[BHM5] Tatapan yang tak terduga

34.7K 2.3K 16
                                    

Maaf karena gambar pendukung saya letakkan di multimedia karena internet saya sangat lemot dan maaf atas ketidaknyamanan karena saya slow update, semoga kalian masih menikmati cerita abal ini.

Keesokan malamnya, Alyse memakai sebagian uang yang ia bawa untuk digunakan membeli sedikit perhiasan untuk menambah nilai penampilannya. Taxi yang dipesan Jenny -wanita tua yang baik hati- sudah tiba di depan flatnya, buru-buru Alyse berlari keluar dengan gaun malam berwarna merah yang begitu menggoda. Tak butuh waktu lama, Alyse melambaikan tangan pada Jenny yang menunggu di depan rumahnya dan taxi berjalan menuju Charlotte House.

Alyse menelan ludah ketika berbagai mobil mewah melewati taxinya, ia tidak mungkin turun dari taxi tepat di depan mansion tersebut. Jadi, Alyse meminta pengemudi taxi untuk menurunkannya di luar alun-alun, lalu berjalan kaki. Beberapa tamu terlihat turun dari mobil mewahnya, menginjak karpet merah yang sudah disediakan oleh penyelenggara pesta, jadi tidak perlu khawatir sepatu kaca atau kulit mereka akan tergores oleh debu. Lampu-lampu kristal menerangi seluruh mansion, beberapa bunga segar mengeluarkan harumnya.

Ketika sudah sampai di depan gerbang, seorang pelayan menghampirinya. Alyse memberikan mantelnya pada pesuruh tersebut yang membungkuk hormat ketika ia mengucapkan namanya, tak ada pengusiran ketika namanya tidak terdaftar. Alyse mendesah lega. Perlahan-lahan ia menaiki tangga, mulai memasuki ruangan yang sudah disulap begitu mewah dan didominasi warna merah, seperti gaunnya.

"Princess Alyse," seru wanita yang membuat Alyse terkejut.

Alyse berbalik, ia melihat pasangan paling kontroversial yang pernah didengarnya. Wanita berambut pirang yang begitu sexy dengan gaun malam berwarna hitam yang memperlihatkan punggung terbukanya, juga pria tampan yang merangkul pinggang wanita itu begitu posesif. Alyse membayangkan dirinya dirangkul seperti itu, rasa aman mungkin ia rasakan.

"Aku tidak menyangka kamu mau menghadiri pesta ini, Princess." Putri Harper yang berwajah cantik begitu ramah padanya, membuat Alyse tersenyum dan menekuk lututnya pada mereka berdua.

"Yang Mulia, saya senang bisa diterima dalam pesta ini," ujar Alyse dengan senyum manis memikat.

"Pesta dansa ini untuk umum, Prin -"

"Call me Alyse, Ma'am." Alyse menyela ucapan Harper, membuat wanita itu tersenyum manis.

"Alyse," ulang Harper, dia mengapit tangan Alyse. "Nikmati yang ada, aku harap kamu bersenang-senang, Alyse."

Alyse kembali tersenyum. "Terima kasih, Yang Mulia." Tak lama Harper meninggalkan Alyse di tengah manusia yang sedang berbincang-bincang.

Banyak bangsawan yang hadir dalam pesta ini, mereka tampak memamerkan kekayaan mereka melalui wanita yang mereka bawa. Perhiasan, gaun, topi, jam atau sepatu mereka sebutkan merek dan bahan dasarnya, membuat Alyse tersenyum kecut. Ini yang dinamakan Bangsawan, selalu memamerkan harta dan kenikmatan dunia. Mata Alyse menatap sekeliling ruangan, tidak ada satu orang yang ia kenal. Namun bukan tujuan Alyse untuk mengenal mereka, tapi Alyse bertujuan mencari pria kaya yang akan ia pilih menjadi penyokongnya. Dari sekian banyak pria dalam ruangan itu, Alyse tidak bisa memilih mana pria kaya yang belum menikah. Mereka terlihat sama saja, selalu ada wanita dan terlihat sama penampilannya.

Tak lama, akhirnya pandangan Alyse berbinar pada sudut ruangan. Ia melihat pria yang sudah ia ketahui informasinya, pria yang sedang berada diantara tamu yang mengelilinginya, pria yang ia lihat wajahnya berada di kafe dekat dermaga bersama temannya ketika itu. Alyse ingat, Edric dengan pria di sampingnya kemarin menatapnya dari kafe dengan pandangan yang tak Alyse ketahui. Tapi bukan itu yang terpenting saat ini, Alyse terus menatap Edric dengan senyuman manisnya.

Alyse mendesah bodoh, dirinya sama sekali tidak memiliki dasar menjadi wanita penghibur, bahkan trik untuk menggaet pria saja Alyse tidak mengetahuinya. Bagaimana ia bisa mendapatkan Edric? Tapi Alyse tidak menyerah, ia tahu Edric pria yang mudah terpesona dengan wanita cantik. Jadi, Alyse hanya harus tersenyum dan menatap pria itu agar mendatanginya.

*

"Oh Ely, dia terus menatapku dengan senyum manisnya. Bagaimana aku bisa menahan ini?" Edric mengeluh berbisik pada Eleazer yang berdiri di depannya, sedangkan Edward berdiri di sampingnya dan berbincang serius dengan Sersan William. Eleazer siap berbalik, namun tubuhnya dicekal Edric. "Jangan menoleh spontan, lakukan secara perlahan, Ely."

Eleazer menatap Edric sinis, tak lama kemudian seorang pria muda menyentuh pundaknya. Kesempatan untuk melihat siapa yang dimaksud Edric berada di tangannya, Eleazer tersenyum menyapa pria tersebut. "Mr. Centrino!" sapa Eleazer dengan senang, meskipun matanya menatap ke belakang tubuh pria tersebut.

Alyse Bryce, gumam Eleazer ketika matanya menangkap orang yang dimaksud Edric. Perempuan itu memang tersenyum ke arah mereka, dia sendiri tanpa pasangan. Eleazer tidak mendengarkan apa yang diucapkan Mr. Centrino yang terkenal tampan dan memesona, dia langsung berbalik meninggalkan Mr. Centrino.

"Bodoh! Kamu baru saja meninggalkan Centrino yang tampan," seru Edric yang tidak habis pikir dengan kembarannya, namun Eleazer mengibaskan tangannya tak peduli.

"Apa dia menyukaimu? Lebih tertarik denganmu dibandingkan Edward?" bisik Eleazer.

Edric menegakkan badannya, dia tersenyum miring penuh kemenangan. "Pesona Edward kalah denganku, kamu harus tahu itu, Ely."

Eleazer mencubit pinggang Edric, tanpa peduli apa yang dilakukan Edward, Eleazer menarik lengan Edward. "Lihat ke arah jam dua belas."

Edward yang siap meluapkan kekesalannya langsung menuruti ucapan Eleazer, matanya menangkap sosok Princess yang tersenyum lugu berdiri sendiri di seberang ruangan. Kemudian, tatapan Princess itu bertubruk dengannya. Entah disengaja atau tidak, perempuan itu mengibaskan rambutnya ke belakang, membuat leher putihnya terlihat jelas di mata Edward. Sebuah senyuman tipis terukir di bibir Edward, ia menunduk sedikit dan melangkah meninggalkan tempat tersebut.

*

Rasanya jantung Alyse berdetak begitu kencang, senyuman tipis yang dilayangkan pria tampan di samping Edric seperti siap membunuhnya. Dia tidak mengenal pria itu, namun ia ingat jika pria itu bersama Edric di kafe. Ada aura dingin ketika menatapnya, bahkan senyum tipis yang dilayangkan rasanya seperti senyuman penuh muslihat yang dilihatnya. Tapi Alyse tahu, pria itu cocok menjadi suami pura-puranya. Dia yakin, pria itu kaya dan memiliki harta yang mampu membayar utangnya, tak hanya itu, pria itu juga tidak akan menolak tawaran yang akan ia berikan. Karena pria itu teman Edric, semua tahu Edric yang sering bermain wanita, dan pasti tidak jauh dengan temannya.

"... Edward Nicholas Macht..."

"... calon pewaris tahta selanjutnya..."

"... dia sangat tampan dan begitu sexy..."

Alyse mendengar lebih dari satu pujian yang sejak tadi dibicarakan sekelompok gadis bangsawan di sebelahnya, mereka terlihat memuja pria bernama Edward Nicholas Macht. Siapa pria itu? Mungkin bisa menjadi calon penyokongnya yang kedua setelah Edric, pikir Alyse.

Namun tak lama, Alyse mengetahui pria tersebut. Pria yang baru saja melayangkan tatapan tajam dengan aura dinginnya adalah Earl of Benelux, Edward Nicholas Macht, kembaran Edric selama ini yang menurut Alyse seperti iblis yang tampan. Edward yang masih berbincang dengan pria tua terlihat tampan, lebih tampan dibandingkan Edric yang sebelumnya akan ia dekati. Pria yang sekarang menatapnya begitu tajam dan tanpa ekspresi.

Alyse harus menguatkan hatinya serta mentalnya ketika pria itu menatapnya dengan mata seperti belati, senyum tipis Alyse ukir untuk menyapa Earl tersebut. Dan malam ini, permainan telah dimulai. Ia telah menjatuhkan pilihannya.

...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang