#14

1.2K 14 0
                                    

Kakek berbaju hitam itu sama sekali tak ambil perduli terhadap kematian rekannya, begitu menyambut datangnya serangan dari Khong Bu siang, suatu pertempuran sengit segera berkobar.
Nyoo Hong leng berpaling dan memandang sekejap ke arah Buyung Im seng, kemudian sambil menghimpun tenaga dalamnya, pelan-pelan ia berjalan mendekat, bisiknya kepada Buyung Im seng:
"Baik-baikkah kau ?"
"Aku merasa sangat baik !"
"Ia tidak mencekoki sesuatu obat beracun kepadamu ?" kembali Nyoo Hong leng bertanya dengan kening berkerut.
Buyung Im seng segera tersenyum
"Tidak. Dia adalah ayahku, masa ada ayah yang tidak menyayangi jiwa putranya."
"Jadi dia adalah Buyung Tiang kim ?"
"Betul" sahut Buyung Tiang kim yang berada disamping sambil tertawa, "aku adalah Buyung Tiang kim yang tulen !"
"Kau tidak mirip" seru Nyoo Hong leng cepat, "Buyung Tiang kim adalah seorang tayhiap yang dihormati setiap umat persilatan, masa seorang tayhiap bersikap semacam kau ?"
Buyung Tiang kim segera tertawa.
"Betul, Buyung Tiang kim yang dahulu memang tidak bertampang seperti ini."
"Aku tidak percaya, bial seseorang yang sudah tua maka sampai raut wajahnya pun turut berubah."
"Untuk merahasiakan identitasnya yang asli, ayahku telah merusak sendiri wajahnya !" Buyung Im seng segera menerangkan.
"Bila aku bukan Buyung Tiang kim, masa kalian bisa masuk ke kota batu di bawah tanah dalam keadaan selamat ?" sambung Buyung Tiang kim.
"Kalau begitu, peristiwa terbunuhnya kau hanya suatu sandiwara belaka...."
"Nona Nyoo, liku-likunya persoalan tak mungkin bisa diterangkan dalam sepatah dua patah kata saja," sela Buyung Im seng cepat, "lebih baik kuceritakan di kemudian hari saja."

"Kau ceritakan di kemudian hari ? Tampaknya kau seperti sudah memahami seluruh duduk persoalannya ?" seru Nyoo Hong leng tercengang.
"Benar, ayah telah menerangkan semua latar belakang tentang kota batu di bawah tanah ini kepadaku."
Nyoo Hong leng segera mengalihkan sorot matanya ke wajah Buyung Im seng, setelah menatapnya lekat-lekat, dia berkata:
"Yakinkah kau bahwa dia benar-benar adalah saudara Buyung Tiang kim ?"
"Ya, aku yakin seratus persen." Buyung Im seng menganggukkan kepalanya.
"Dan kau ? Benarkah kau Buyung kongcu yang asli ?"
"Betul, dia memang Buyung kongcu yang asli." Buyung Tiang kim segera menjawab.
Tampaknya Nyoo Hong leng seperti kurang begitu percaya dengan apa yang dikatakan Buyung Tiang kim, sambil mengalihkan sorot matanya ke wajah Buyung Im seng, ia bertanya:
"Yang dia katakan, semuanya sungguhan atau bohong ?"
"Semuanya sungguh"
Nyoo Hong leng tersenyum.
"Kalau begitu aku mesti menyampaikan selamat kepada toako, kionghi, kionghi, akhirnya cita-citamu untuk menemukan kembali ayahmu berhasil juga terpenuhi."
Tiba-tiba senyuman yang menghiasi ujung bibirnya lenyap tak berbekas, sementara dua titik air mata jatuh berlinang membasahi wajahnya....
Sambil menghela napas panjang Buyung Im seng berkata:
"Untuk memenuhi keinginanku ini, nona harus mengorbankan banyak pikiran dan tenaga, membuat nona harus merasakan pelbagai siksaan dan penderitaan, budi kebaikan sebesar ini pasti akan kuingat selalu di dalam hati."
"Tidak usah" Nyoo Hong leng tertawa sedih, "kendatipun aku benar-benar sudah merasakan banyak penderitaan dan siksaan, sudah merasakan banyak kesulitan tetapi semua itu aku sendiri yang mencari, hingga sama sekali tak ada sangkut pautnya denganmu."
"Waktu itu, pikiranku hanya tertuju ke satu arah yakni menemukan ayahku, aku tak ingin tujuanku itu dikacaukan oleh masalah lain, tapi bila dibayangkan kembali sekarang, budi dan cinta nona melebihi bukit karang, cintamu lebih dalam dari samudra..."
Mendadak Nyoo Hong leng menggerakkan lengannya untuk menyeka air mata yang membekas di wajahnya, lalu pelan-pelan berkata:
"Apakah kau merasa wajahku amat cantik ?"
"Ya, cantik sekali, seperti..."
"Sekarang aku ingin pergi, kau telah menemukan kembali ayahmu, aku rasa di kemudian hari tak akan menjumpai mara bahaya lagi, asal ayahmu dapat menyayangimu dan melindungimu, aku rasa tak ada gunanya aku berada di sini lebih lanjut, toh kehadiranku tidak ada gunanya, mohonkan kepada ayahmu, biarlah kami pergi dari sini...."
Buyung Im seng merasakan dadanya seperti dipukul beberapa kali dengan martil berat, darah didalam tubuhnya bergerak ke atas, kepalanya jadi pening, matanya berkunang-kunang, seluruh jagad seakan-akan berputar kencang, hampir saja ia tak sanggup berdiri tegak.
Buru-buru dia berpegangan ke sisi tubuhnya, kemudian berseru:
"Kau benar-benar ingin pergi ?"
Nyoo Hong leng mengangguk.
"Benar, asal aku tahu kalau hatimu selalu teringat diriku, hal ini sudah lebih dari cukup."
Buyung Im seng berusaha keras untuk mengendalikan rasa pedih dalam hatinya, sambil menenangkan hatinya yang kacau, ia tanya.
"Kau hendak pulang ke rumah ?"
"Ehmm, pulang sih harus pulang, cuma tidak sekarang."
"Lantas kau hendak kemana ?"
"Aku telah menyatakan bersedia untuk kawin dengan Khong Bu siang, apa yang kukatakan tentu saja tak bisa diurungkan dengan begitu saja, maka aku ingin mencari dulu suatu tempat yang sepi dan terpencil untuk kawin dulu dengannya, kemudian baru pulang ke rumah."
Buyung Im seng merasakan hatinya amat pedih bagaikan diiris-iris dengan pisau belati, katanya kemudian.
"Perkawinan merupakan suatu kejadian besar bagi kehidupan manusia, apakah kau tak memberitahukan dulu kepada ayah ibumu ?"
"Aku adalah putri kesayangan orang tuaku, seandainya kuberitahukan dulu persoalan ini kepada mereka, sudah pasti mereka tak akan setuju jika aku kawin dengannya, itulah sebabnya terpaksa aku harus kawin dulu dengannya, bila nasi sudah menjadi bubur, sekalipun mereka tidak setuju juga apa boleh buat."
Buyung Im seng menghela napas panjang.
"Aaai... caramu ini memang sangat bagus, cuma sayang cara kerjanya saja agak sedikit kelewatan."
"Aku belum lama terjun ke dalam dunia persilatan, tapi sudah muak dan jemu dengan segala tipu muslihat dalam dunia persilatan, aku benar-benar sudah tak ingin berkelana lagi di dalam dunia persilatan."
"Selanjutnya, masih ada harapan kah bagiku untuk berjumpa lagi denganmu ?" tanya Buyung Im seng sambil menundukkan kepalanya dengan sedih.
"Bila dua hati telah bersatu, maka dua hati sama dengan satu perasaan, bila kita berdua lagi nanti, aku telah bersuami, daripada berdua lebih baik tak pernah bertemu lagi, buat apa kita mesti menyusun kesempatan untuk bertemu lagi ?"
"Ya, perkataanmu memang masuk diakal.."
oooOooo
Selama ini Buyung Tiang kim hanya mendengarkan pembicaraan itu dari samping tanpa komentar, tapi setelah mendengar ucapan yang terakhir, mendadak selanya:
"Nona, bolehkah lohu mengajukan beberapa pertanyaan kepadamu ?"
Nyoo Hong leng manggut-manggut.
"Tanyalah !"
Menurut apa yang lohu ketahui, tampaknya kau sama sekali tidak menaruh hati kepada Khong Bu siang ?"

Lembah Tiga Malaikat (San Seng Men) -  Wo Lung ShenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang