BOOK II : Sorry...

711 49 5
                                    

Jeongcheol Fanfiction
Seungcheol's POV

Mataku terbuka seiring secercah cahaya menyeruak masuk melalui jendela kamarku. Aku rasa ini sudah sangat siang sampai-sampai matahari dengan jahilnya mengusik kenyamananku.

Aku menyampingkan badanku dengan alas lengan, alhasil aku dapat melihat seseorang dengan bajunya yang kebesaran terlelap di sampingku. Dia istriku, Yoon Jeonghan.

Wajahnya putih mulus dengan dagunya yang tirus, bibirnya yang tebal dengan alisnya yang indah. Hum, dia cantik. Tapi, kecantikannya tak pernah membuatku senang.
Malah kebalikannya. Melihatnya sungguh membuatku beremosi.

Jujur saja, Aku menikah bukan dengan dasar cinta atau ketertarikan, aku menikahinya karena paksaan dari pihak keluargaku.
Intinya ini sangat terpaksa.

Aku sudah menahannya selama 1 tahun. Bayangkan! Lamanya sudah 1 tahun. Dan selama itu aku telah terikat dengan hubungan suami istri, tanpa cinta. Hal itu juga berhasil membuatku kehilangan kebahagiaanku selama ini. Huh, menyebalkan.

"Hei! Bangun! Hei! Pemalas! Ini sudah sangat siang!" teriakku dengan tangan yang sibuk mengguncangkan bahunya.
Matanya yang sipit perlahan terbuka.

"Kau sudah bangun? Maafkan aku. Aku lupa menghidupkan alarm." ujarnya seiring dengan duduknya. Kemudian tertunduk menghadap diriku.

"Ya sudah. Aku mau bersiap ke kantor, kau—siapkan aku sarapan." ujarku ketika badanku sudah beranjak dari tempat tidur.
Selimut yang tadi menyelimutiku kulempar kasar ke arahnya. Jeonghan hanya bisa tertunduk dengan senyuman tipisnya, cih.

***

Aku melangkahkan kaki keluar dari kamarku. Kini aku sudah selesai bersiap. Baju formal kupakai dengan segala macam atributnya, lalu dasi yang saat ini masih sibuk kulipat rapi pada kerah bajuku. Seiring dengan aktiviktasku saat ini, aku menginjakkan anak tangga menuju dapur yang letaknya di lantai dasar.

Hidungku mulai mencium bau hangus daging. Di mana lagi kalau bukan bersumber dari dapur?
Aku yakin dengan jelas saat ini Jeonghan memasak tidak menggunakan otaknya.
Kakiku menggebu-gebu menuruni anak tangga. Takut dapur nanti akan terbakar lalu menjalar ke seluruh rumah.

Kini tepat pada akhir anak tangga, mataku menatap sekitar. Jeonghan tidak ada di daerah dapur. Lalu di mana dia?

"Jeonghan?! JEONGHAN?!!!!" aku sibuk berteriak memanggil namanya, tapi tak ada jawabannya sama sekali.

"JEONGHAN!! KAU DIMANA?!" aku berteriak sekali lagi. Aku mematikan kompor yang mulai berbau pengit.
Kembali tanpa jawaban darinya.

"JEONGHAAAAN!!" aku berteriak sekali lagi, kini emosiku mulai tersulut.

"Iya?" Aku dapat mendengar suara tenangnya.
Kulihat badannya yang kurus berlari kecil ke arahku. Aku hanya menatap dirinya tajam tanpa senyum ataupun ekspresi sedikitpun.

"Kemana saja kau tadi? Kau tak tau? Daging sapi ini hangus karena kau tinggal?" ujarku ketus. Jeonghan hanya menunduk.

"Mianhae. Tadi aku mendadak ingin ke kamar mandi. Maaf, Cheol-ah." ujarnya dengan kepala yang masih tertunduk.

"Sudahlah. Jangan panggil aku 'Cheol-ah' lagi. Kau tak pantas memanggilku dengan sebutan itu." Jeonghan hanya mengangguk tak berdaya. Aku sedikit kasihan padanya.

Their Own StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang