Hilang

170 5 3
                                    

Aninda dan salsa sekarang berjalan menuju kantin kampus. Sedangkan Aninda masih menatap Salsa untuk meminta penjelasan atas insiden tadi.

"Sal. . . kenapa kamu tidak membantuku?" Tanya Aninda dengan tatapan tajam kearah Salsa. Salsa hanya terkekeh melihat tingkah sahabatnya itu.

"Mungkin gara-gara aku terlalu merhatiin cowok itu mungkin!" Ungkap Salsa pada Aninda sambil terkekeh.

"Hmmm. . .  Tega banget kamu sama teman sendiri loh." Kata Aninda sambil menunjukan wajah cemberutnya yang khas.

"Iya, iya maaf ya nin!" sanyumnya dan berharap Aninda akan memaafkannya.

"Oke, aku maafin deh. Tapi ada syaratnya." Kata Aninda dan menarik kursi untuk duduk kemudian tersenyum lebar, dan disambut wajah cemberut oleh Salsa.

"Maafin aja pakai syarat." katan Salsa sambil nyengir dan duduk saling berhadapan.

"Harus dong, supaya kamu tidak melakukan kesalahan lagi." Aninda terkekeh sambil melihat raut wajah sahabatnya itu.

"Iya deh, aku nyerah." katanya sambil ngeluarin dompetnya, Aninda malah tersenyum lebar.

"Tapi, jangan berlebih ya." lanjutnya dengan nada manja merayu Aninda.

"oke." jawab Aninda dengan semangatnya, sambil mesan semangkok bakso dan segelas es teh. Sedangkan, Salsa memesan jus orange dan juga soto ayam.

"Eh, ngomong-ngomong cowok tadi cakep juga ya?" Kata Salsa sambil menyeruput minumannya. Aninda hanya terdiam dan kembali menyantap bakso punyanya.

Memang sih, dia cakep. Tapi untuk apa mengakuinya. Nanti  Salsa mikirin hal anehnya lagi kalau aku meng iyakannya, kata Aninda dalam hati.
~
"Kamu aja yang bayar pada bude ya!" Katanya sambil menyodorkan selembar uang kertas bernilai Seratus ribu. Aninda pun berjalan menuju bude untuk membayar.

"Bude aku mau bayar makananku sama Salsa. Berapa ya?" Kata Aninda dan menanyakan nominal makanan yang mereka makan.

"60 ribu neng. Bukannya neng Salsa yang bayar toh?"

"Iya, ini aku yang bayar tapi pakai uang Salsa bu."

"Oh, kirain neng yang bayar." kata bude sambil terkekeh. Setelah membayar Aninda kembali menuju kursi tadi dan mengembalikan uang sisanya pada Salsa.

"Ni, uang kembaliannya." Aninda menyodorkan uang kembalian pada Salsa.

"Loh, kok segini?" Tanyanya sambil menghitung uang yang Aninda berikan padanya.

"Adanya, kamu yang makannya makanan mahal." Jawab Aninda sambil mengacak rambut Salsa.

"Hehehe, iya maaf." Tawa Salsa sambil merapikan rambutnya, dan mereka pun beranjak dari tempat duduk mereka dan berjalan menuju taman.

"Loh, dompet aku mana ya?" Aninda panik sambil mengeluarkan semua isi tasnya.

"Emang simpan dimana?" Tanya Salsa lagi.

"Bukannya tadi aku pegang sama-sama dengan buku ini." Gumamnya sambil megangkat buku yang ia simpan dibangku taman.

"duh. . . Mana ada barang penting didalamnya lagi." Gerutu Aninda sambil mengusap wajahnya dan melepas kaca matanya.

"Permisi." Suara seseorang dari belakang, yang membuatnya tersentak kaget. Tapi, sepertinya ia tau suara milik siapa. Kira kira siapa ya? Kata Aninda dalam hati.

"Mungkin ini milikmu. Tadi jatuh mungkin saat kita bertabrakan." Ucapnya dan memberikan Aninda dompet berwarna putih dengan gambar menara pisa pada dompet itu.

"lya, ini milikku. Terimakasih." Aninda berterimakasih sambil melihat keadaan dompetnya.

"Iya. Sama-sama." Ia tersenyum lalu pergi meninggalkan mereka berdua. Dan lagi-lagi Salsa hanya bengong dan mesam-mesem sendiri.

"Ya ampun Salsa." Aninda menggeleng-geleng melihat tingkah Sahabatnya itu. Ia tersadar lalu tersenyum malu sambil menunjukan jarinya yang bebentuk V.

❤❤❤

Rasa Yang Tak Pernah AdaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang