"Duh, kok tinggi banget ya!" Aninda berusaha mengambil buku yang ingin ia baca.
Sekarang ia melihat sebuah tangga mini yang dibuat untuk orang yang tak bisa mengambil buku dari jarak yang cukup tinggi sepertinya.
Saat Aninda ingin mengambil tangga, seorang cowok langsung berdiri dihadapannya.
"Mari aku bantu. Ini saja tidak bisa." Kata cowok itu pada Aninda dengan sombongnya.
Dengan jarak yang cukup dekat sehingga Aninda dapat merasakan hembusan nafasnya. Membuatna gemetaran dan menutup mata.
"Heh, kamu kenapa?" Tanya cowok itu pada Aninda yang membuatnya kaget oleh tingkah Aninda .
"ti. . .tidak kok." Jawab Aninda terbata-bata dengan wajah yang sudah seperti udang rebus.
"Kamu ini kenapa sih, setiap aku nanya kamu selalu gagap kalau menjawab?" tanya cowok itu sambil mengsejajarkan tubuhnya dengan tubuh Aninda, dan membuat Aninda geregetan.
"A. . . A. . . Aku baik-baik saja kok!" Jawabnya lagi dengan lantang tetapi masih terbata-bata karena masih gemeteran dengan sikap cowok itu. Seisi ruangan memerhatikannya karena Aninda telah mengganggu konsentrasi mereka.
"Maaf." Katanya pada seisi ruangan dan mengambil buku dari tangan cowok itu, lalu mengisi data peminjam buku dan beranjak keluar dari perpustakaan itu.
Kini Aninda sudah bisa bernafas normal lagi. Setelah insident tadi, rasanya ia seperti sudah mau mati saja karena sesak nafas.
Saat Aninda hendak membaca buku yang berada di tangannya yang sedari tadi ia pegang. Kini matanya beralih dari buku itu dan melihat sosok cowok yang tadi membantunya mengambil buku.
"Kau pergi tanpa berterimakasih? Kata cowok itu sambil berkacak pinggang kemudian duduk tepat disamping Aninda.
"Untuk apa? Toh aku tak memintamu membantuku." Aninda menjawabnya dengan lantang, tanpa melihat kearahnya dan kembali membaca buku yang ia pegang.
Cowok itu terkekeh karena melihat tingkah Aninda yang sangat berbeda dari sebelumnya.
Bzet . . . Bzet . . .
Tanpa sadar ponsel cowok itu berdering. Dengan segera ia meraih ponselnya dari dalam tas ransel miliknya dan langsung menjawab telfon itu.
"Aku pergi dulu ya!" Kata cowo itu sambil melambaikan tangannya kepada Aninda, dan masih berbicara dengan seseorang di ponselnya. Aninda hanya memandangi lelaki itu sampai ia menghilang dari pandangannya.
"Hmm. Cowok aneh." Katanya sambil menggelengkan kepala, karena menurutnya tingkah cowok itu aneh.
Anindapun langsung beranjak dari tempat duduknya menuju kearah gerbang, karena kak Farhan sudah menunggunya disana."Siapa ayo?" Aninda menutup mata kak Farhan yang sedang menunggunya disamping mobil.
"Anak cerewet bermata empat." Kata kak Farhan yang berhasil membuat wajah Aninda berubah. Kak Farhan terkekeh karena melihat wajah adiknya yang sudah cemberut.
"Iya, iya adiknya kakak Farhan itu yang paling cantik deh." Kata kak Farhan dan berhasil membuat Aninda kembali tersenyum.
Mereka berdua pun masuk kemobil. Farhan langsung melajukan mobilnya menuju kearah rumah mereka.
❤❤❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Rasa Yang Tak Pernah Ada
RomanceAninda, wanita dengan perangai cantik, lugu, dan juga baik hati. Takdir mempertemukannya dengan lelaki yang menikahinya hanya untuk membalaskan dendam kakaknya. Ternyata Arya Aditama lelaki itu salah. Wanita itu bukanlah Aninda.