[BHM4] Bidik Target

40.4K 2.3K 42
                                    

"Aku tidak pernah meragukan karya Celine dalam membuat gaun pesta yang mewah, ini benar-benar gaun yang sangat cantik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku tidak pernah meragukan karya Celine dalam membuat gaun pesta yang mewah, ini benar-benar gaun yang sangat cantik." Eleazer terus memuji gaun yang baru saja dibeli dari butik di seberang jalan. Meskipun tomboy, sisi wanita terhadap suatu barang masih melekat dalam tubuh Eleazer. Seperti wanita pada umumnya.

"Terlalu kuno karya Celine, aku lebih menyukai karya Hayes." Edric menatap remeh pada gaun tersebut.

"Dia designer pakaian dalam bodoh!" Eleazer memukul kepala Edric dengan sendok gula.

Edward mengulum senyumnya, ia mulai menyesap teh yang baru saja tiba sesuai pesanannya. Ia menoleh menatap keluar jendela, menampilkan kesibukan kota yang menjadi pusat ekonomi negeri ini. Matanya menangkap seorang wanita yang tadi menabraknya, Edward tampak memerhatikan wanita tersebut dengan teliti. Tak ada yang aneh dari wanita itu, tapi ia sangat benci melihat wajah bodoh dengan senyuman yang terukir di wajah cantiknya. Tentu saja Edward menyadari siapa wanita itu, dia yang sering menjadi bahan pembicaraan para temannya setiap pertemuan. Princess Alyse yang memiliki wajah cantik dengan lekuk tubuh yang sempurna. Salah satu bahan imajinasi para lelaki setiap malam.

"Bukankah itu Alyse Bryce?" Edric mengikuti arah pandang Edward, menatap wanita itu dengan wajah kebingungan.

"Ya... kurasa dia perempuan cantik yang mengalahkan kecantikan Dewi Athena." Eleazer bergabung menatap Alyse dari kaca besar yang seperti sebuah layar tentang opera.

"Athena dewi perang, Ely, tak ada cantiknya," cibir Edric. "Bagaimana menurutmu, Ed? Apa aku tidak salah?" kali ini Edric menatap Edward dengan serius.

Edward meletakan cangkir tehnya, mencoba bersikap santai. "Memang benar, dia Alyse Bryce."

"Seperti dugaanku!" seru Edric dengan senyum penuh kemenangan, bahkan seruan itu berhasil menyita perhatian para pengunjung kafe yang memang sejak tadi menatap mereka penuh tanya.

"Kecilkan suaramu bodoh!" Eleazer memukul kepala Edric, ia menatap Edward untuk bertanya. "Apa yang dilakukan perempuan itu di negeri ini? Tanpa pengasuh atau wali, bukan sangat mencurigakan?"

"Ini kesempatanku, aku akan mendekatinya dan menjadikannya kekasihku." Edric merapikan rambutnya, berdiri dari bangku untuk melancarkan aksinya. Namun tiba-tiba Edward menahannya, membuat Edric maupun Eleazer menatap Edward dengan bingung.

"Jangan!" gertak Edward tanpa bersuara keras namun tegas, Edric kembali duduk dengan ragu namun penasaran. "Dia sedang mencari pria bangsawan untuk membiayai hidupnya."

"Aku bisa membiayai hidupnya, bahkan sampai turunan ke tujuh," sela Edric sombong, berniat kembali melancarkan niatnya untuk membuat perempuan itu jatuh dalam pelukannya.

"Juga utang yang ditinggalkan orang tuanya, kamu tidak akan mampu, Edric." Edward melanjutkan ucapannya, menatap Edric dengan tatapan serius.

"Kau benar-benar bodoh, Edric!" Eleazer kembali memukul kepala Edric, membuat pria itu meringis dan begitu pasrah. "Itu artinya Ed sudah memilih perempuan itu untuknya. Kali ini biarkan kembaran kita beraksi, can you feel his heart?"

...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang