Di sebuah lorong istana yang gelap sunyi dan sedikit menakutkan ini. Tidak ada satupun cahaya yang meneranginya. Hanya tampak sebuah titik putih kecil di sudut lorong yang tembus ke lapangan memanah saat mereka berdua telah sampai kira-kira di tengah-tengah lorong.
"Aku yakin, tadi aku melihatnya disini," kata Sunny sambil berjaga-jaga kalau saja Napussy itu keluar lorong tiba-tiba.
"Lihat disana!" kata Fey, suaranya menggema sampai ke seluruh lorong. Mendekati sesosok kecil berkilat hijau yang bersandar pada dinding itu, lalu hendak menyalakan obornya.
"Jangan!" kata Sunny cepat-cepat, lalu berbisik, "Jangan gunakan obor. Jangan sampai Napussy itu terganggu, jadi kita akan menangkapnya diam-diam,".
Sunny mendekati Napussy itu secara perlahan. Tapi baru beberapa langkah berjalan, Napussy langsung berkelebat menjauh.
"Biar aku saja yang tangkap. Sunny, kau jaga disini, pegang obornya jangan sampai Napussy itu melewatimu," kata Fey mantap lalu berjalan memasuki lorong gelap.
"Baik," kata Sunny mengerti, menggenggam obornya kuat-kuat.
Satu menit, dua menit, tak terjadi apa-apa. Sampai hampir lima menit lamanya Sunny masih berdiri disana. Sepi, sunyi, gelap dan lembab. Semakin lama udara terasa semakin pengap. Ingin sekali Sunny menyalakan obornya, tapi ia sendiri sudah melarang Fey. Anak itu sekarang malah ngeri sendiri, menghadap lebih dari lima menit kearah lorong yang gelap gulita.
Fey sudah tak terlihat batang hidungnya. Yang Sunny takutkan kalau-kalau ada sosok hantu atau apapun yang merangkak-rangkak mengejutkan tepat didepannya, atau sepercik air liur yang jatuh dari atasnya, apalagi kalau mungkin saja sebuah potongan tangan yang menyentuh pundaknya.
"Iiiih..." gumamnya merinding. Sekarang pikirannya mulai aneh-aneh.
Sekilas Sunny menengok ke sudut lorong bercahaya, disana tampak latihan panah sudah berganti pada kelompok keempat. Dan saat Sunny menengok lagi ke sudut lorong bagian gelap itu, mendadak terdengar bunyi benda jatuh berkelontang.
"Eh, Fey? Kau jangan bercanda!".
Peletak...! Lagi-lagi suara itu, Sunny berpikir mungkin saja itu hanya suara busur panah yang jatuh. Namun tak lama kemudian, suara ganjil itu terus bermunculan, terhitung sekitar lima atau enam kali. Dan diakhiri oleh suara debam yang cukup keras.
"Eh! Fey...! jawablah! jangan membuatku takut seperti itu! Fey...‼". Tersadar ucapannya itu terlalu keras, spontan Sunny langsung menengok ke arah cahaya. Takut jika saja ucapannya itu menggema keluar lorong. Terlihat wajah Ajuzzy mengarah kepadanya, sepertinya ia tahu. Tapi dalam kegelapan seperti ini, semoga saja ia tidak melihatnya.
Dan kenapa mendadak rasanya Sunny tidak ingin berbalik menatap lorong gelap itu lagi. Kepalanya masih menghadap ke sudut cahaya. Takut seandainya saat berbalik, tiba-tiba sebuah wajah mengerikan berdarah-darah dengan mata menonjol sedang melotot tepat dihadapannya.
Sunny bergidik ketakutan, ia tidak siap untuk menerima jika seandainya sesosok mengerikan entah apa akan menghantuinya.
Memastikan kalau tidak ada apa-apa, ia memutuskan menjulurkan tangan panjang-panjang, tapi yang dirasakannya hanya udara kosong dan lembab. Tidak ada sesuatu, pikirnya. Namun tetap saja nyalinya masih menciut, ia enggan untuk memutar kepalanya. Sunny membayangkan, bagaimana kalau wajah mengerikan itu ternyata tanpa tubuh dan melayang-layang.
"Aarrgh...". Akhirnya Sunny memilih mundur, mencoba keluar meninggalkan Fey yang sendirian didalam.
Dan terkejut bukan main, tangan kirinya tiba-tiba digenggam oleh sesuatu yang dingin, suram, dan mengerikan. Sampai-sampai berteriak pun Sunny sangat kesulitan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Historica Sunny
FantasíaDua tahun yang lalu, seorang putri dari istana Chalcedon diculik oleh para monster yang menyebut diri mereka dengan sebutan Mangklie. Meskipun ia telah diselamatkan oleh para Ksatria, namun dirinya tak dapat menghindari rasa trauma. Dan hingga sam...