3. Tujuh Kurcaci

43 6 0
                                    

Hingga sore hari, kurcaci Siral baru sadar dari pingsannya, dan mendapati bahwa dirinya telah berbaring di tempat tidur tidak jauh dari Sunny. Kurcaci itu sekarang berada di ruang perawatan, masih tergeletak lemas dan seluruh badannya sulit untuk digerakkan.

Tidak jauh dari Siral, ada Yoshie yang duduk di bangku panjang, mengantuk dan menggaruk-garuk dahinya.

"Kau sudah bangun..." kata Poppie berdiri mendekat, duduk di sebelah kaki Siral.

"Kenapa aku? Tanganku... leherku... kakiku... semuanya kaku..." Siral benar-benar kesulitan untuk bergerak. Dia hanya bisa mengedipkan mata, menggerakkan wajah dan kedua telinganya, itu saja.

"Tenang Siral, kamu telah ditolong oleh Tuan Altar. Sebentar lagi Tuan Altar akan datang membawa ramuan," kata Poppie.

"Dimana Nona Birthny? Apa dia yang membawaku kesini?" tanya Siral, melirik ke segala arah.

"Ya... dia yang membawamu kesini. Sekarang Nona Birthny pergi ke rumahmu lagi, katanya ada sesuatu yang penting baginya," jawab Poppie, dan setelah itu tiga teman kurcacinya datang membawa bingkisan roti tawar dan susu kedelai kesukaannya.

"Uh... Kumal, Bucal, Pinemal... dimana yang lainnya?" tanya Siral saat Bucal (kurcaci ungu) meletakkan bingkisan di meja.

"Oh... mereka mendapat tugas dari Nona Birthny," kata Pinemal, nama kurcaci oranye, "Seharusnya Kumal juga diminta untuk membantu Nona Birthny, tapi dia malah ikut kesini,".

"Eh! aku kan juga ingin menengok Siral, seharusnya kau saja yang ada disana!" seru Kumal (kurcaci kuning) dengan kesal.

"Tidak bisa! Aku kan tidak diberi tugas!" balas Pinemal. Mereka malah saling berseteru.

"Ssst...! Jangan berisik," kata Poppie menenangkan mereka, "Tuan Putri sedang tidur," ucapnya menatap Sunny yang ada di sebelah mereka, hanya berjarak dua tempat tidur kosong.

"Apa kau tidak apa-apa? Padahal siang tadi aku buru-buru panggilkan Dewi Seruni, tapi kau malah pulang sendiri," kata Bucal cemas.

"Aku tidak tahu kenapa bisa seperti ini," jawabnya, "Kepalaku terasa pusing dan perutku mual," keluh Siral, wajahnya meringis kesakitan.

"Oh ya... aku mau tanya sesuatu pada kalian," ucap Yoshie dibelakang mereka, berdiri dan mendekat.

"Untuk apa Nona Birthny menemui kalian? Sepertinya sangat penting sekali,".

"Oh itu... Nona Birthny menyuruh kita untuk membagikan surat perkamen. Tidak lama lagi, dia akan... Aaauuuh...?!" tiba-tiba Kumal berteriak keras sekali, dicubit oleh Bucal dan Pinemal.

Hampir semua pasien yang dirawat disana mengangkat kepala tinggi-tinggi, ingin tahu siapa yang teriak sekeras itu.

Poppie kesal dan mengancam untuk mengeluarkan mereka kalau masih berisik lagi, ("Ini di ruang rawat, bukan di lapangan memanah! Paham!").
Sedangkan Yoshie gelisah melihat Tuan Putri Sunny, beruntung anak itu tidak bangun dari tidurnya.

"Maaf Tuan Yoshie... sebenarnya kami belum boleh mengatakannya sekarang. Tapi dua atau tiga hari lagi pasti akan kami beri tahu," kata Pinemal, lirih se lirihnya.

Namun Yoshie sangat penasaran sekali. Dia membujuknya, tapi percuma, mereka tetap tidak mau mengatakannya.

"Nona Birthny ingin sekali merahasiakannya sampai Tuan Steve pulang dari misinya," kata Bucal. Maka Yoshie berpikir heran, kenapa harus menunggu Steve pulang.

"Oh begitu ya... kalau kalian tidak mau katakan, aku akan tanyakan pada teman kurcaci kalian. Mungkin mereka mau memberi tahu,".

"Tidak bisa Tuan. Para Peri, pelayan, koki istana, hingga Raja dan semua yang diberi tahu tidak boleh mengatakannya sekarang," tambah Pinemal. Yoshie bertambah curiga, begitu pula Poppie.

Historica SunnyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang