1. Historica Sunny

92 14 24
                                    

Jangan berpura-pura tidak peduli jika sedang mendengarkan cerita dari seorang kurcaci. Ya, kurcaci. Pagi ini Sang Putri istana terbangun lebih awal karena terganggu oleh ketukan pintu dari luar kamarnya.

Berisik sekali bunyi pintu kamarnya yang tanpa ampun digedor-gedor oleh tiga anak kecil berumur sekitar tujuh setengah tahun. Mereka adalah teman dari Tuan Putri yang tak akan berhenti mengetuk pintu sebelum dibuka.

Dok,dok,dok...!

"Tuan Putri! Bangun! Mau dengar cerita dari Kuraci tidak?!".

Dok,dok,dok...!

"Iya... iya sebentar," kata Tuan Putri, bangun terhuyung dengan lesu. Ia turun dari ranjangnya dengan malas-malasan, memakai sandalnya saja sampai tertukar. Berjalan menuju ke depan pintu dengan mata masih mengantuk, sesekali menguap lebar-lebar sambil menggaruk-garuk kepala dengan rambut yang berantakan.

Jam segini Tuan Putri masih memakai piama merah jambu. Padahal diluar jendela, langit terlihat cerah dan sedikit berkabut menyisakan embun semalam, suhu udara pun sudah terasa hangat pagi ini.

Tapi memang Tuan Putri-nya saja yang malas bangun pagi-pagi. Matanya tak kuasa untuk dibuka, maka Sang Tuan Putri harus merambati dinding kamarnya dengan telapak tangan yang mungil itu.

Sesampainya didepan pintu, ia masih harus bersusah payah untuk berjinjit meraih gagang pintu yang lebih tinggi dari tubuhnya.

"Selamat pagi Tuan Putri Sunny," sapa anak laki-laki dengan senyum manis tepat dihadapannya. Bajunya yang putih itu sudah rapi dengan potongan rambut klimis hitamnya.

"Eh... kan sudah kubilang dari awal, panggil saja Sunny, aku kan temanmu," kata Sang Tuan Putri.

"Lama sekali sih, baru bangun ya?" celetuk seorang gadis yang berambut cepak berwarna ungu, matanya yang juga bersinar ungu itu menunjukkan rasa kesalnya.

"Iya nih, padahal ayam istana sudah berkokok dari tadi," tambah anak laki-laki lainnya yang kurus keriting dan selalu membawa pedang mainan.

"Ya baiklah, masuk saja. Aku akan mandi dulu. Tapi tolong panggil aku kalau Kurcaci sudah datang," kata Sang Putri sembari membawa handuk, baju dan pasta gigi ke dalam kamar mandi pribadinya.

Sebenarnya teman-temannya itu sangat antusias sekali menunggu cerita dari kucaci. Kadang mereka tertawa terbahak-bahak saat mendengar cerita lucu, kadang mereka sedih saat mendengar cerita tentang meninggalnya Ksatria muda yang bertalenta, pernah juga mereka ketakutan kalau diceritakan tentang ngeri-nya seekor naga.

Sementara tiga temannya dari Desa Destronian itu sudah rapi sejak ayam istana berkokok pagi tadi. Historica Sunny, sebagai seorang Putri Raja dari Istana Chalcedon yang sangat di hormati itu malah baru bangun dari tempat tidurnya, seakan tidak semangat dalam menjalani hari-harinya sebagai seorang anak yang periang.
Padahal semasa usia tiga tahun, dirinya sangat senang bangun pagi-pagi sekali untuk melakukan berbagai aktivitas yang amat menyenangkan.

Dulu, anak itu bangun sebelum ayam istana berkokok, Sang Putri malah sempat-sempatnya pergi ke kandang untuk membangunkan ayam-ayam tersebut, lalu mengumpulkan telur-telur emas dari ayam istana itu.

Setelah itu ia harus bergegas menyiram bunga di pekarangan istana, lalu ia secepatnya menghabiskan sarapan paginya agar kemudian bisa bermain-main dengan Woopy, seekor Tupai Hermit yang didapat dari bibinya pada ulang tahunnya yang ke empat.

Tupai Hermit bukanlah sekedar tupai biasa, itu adalah tupai langka yang memiliki sepasang sayap kelelawar berwarna putih salju pada punggungnya, dan bisa terbang pula.

Historica SunnyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang