Perfect...

841 45 13
                                    

Seoksoon Fanfiction
Soonyoung's POV
Song: One Direction [Perfect]

Aku Soonyoung. Entah mengapa setiap kali mengingat namaku sendiri, akan membuatku merasa bahwa diriku paling bodoh.
Ingatan dua tahun yang lalu selalu berhasil membuat dadaku sesak perlahan. Woozi, cinta pertamaku. Aku yakin mungkin ia tidak pernah mengetahui bagaimana perasaanku padanya.
Maka dari itu, aku merasa diriku yang paling bodoh karena tidak pernah berani untuk mengatakan perasaanku padanya.
Dan hanya bisa mengatakan janji...janji...dan janji.

Flashback On

Aku hanya bisa menekuk lututku dan terduduk di sebuah rumah besar bernuansa kayu. Kepalaku tertunduk sembari menunggunya, Woozi. Hari ini ia berulang tahun.
Sudah dua jam aku menunggunya untuk memberi sedikit kejutan. Walaupun, Woozi hanyalah sahabatku tapi aku mencintai dirinya sepenuhnya. Dan dia belum mengetahui itu.

***

Kudengar suara mesin mobil datang dari luar rumah. Kunaikkan kepalaku yang sempat tertunduk dan melihat jam tangan yang tergelang di tanganku. Sekarang pukul 11. Dan siapa yang datang pada jam segini? Apakah Woozi? Tapi dengan siapa?

Dan benar, itu Woozi. Sosoknya baru saja kulihat keluar dari sebuah mobil mewah. Kulirik pengemudi mobil itu, dan yang kulihat adalah Jisoo. Sebentar! Jisoo? Apa yang membuat Jisoo bersama Woozi malam ini?

Aku berdiri dan melangkahkan kaki menuju sosok Woozi ketika mobil milik Jisoo pergi dari wilayah rumah Woozi. Dapat kulihat dirinya tersenyum dengan tangan memegang sebuket bunga mawar pink. Apakah itu dari Jisoo?

"Woozi, bunga dari siapa itu?" aku bertanya untuk memastikan.

"Dari Jisoo." ucap Woozi dengan matanya yang sedikitpun tidak terlepaskan dari bunga-bunga itu. Bibirnya terus tersenyum.

"Ayo masuk, Soonyoung-ah. Apa kau sudah lama menungguku? Kau pasti kedinginan sejak tadi." Woozi merangkulku dan membawaku memasuki rumahnya.

***
Disinilah aku, dengan badan yang sudah terduduk di lantai melihat gerak-gerik Woozi yang berada di sampingku dengan tangan lincahnya membuka belasan bingkisan yang aku yakin berasal dari Jisoo.

"Jadi semua ini..?" Woozi mengangguk.
"Ini semua dari Jisoo." aku mengangguk pelan dengan torehan dalam pada dadaku, perih. Itu rasanya. Kutundukkan kepalaku.

"Kau tahu, Soonyoung-ah." mendengar suara Woozi membuatku berhenti tertunduk dan tersenyum tipis, itu adalah senyuman palsu.

"Apa?" aku tersenyum sangat tipis.
"Hari ini aku diberikan kejutan dengan bingkisan sebanyak ini dan juga buket bunga ini. Bahkan ia juga mengajakku ke rumah orang tuanya. Kupikir ia sangat serius dengan hubungan kami." Woozi tersenyum, sedangkan aku sama sekali tak kuat untuk menaikkan bibirku se-senti pun. Bibirku hanya bergetar menahan tumpahan air mata yang hampir keluar.

"Jadi Jisoo adalah kekasihmu?" Woozi mengangguk lalu tersenyum lebar dengan barisan-barisan giginya yang terlihat jelas pada mataku.

"Sebenarnya satu bulan yang lalu kami menjadi kekasih. Aku lupa memberi tahumu. Maafkan aku." aku hanya mengangguk, kembali dengan senyum palsu terukir di bibirku.

"Eih, Gwaenchana. Kalau begitu selamat ulang tahun ya. Aku berjanji akan memberikanmu hadiah nanti." aku menarik nafas pelan. Aku muak dengan kepalsuan ini, jujur.

"Kudoakan kau bahagia. Dan kuharap hubunganmu dan Jisoo akan selalu kokoh. Aku mencintaimu, Woozi-ya." aku menatapnya pelan. Dapat kulihat ekspresi terkejutnya.
Aku baru menyadari, aku salah bicara. Aku keceplosan.

Their Own StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang