#16

2K 24 0
                                    

Untung saja dia cukup hapal dengan jalanan disekitar sana, kendatipun perguruan tiga malaikat terletak ditengah-tengah keliling bukit yang susun menyusun, namun arah dan situasi disekitar situ cukup berkesan didalam benaknya.
Begitulah, setelah menempuh perjalanan selama beberapa hari, akhirnya tibalah Kwik Soat kun didalam bukit Bu-gi-san.
Tampak bukit menjulang tinggi ke udara, jurang membentang beribu-ribu kaki, begitu seram dan angkernya suasana di situ sehingga meninggalkan kesan aneh dalam hati kecilnya.
Rupanya bukit yang menjulang di sekeliling bukit Bu-gi-san begitu banyak jumlahnya dan lagi satu dengan yang lain hampir mirip, sehingga gampang bagi seseorang untuk sesat jalan.
Terpaksa Kwik Soat kun harus mencari dengan penuh kesabaran, sudah dua hari lamanya dia menyelusuri tanah perbukitan tersebut.
Senja itu, sampailah si nona di depan sebuah kuil, karena terasa lelah dan mengantuk akhirnya dia masuk ke dalam ruangan kuil dan duduk bersandar di ruangan.
Maksudnya dia akan beristirahat sebentar kemudian baru pergi mencari makanan untuk mengisi perut.
Siapa tahu, perjalanan yang melelahkan selama dua hari ini banyak menguras kekuatan tubuhnya, begitu bersandar di atas dinding rasa lelah dan mengantuknya kian lama kian bertambah berat, tanpa disadari akhirnya dia terlelap tidur.
Ditengah nyenyaknya tidur, mendadak ia merasa tubuhnya seolah-olah dibelenggu oleh sesuatu, akhirnya dengan perasaan kaget dia mendusin dari tidurnya.
Ketika membuka matanya, dia saksikan tubuhnya telah dibelenggu oleh seekor ular besar berwarna merah yang melilit tubuhnya kencang-kencang, bau amis yang menusuk penciuman membuat perutnya terasa sangat mual.
Serta merta dia mendongakkan kepalanya, tampak seorang kakek berjenggot putih sepanjang dada sedang berdiri di depan pintu kuil, kecuali ular berwarna merah sedang melilit di atas tubuhnya, masih ada seekor ular raksasa bersisik merah lagi yang melingkar tepat di hadapan mukanya.
Sekalipun Kwik Soat kun sudah seringkali mengalami kejadian besar dan ancaman mara bahaya, saat ini tak urung terkesiap juga dibuatnya.
Tiba-tiba terdengar kakek berjenggot putih itu berkata :
"Wahai bocah perempuan, apabila lohu mengulapkan tangannya, maka ular merah yang melilit di atas tubuhmu itu akan segera memagutmu atau bila lohu memerintahkan maka dia akan mengencangkan lilitan tubuhnya sehingga meremukkan seluruh tubuhmu."
Kwik Soat kun segera berubah keras untuk menemukan hatinya, kemudian menegur.
"Siapakah kau ?"
"Lohu adalah Coa sin (si Dewa ular) Tong Lim !"
"Ehmm, seharusnya aku sudah menduga dirimu sejak tadi."
Si Dewa ular Tong Lim jadi tertegun oleh jawaban tersebut, namun dia tidak segera menanyakan nama dari Kwik Soat kun melainkan berkata lagi pelan-pelan.
"Bila kau tak ingin mati, jawablah pertanyaan lohu ini secara berterus terang, bila kau berani berbohong dan lohu ketahui, akan kuperintahkan ular beracun itu untuk memagutmu sampai mampus."
"Tanyalah !"
"Bocah perempuan, kau pemberani, darimana kau datang ?"
"Dari bukit Hong-san !" jawabannya.
"Ooh, mau apa datang kemari ?"
Kwik Soat kun termenung dan berpikir sebentar, kemudian baru jawabnya pelan.
"Hendak mencari markas besar dari perguruan tiga malaikat !"
"Apa kau anggota perguruan tiga malaikat ?"
"Bukan ! Aku adalah wakil ketua dari perkumpulan Li ji pang, Kwik Soat kun."
"Lohu toh tidak menanyakan soal nama serta asal usulmu."
"Sekalipun tidak kau tanyakan, aku toh harus menjawabnya juga akhirnya !"
Si Dewa ular Tong Lim segera tersenyum.
"Kau memang pintar...."
Berbicara sampai di situ, dia lantas bersuit rendah sambil mengulapkan tangannya, ular merah yang sedang melilit di atas Kwik Soat kun itu tiba-tiba saja mengendorkan lilitannya dan meluncur balik ke sisi tubuh Tong Lim.
Sembari mengendorkan otot-otot didalam tubuhnya yang kaku, Kwik Soat kun berseru lagi.
"Tong locianpwe, sudah cukup lama kau tak pernah melakukan perjalanan didalam dunia persilatan."
"Dalam situasi dan kondisi seperti ini, waktu bagi kita lebih berharga daripada emas, sepantasnya bila kita bicarakan masalah-masalah yang penting saja."
"Baik ! Ada urusan apa locianpwe datang kemari ?" tanya Kwik Soat kun kemudian.
"Seperti kau, datang mencari markas besar perguruan tiga malaikat...."
"Menyambangi teman ataukah mencari musuh ?"
"Dan nona sendiri ?"
Dari perubahan mimik orang, Kwik Soat kun sudah tahu kalau kedatangan Tong Lim bukan untuk mengunjungi teman, maka sahutnya kemudian.

Lembah Tiga Malaikat (San Seng Men) -  Wo Lung ShenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang