Meskipun saat itu datang dengan cepat, kupastikan takkan bisa merubah perasaan kami secepat itu pula. Bahkan mungkin selamanya akan selalu seperti ini. Aku padanya, dia padaku.
―Rivanno―
=====
Rivanno POV
Reina cantik sekali hari ini. Meski hari-hari kemarin pun ia cantik. Kali ini berbeda. Entahlah. Mungkin hanya perasaanku saja. Tapi Reina memang tampak begitu manis dengan baju casual berwarna grey dan hoodie yang dipakainya. Cukup dengan seperti ini, ia membuatku tak ingin melepaskannya.
"Kita mau kemana sih, Kak?" tanya Reina penasaran saat mobil kami sudah berjalan mulus di jalanan.
"Bandung," jawabku seraya tersenyum. Kulihat Reina mengerutkan keningnya.
"Bandung?" Ia bertanya lagi. Mungkin heran untuk apa kami pergi ke sana. Aku hanya mengangguk. "Ngapain?"
"Jalan-jalan aja, Rei."
"Nginep?" tanya Reina lagi.
"Enggak. Sorenya kita balik lagi, kok," jawabku. Mobilku sudah masuk tol sekarang. Kuharap jalanannya tak macet apalagi sampai harus padat merayap.
"Emang gak capek, Kak?" Ia masih bertanya. Dan aku menjawabnya dengan gelengan kepala. "Iya, deh. Terserah Kakak aja."
Reina sepertinya memutuskan untuk tak bertanya lagi. Memilih untuk menurut saja. Aku tahu kekhawatirnya. Apalagi saat tadi Reina memeluk dan berterima kasih pada ibu. Rasanya aku akan kehilangannya saat itu juga. Meski aku tetap berusaha tersenyum. Namun aku bisa merasakan Reina hanya tak ingin menyakiti dan mengecewakan ibu. Karena aku pun begitu.
Aku merasakannya. Aku juga takut. Takut kami terpisah, takut ayah dan ibu sampai tahu dan tak ada lagi harapan untuk kisah kami. Aku sadar, amat sangat sadar. Maka dari itu, setidaknya aku ingin kami punya kenangan untuk diingat nanti. Kelak saat kami harus berpisah.
Sakit, sedih, kesal dan marah. Itu yang ada di benakku sekarang. Aku ingin marah, tapi pada siapa? Aku ingin menangis, tapi untuk apa? Menyesal? Tidak akan. Aku tak akan pernah menyesali anugerah terindah yang Tuhan tanamkan di hatiku. Tak menyesali perasaanku padanya dan sebaliknya. Satu-satunya yang membuatku menyesal adalah mengapa harus Reina yang menjadi anak ayah ―adikku?
Kulihat dia yang duduk di sampingku. Matanya terpejam. Sepertinya ia masih mengantuk dan sisa perjalananku akan sepi. Kuputar mp3 player di mobil. Ah, lagu Aerosmith ini malah semakin membuatku tak ingin kehilangan dirinya.
I could stay awake just to hear you breathing
Watch you smile while you are sleeping
While you're far away and dreaming
I could spend my life in this sweet surrender
I could stay lost in this moment foreverWell, every moment spent with you
Is a moment I treasureKulirik ia yang sedang terlelap di sampingku. Matanya yang cantik terpejam. Bibir tipisnya sedikit tertarik. Ia tersenyum. Apa yang sedang kau lihat di mimpimu, Rei?
I don't wanna close my eyes
I don't wanna fall asleep
'Cause I'd miss you, baby
And I don't wanna miss a thing'Cause even when I dream of you
The sweetest dream would never do
I'd still miss you, baby
And I don't wanna miss a thingKuelus lembut pipinya. Sebisa mungkin untuk tak membuatnya terbangun. Rei, cuma kamu yang bisa buat aku begini. Kamu satu-satunya gadis yang bisa membuatku takut kehilangan seperti ini. Satu-satunya alasanku bernapas agar tetap hidup untuk memandangmu meski dari jauh. Aku mau menukar apapun jika memang bisa. Hanya untuk bersamamu, selamanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Terlarang
RomanceSeorang kakak sayang sama adiknya..? Wajar... Tapi gimana kalo seorang kakak jatuh cinta sama adiknya..? Ini yang gak wajar..