Deburan 2

3.9K 288 29
                                    


Saya Kembali.....

Maaf kalau lama ya, kan author sudah tulis di depan kalau ini akan slow update.

tapi ini kan nggak lama-lama amat kan.

Dan....

Siapakah yang berhasil menebak Princess mana yang author angkat ceritanya kali ini??

Yup, sang Mermaid yang kali ini akan author obrak-abrik jalan ceritanya.... :D

Meskipun mungkin kali ini akan banyak bagian yang tidak mengikuti alur yang sudah ada.

Karena jujur saja, susahhhhhh sekali menyatukan Vampire dengan Mermaid,

dan Author juga terlalu mencintai Eliza sampai rasanya sangat sakit saat menulis cerita ini... (huhuhu, okey yang ini berlebihan)

Sudah ya, jangan lupa komentar komentar....

itu mood booster buat author, syukur-syukur ngasih pandangan bagaimana perkembangan tulisan author. percayalah, meski author nggak bisa bales, tapi semua komentarnya dapat tempat khusus dihati author kok   :p

***

enjoy the Chapter

************



Gadis itu masih tetap disana. Mengikuti kemanapun kapal itu melaju. Kapal yang ditumpangi Wiley tidak begitu besar. Hanya kapal pengangkut barang kecil yang sesekali singgah di dermaga daerah Vampire. Memang dermaga disana tergolong sepi. Hanya sesekali digunakan oleh orang yang ingin ke Oriana atau penyihir-penyihir yang berkepentingan dengan Vampire di daerah itu.

Seira nampak gelisah. Sebagai penghuni lautan, dia bisa merasakan kalau badai sebentar lagi akan menghantam daerah ini. Ini sudah dilaut lepas. Daratan sangatlah jauh dari sini. Dia mengkhawatirkan Pujaan hatinya yang masih setia memejamkan mata. Orang yang sudah mempesonanya dalam pandangan pertama, masih saja diam tak bergerak sedari tadi.

Seira bingung harus berbuat apa, dia tidak mungkin berteriak memanggil pemuda itu dan menarik perhatian banyak orang. Karena tidak ada yang boleh tahu identitasnya. Bagi manusia, dia adalah makhluk mitos yang hanya ada didongeng-dongeng pengantar tidur. Jadi Seira tidak sepatutnya menampakkan dirinya dan membuat kehebohan yang tidak perlu. Dia hanya bisa menunggu dan tetap waspada. Bersiaga untuk menolong pemuda itu.

************

Rombongan Aphrodite sampai di dermaga, namun mereka bingung harus berbuat apa. Baru berada di tepi laut saja sudah membuat kepala mereka berdenyut tak karuan. Aphrodite yang belum mengetahui tentang poseidon pun merasa bingung dengan keadaan ini.

"Apa hanya Aku yang merasa mual atau kalian juga? Ini pertama kalinya Aku merasa sakit setelah menjadi Vampire. Kupikir Vampire tidak mudah merasa sakit. Tapi ini benar-benar...." Aphrodite tidak dapat melanjutkan kata-katanya karena menahan mual.

"Kamu ingat tadi Wiley menyebut tentang Poseidon?" Edmund bertanya lemah. Dia sendiri juga menahan pusing.

Aphrodite hanya menjawabnya dengan anggukan pelan.

"Ini karena Poseidon melindungi seluruh kawasan laut didunia dengan kekuatannya agar makhluk pemangsa seperti kita tidak dapat melukai penghuni laut." Terang Edmund sejelas mungkin.

Aphrodite mengangguk mengerti namun sedikit merasa tidak nyaman dengan istilah "pemangsa" yang digunakan Edmund. Karena sejak menjadi Vampire, Aphrodite hampir tidak pernah menyakiti makhluk hidup. Kecuali saat-saat pertama dia menjadi Vampire dulu. Selanjutnya, dia hanya meminum darah yang sudah di sediakan untuknya. Vampire kerajaan memang tidak perlu susah payah berburu untuk sekedar mendapat makanan.

"Jadi,.. Siapa sebenarnya di Poseidon ini?" Pertanyaan Aphrodite sukses membuat semua mata memandangnya gemas. Semua yang ada disana berpikir kalau Aphrodite yang sekarang tidak selamban dulu. Namun, dugaan mereka meleset.

"Oh Eve, apa Kamu bahkan belum pernah mendengar nama 'penguasa lautan'?" Roan bertanya gemas.

"Hemm?" Aphrodite hanya menggumam bingung.

"Dia penguasa lautan Eve. Seperti Raja. Apa kamu bahkan belum pernah membaca tentang mitologi yunani kuno?" Kali ini Roussel yang menjawab.

"Mitologi Yunani? Tentu saja Aku tahu. Tapi bukankah semua itu hanya dongeng?" Aphrodite bertanya dengan polosnya.

Edmund, Roussel, Roan, Blake, Mavi dan bahkan Irven menatap Aphrodite tak percaya. "Sungguh Eve, bahkan setelah Kamu menjadi Vampire, Kamu masih berpikir bahwa makhluk-makhluk itu tidak nyata?" Edmund bertanya dengan gemasnya.

"Benar juga. Jadi mereka benar-benar ada?" Aphrodite melanjutkan pertanyaannya tanpa bersalah.

"Ya." Jawab Edmund dengan sabar. "Kami hidup saling menghormati. Terutama manusia. Mereka sangat lemah dibandingkan semua makhluk didunia ini. Namun mereka sangat istimewa dengan cara mereka sendiri. Karena itu semua makhluk Immortal, makhluk magis, makhluk mitologi, dan masih banyak lagi, memilih hidup dalam bayangan. Bersembunyi dari manusia. Karena populasi kami hanya sedikit. Meski kami hidup selamanya, namun kami tidak bisa memproduksi keturunan secepat manusia. Butuh waktu bertahun-tahun bahkan untuk mengandung satu bayi bagi kami. Dan yang ku dengar, semua ibu yang mengandung mengalami rasa sakit yang luar biasa. Makanya kebanyakan dari kami lebih memilih untuk tidak punya keturunan. Kecuali Kerajaan tentunya. Karena mereka harus mempunyai penerus." Edmund menjelaskan.

"Baiklah Aku sudah mengerti. Sekarang bagaimana caranya kita menolong Wiley?" Aphrodite mengalihkan pembicaraan.

"Entahlah. Kita bahkan tidak tahu kemana sebenarnya dia pergi. Yang kita tahu, dia sedang ada ditengah-tengah lautan yang luas itu." Roussel menjawab lemah.

"Kita hanya bisa menunggu sampai ada kapal yang mendekat kemari agar kita bisa bertanya keberadaan Wiley." Irven menjawab datar.

"Bisakah kita menunggu ditempat yang agak jauh? Aku benar-benar tidak tahan dengan rasa mual ini." Aphrodite mengiba.

"Tentu. Kita tunggu didaerah yang cukup tinggi agar jika ada kapal yang mendekat, kita bisa segera mengetahuinya." Mavi memberi usul.

Semua mengangguk setuju dan berjalan menjauh dari sana. Mencari tempat strategis sambil menunggu kedatangan kapal.

***************

Hal yang ditakutkan Seira benar-benar terjadi. Badai mulai menghatam lautan. Tanpa aba-aba. Tanpa peringatan. Kapal yang ditumpangi Wiley oleng tanpa bisa dikendalikan. Semua penumpang dikapal itu panik. Mencoba berpegangan pada apa saja berharap nyawa mereka bisa terselamatkan. Kecuali Wiley. Dia masih saja tak sadarkan diri. Keributan yang terjadi disekitarnya tak mampu membangunkannya.

Seira yang panik melihat Wiley yang masih saja terpejam, tanpa pikir panjang langsung berenang mendekat ke kapal. Tak dipedulikannya lagi manusia yang bakal melihatnya nanti. Tujuannya hanya satu. Menyelamatkan pemuda itu.

Satu hantaman ombak besar berhasil menggulingkan kapal itu. Semua yang ada di atas kapal terjun bebas ke dalam lautan tanpa bisa diselamatkan. Satu ombak susulan yang tak kalah besar dari yang pertama memporak-porandakan apa yang tersisa dari kapal yang tergolong kecil dan rapuh itu. Semua langsung hilang dalam sekali sapuan. Tak terlihat puing apapun di atas lautan yang bergejolak itu. Hanya ada ombak yang menggila seakan memanggil siapa saja menuju kematiannya.

Seira yang melihat kejadian di depannya panik dan ketakutan. Dia sendiri sangat kesulitan berenang di dalam badai yang mengamuk itu. Jangankan menyelamatkan orang lain. Bertahan hidup saja sudah sangat sulit disana.

Namun Seira tidak mau menyerah. Dia tetap berusaha mencari Wiley ditengah ketidakmungkinan itu. Dia menerjang ombak yang ada didepannya. Berjuang menyelamatkan pemuda yang telah mencuri hatinya.

"Kumohon bertahanlah untukku...." Batin Seira penuh harap.

************


Take Me My PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang