#7

1.4K 15 0
                                    

Pelan-pelan Sim Hong memejamkan matanya kembali, bibirnya yang kecil mungil dibuka sedikit, bersiap sedia menikmati kehangatan tubuh dari lelaki itu.
Siapa tahu Buyung Im seng menggelengkan kepalanya berulang kali, ujarnya. "Bawalah aku masuk ke kamarmu, aku ingin istirahat sebentar. Dan kau boleh memberi laporan dulu pada kokcu, bila aku sudah mengetahui jelas keadaan situasi didalam lembah ini, baru kita rundingkan kembali soal ini."
Pelan-pelan Sim Hong membuka matanya lebar-lebar, kemudian berkata lembut. "Kau tidak berani, kau juga takut pada suhuku?"
Buyung Im seng segera tersenyum. "Aku tak takut padanya, tapi kau tak dapat menentang dirinya, aku tahu dia itu keji dan berhati kejam, bila kau berani menentangnya maka diapun tak akan mengingat hubungan guru dan murid lagi, dia pasti akan merenggut selembar jiwamu."
Sim Hong menghela napas panjang dengan membawa Buyung Im seng masuk ke dalam kamarnya, dia lantas memasang lentera.
Tampak ranjang berseprai putih teratur rapi dalam ruangan itu, tirai yang indah menghiasi dinding, indah dan nyaman dekorasi dalam ruangan tersebut.
Sim Hong segera tersenyum, katanya. "Beristirahatlah di sini! Akan kulaporkan kedatanganmu ini kepada suhu..."
"Kau masih muda berparas cantik dan bergaya menarik, di kemudian hari aku pasti akan berkata pada kokcu kalian untuk menarik kau guna melayani diriku."
"Sungguh perkataanmu itu?" "Tentu saja sungguh!" "Semoga saja kau tak membohongi aku."
Seusai berkata pelan-pelan dia melangkah pergi meninggalkan tempat itu.
Memandang hingga bayangan tubuh dari Sim Hong sudah jauh dari pandangan, Buyung Im seng baru berpikir. "Lembah Giok hong kok ini benar-benar cabul dan penuh perempuan jalang, selama berada di sini keadaanku amat berbahaya dan setiap saat terancam jebakan-jebakan maut, aku harus bertindak lebih berhati-hati, kalau bisa secepatnya mendapatkan kitab pusaka ilmu pedang itu."
Berpikir demikian, tanpa terasa dia meraba obat pemabuk yang diberikan Kwik soat kun kepadanya itu, sementara dia masih melamun mendadak terdengar langkah manusia berkumandang memecahkan keheningan.
Tergetar perasaan Buyung Im seng setelah mendengar suara langkah manusia itu, pikirnya. "Cepat benar budak itu balik kembali."
Ketika dia berpaling, tampak seorang gadis berbaju hijau bergaun hijau sedang pelan-pelan berjalan masuk ke dalam ruangan. Ternyata orang itu bukan Sim Hong.
Dengan sepasang mata yang jeli, gadis berbaju hijau itu mengamati wajah Buyung Im seng beberapa saat lamanya, kemudian menegur. "Siapa kau?"
Buyung Im seng mendehem pelan lalu menjawab. "Aku mah... Giok longkun Ong Ciu!"
"Giok longkun?" bisik si nona berbaju hijau itu dengan wajah termangu-mangu.
"Benar!"
Nona baju hijau itu manggut, mendadak dia melangkah maju ke depan.
Sebenarnya Buyung Im seng ingin mundur ke belakang untuk menghindar, mendadak pikirnya. "Giok long kun bukan seorang lelaki yang takut terhadap kaum perempuan..."
Maka dengan lengan direntangkan, dia menyongsong kedatangan gadis berbaju hijau itu. Mendadak nona baju hijau itu menghentikan langkahnya seraya menegur. "Paman Ong, kau sudah tidak kenal lagi denganku?"
Buyung Im seng menjadi tertegun, kemudian pikirnya. "Dia menyebut paman Ong kepadaku, sudah jelas merupakan boanpweku, lagi pula pasti kenal aku dimasa lalu, yaa, aku musti menghadapinya secara berhati-hati."
Berpikir sampai di situ, dia lantas berkata. "Aku sudah sepuluh tahun lebih meninggalkan lembah Giok hong kok ini..."
"Benar!" gadis baju hijau itu mengangguk. "Usiaku sudah lanjut, tentu saja tidak akan terdapat perubahan banyak, tapi kalian masih muda-muda, perubahan selama sepuluh tahun terlalu banyak bagiku, untuk sesaat aku jadi tak bisa mengenali siapa dirimu..."
"Betul juga perkataan paman Ong, ketika kau pergi meninggalkan tempat ini, aku masih berusia sepuluh tahun."
Meminjam sinar lentera yang menerangi ruangan, dia mencoba untuk mengamati nona berbaju hijau itu sekejap, tampak matanya jeli dengan alis mata yang melentik, cantik nian parasnya, cuma bedanya dia tidak memiliki sifat jalang seperti yang dimiliki Sim Hong.
Tergerak hatinya secara tiba-tiba setelah menyaksikan hal ini, pikirnya. "Aaah, benar, budak ini lembut dan bermuka polos, mungkin dialah ngo-suci yang dimaksudkan oleh Sim Hong."

Berpikir sampai disitu, diapun lantas menegur. "Kaukah si lo ngo?"
Nona berbaju hijau itu segera tersenyum. "Betul! Paman Ong masih ingat denganku."
Buyung Im seng tertawa. "Aku hanya teringat kalau kau adalah lo-ngo tapi aku lupa siapakah namamu."
"Aku bernama Lau hong!" seru si nona berbaju hijau itu sambil tertawa manis. "Betul, betul kau bernama Lau hong."
"Malam ini aku sedang mendapat tugas melakukan perondaan, kulihat Sim Hong sumoay secara mencurigakan sekali masuk kemari membawa seseorang, tidak kusangka kalau orang yang dia bawa kemari adalah paman Ong..."
Buyung Im seng segera berpikir, "Sewaktu Giok longkun meninggalkan lembah, ia belum lagi berusia sepuluh tahun, sekalipun masih ada kenangan didalam hatinya, tak akan terlalu banyak, kalau begitu akupun bisa berbincang-bincang dengannya secara leluasa."
Sementara dia masih berpikir, terdengar Lau hong berkata kembali. "Kau sudah lenyap lama sekali, konon kau tertimpa pula musibah, oleh kejadian ini, suhu sudah lama sekali merasa sedih dan berduka."
"Aku kena ditangkap oleh hwesio-hwesio dari Siau lim si, kemudian disekap lama sekali didalam kuil mereka."
"Oooo... rupanya begitu," kata Lau hong sambil tertawa. "Jika suhu mendapat tahu tentang kabar ini, sudah pasti dia akan menyerempet bahaya untuk menyerbu kuil itu dan berusaha untuk menyelamatkan dirimu."
"Didalam kuil Siau lim si penuh terdapat pendeta-pendeta yang berilmu tinggi, sekalipun suhumu kesana, belum tentu dapat menyelamatkan diriku."
Setelah berhenti sebentar, lanjutnya. "Malam ini suhumu sedang menjamu tamu, entah siapa saja yang sedang dijamu olehnya?"
"Tamu yang datang berkunjung terdiri dari beraneka ragam manusia, ada yang tua ada pula yang muda, malah ada seorang Tau-to (hwesio yang memelihara rambut)."
"Sim Hong telah masuk istana untuk memberi laporan, jika suhumu masih teringat dengan hubungan lama kami, dengan cepat dia akan datang untuk menjemput aku."
Lan hong tertawa. "Dua bulan berselang, suhu masih sempat membicarakan diri paman denganku, kelihatannya dia masih merasa kangen sekali denganmu."
Buyung Im seng menghembuskan napas panjang, katanya sambil tertawa. "Begitu lolos dari kuil Siau lim si, aku langsung kembali ke lembah Giok hong kok, andaikata suhumu telah melupakan aku, sungguh kejadian ini merupakan suatu pukulan batin bagiku."
"Tak usah kuatir paman, cinta suhu kepadamu..."
Mendadak terdengar bunyi langkah kaki yang cepat berkumandang datang dan memotong perkataan Lau hong yang belum selesai.
"Locianpwe, suhu kami mempersilahkan..."
Ketika dilihatnya Lau hong berada di situ, ia menjadi tertegun, buru-buru dia membungkukkan badannya memberi hormat.
"Siau moay menjumpai ngo-suci!" Lau hong tertawa ewa, katanya. "Enci sedang tuga meronda ketika secara tiba-tiba menyaksikan kau pulang membawa orang, aku tidak tahu siapa yang kau bawa, maka sengaja datang kemari untuk melakukan pemeriksaan."
"Siau moay sudah lupa melaporkan dulu kejadian ini kepada cici, harap cici jangan marah."
Lau hong tersenyum.
"Kau telah membawa pulang paman Ong, bergembira saja aku tak sempat, masa aku akan marah kepadamu?"
Sim hong tersenyum. "Masih ingatkah kau dengan paman Ong?" tegurnya. "Tentu saja kenal, cuma paman Ong sudah tidak kenali diriku lagi..."
Buyung Im seng tersenyum, sinar matanya lantas dialihkan ke wajah Sim Hong, kemudian tanyanya. "Apa yang dikatakan suhumu?"
"Sungguh amat kebetulan sekali kedatangan mu hari ini, andaikata kau tidak pulang saat ini dunia persilatan bakal terjadi suatu badai pertumpahan darah yang sangat hebat!"
"Apa yang terjadi?" "Diantara tamu yang datang pada hari ini ada seorang diantaranya yang mengetahui akan kejadian yang menimpa paman, dia tahu kalau paman telah disekap dalam kuil Siau lim si, mendengar berita tersebut suhu menjadi naik darah dia mengajak orang untuk mendatangi kuil Siau lim si serta menuntut pembebasan."
"Apakah suhumu akan pergi seorang diri?"
"Tentu saja dia akan membawa serta kami suci-moay sekalian, selain itu tamu-tamu yang hadir hari ini juga bersedia membantu suhu."
"Kau telah berjumpa dengan tamu-tamu itu, tahukah kau mereka berasal dari aliran mana saja?"
"Soal ini tidak begitu boanpwe ketahui, cuma didalamnya terdapat aneka macam-macam manusia dari pelbagai aliran."
Diam-diam Buyung Im seng amat kesal sekali, pikirnya. "Sekalipun rencana yang diatur pihak Li ji pang sangat sempurna, tapi mereka tak mengira kalau pada malam ini Giok hong siancu sedang melakukan perjamuan tamu agung, kata orang manusia sejenis akan berkumpul menjadi satu, sudah pasti orang-orang yang mengadakan hubungan dengan Giok hong siancu juga bukan manusia sembarangan, siapapun tahu kalau diantaranya yang hadir ada juga teman-teman dari Ong Ciu, sial jika sampai berjumpa muka, tak urung mereka pasti akan mengajakku untuk membicarakan kembali kenangan lama, padahal aku tak tahu apa-apa, bagaimana nanti caraku menjawab pertanyaan mereka?"

Lembah Tiga Malaikat (San Seng Men) -  Wo Lung ShenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang