuat Ray menyunggingkan smirknya. Ia tidak tahan untuk memanas-manasi Alex dan Darren yang tidak bisa bertukar sekarang.

"Tentu saja mau." jawab Hazel tersenyum senang dan tanpa sadar memeluk lengan Ray. Ray yang merasakan semakin menyunggingkan senyumannya.

"Ayo." ajak Ray semangat. Bagi Hazel kerajaan ini sangatlah indah jika dilihat seperti bangunan yang ia merasa tidak asing.  Ia baru ingat ia melihatnya di sebuah buku dari manusia. Namun, kerajaan ini lebih indah daripada yang digambarkan di buku itu.

"Raizel!" teriakan itu membuat yang di panggil menghadap ke sumber suara. Diikuti oleh Hazel yang ingin tahu.

"Oh kau, ada apa?" tanya Ray dengan malas melihat ke pria tanpa kaos dan hanya kain menutupi bagian bawah ala kerajaan yunani yang kini sedang berjalan ke arahnya. Baru Hazel ketahui sekarang ia telah melihat kotak lain di tubuh pria itu. Ray yang sadar langsung menyembunyikan kepala Hazel ke dekapannya.

"Ayo ke atas. Mereka menunggu." ajak si pria itu setelah itu ia melompat dengan sangat tinggi nencapai atas menara. Ray tersenyum tanpa sadar. Ia segera memeluk Hazel dan juga ikut meloncat.

Hazel tersadar ketika merasakan ia sudah tidak menyentuh tanah. Matanya membelalak kaget.

"Ray!" pekik Hazel mengeratkan pelukannya. Badannya terasa lemas ketika melihat ke arah samping. Di mana loncatan Ray bukanlah loncatan manusia serigala normal. Ia seakan sudah melewati awan.

Badan Hazel lemas ketika sampai di atas menara yang sangat tinggi ini. Ia melihat ke sekitar ternyata sebuah ruangan dan menemukan di sisi lain tempatnya dan Ray berdiri ada sekitar enam orang tengah memandang ke arah jauh ke luar.

"Ada apa kalian berkumpul di sini?" tanya Ray sambil berjalan bersama Hazel mendekati ke enam orang itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ada apa kalian berkumpul di sini?" tanya Ray sambil berjalan bersama Hazel mendekati ke enam orang itu.

"Ares, tiba di sini."  jawab salah satu dari mereka yang membuat Hazel menatap ke arah luar. Hazel merasa lemas ketika melihat ke depannya. Di mana seluruh dunia terpampang jelas di sini.

Hazel memeluk erat lengan Ray. Di otaknya ia takut tergelincir dan jatuh ke bawah sana. Ia yakin ketika serigala jatuh dari sini tidak akan bernyawa.

Hazel bahkan tidak perduli dengan kedatangan Ares menemuinya. Hazel terfokus pada pemandangan di depannya.

'Calen, entah kenapa aku merasa takut dan senang di saat bersamaan.' ucap Hazel dalam batinnya pada Calen.

'Tenangkan dirimu, Hazel.' suruh Calen di dalam sana.

"Apa kau bernama Hazel?" pertanyaan itu membuat mereka semua memandang ke arah seumber suara yang berada di belakang mereka.

"Ares, kau sudah tiba ternyata. Selamat datang kembali." ucap salah satu pria dengan tongkat garpu di tangannya. Seingat Hazel dengan buku yang ia baca pria itu adalah Poseidon. Tongkat di tangannya adalah kekuasaannya di laut.

"Aku sedang bertanya padamu gadis yang berada di pelukan Raizel." ucap Ares kembali tidak menghiraukan Poseidon yang memberi selamat kedatangannya.

"Kau masih mengingatku ternyata." jawab Ray sambil menyengir aneh pada Ares.

"Ya, mata emasmu yang jelek itu tidak akan pernah kulupakan." ucap Ares.

"Bilang saja kau iri dengan mataku." ucap Ray. Ray tahu bahwa saudaranya ini ingin mata berwarna emas karena menurutnya akan terlihat keren ketika berperang. Beberapa dari mereka yang menonton hanya bisa terkikik geli melihat aduan mulut kedua Dewa ini.

"Ini gadisku Hazel benar seperti yang sebutkan." Ray memperkenalkan Hazel yang masih mematung tidak mengerti.

"Ah pantas saja dia bisa masuk ke kerajaan Olympus tentunya di bawa olehmu juga." ucap Ares sedikit sarkatis. Ares memandangi Hazel sangat tajam. Seakan tatapan Ares dapat melukai dan menembus ke tubuh Hazel.

"Besok jangan lupakan test yang akan kita lakukan." ingat Ares pada Ray dan Hazel setelah itu berputar balik lagi.

"Aku tidak akan melupakannya." jawab Ray dengan nada menantang.

"Baiklah aku harus kembali pergi untuk menyiapkan pasukan sepertinya." pamit Ares setelah itu dia terjun ke bawah. Hazel yang melihat kejadian itu kaget. Ia tidak habis pikir dengan Dewa dan Dewi yang melompati dan menerjunkan diri begitu saja di ketinggian yang sangat tidak wajar ini tanpa pengaman apapun hanya mengunnakan aksesoris kerajaan mereka dan kain menutupi bagian bawanya.

"Kalian memang kurang bisa akur ya?" tanya perempuan yang berada di sekitar poseidon setelah Ares menerjunkan diri. Perempuan itu Athena.

"Kami sangat akur. Jika kau tahu." jawab Ray dengan santai. Setelah itu mereka kembali membicarakan banyak hal. Hazel hanya bisa mencerna yang mereka bicarakan dan juga sedikit bergabung dengam pembicaraan mereka.

Hazel memikirkan bagaimana mereka turun nanti. Apakah ia harus terjun juga seperti Ares tadi? Membayangkannya saja membuat Hazel bergetar takut.

Ray yang sadar akan ketakutan Hazel hanya bisa memeluk dan mengucapkan kata-kata manis berharap itu bisa menenangkan gadisnya. "Tenanglah sayang, kita bahkan belum turun." ucap Ray berbisik di telinga Hazel. Hazel hanya bisa mengangguk mencoba menenangkan dirinya.

Setelah berlama-lama kemudian akhirnya satu persatu mereka terjun ke bawah. Para Dewa mulai berjalan ke sisi lain mereka berdiri mencari daratan, berbeda Poseidon langsung yang terjun tanpa berputar arah di bawah sana adalah lautan kekuasaannya.

Hazel sudah mati-matian untuk tetap tenang ketika Ray bersiap terjun. Namun, ia tidak bisa. Hazel memeluk Ray sambil menangis kecil. Kini mereka hanya berdua di menara ini. Dewa dan Dewi yang lain sudah turun  ke bawah.

"Hei hei jangan menangis tidak apa. Kau tidak perlu lihat ke bawah. Peluk saja aku." saran Ray dan langsung memeluk erat Hazel. Hazel hanya bisa menurut dan tanpa aba-aba mereka terjun bebas ke bawah sana.

Di lingkupi rasa takut dan tekanan udara yang kuat membuat kepala Hazel merasa sakit sakit. Ia kini sadar mungkin akan sulit bersama dengan ketiga matenya ini. Rasa sakit kepalanya semakin menjadi dan Hazel merasakan seluruhnya gelap.

To be continued

Setelah sekian lama ini adalah pembukaannya yey! Bersiapp untuk awal masalah yang di hadapi Hazel dan Darren cs.

Maafkan aku yang menunda cerita ink sangat lama! Aku harap ini menjadi penghilang rindu hwhw dan part yang tenang sebelum test Hazel hehw.

Terima kasih yang masih menunggu cerita ini!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 14, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The LastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang