Mask party (2)

91 4 0
                                    

"Tunggu. Aku mana bisa melihat tanpa kacamata.!"Kata Aninda pada kedua temannya yang akan turun dari mobil.

"Lalu bagaimana?" Tanya mereka berdua pada Aninda. Aninda hanya tersenyum lalu mengeluarkan kotak soft lens miliknya dari dalam dompet yang ia pegang.

"Aku harus pakai ini, sebagai pengganti kacamataku." Kata Aninda sambil memakai soft lens miliknya.

Dum. . .Dum . . .

Suara dentuman musik bergelegar menyambut kedatangan mereka. Dengan sigap Adnan membukakan pintu untuk Aninda dan Salsa.

Ternyata Arya telah menunggu mereka bertiga. Ketika Aninda turun dari mobil Arya langsung menggenggam tangan Aninda.

"Tetaplah bersamaku kalau kamu ngak mau digangguin cowok disini!"Bisik Arya tepat ditelinga Aninda. Aninda tertegun lalu melihat kearah Adnan. Iapun mengangguk untuk meyakinkan Aninda.

Kemudian Adnan mengisyaratkan pada Salsa untuk menggandeng tangannya. Mereka berempatpun mengisi daftar tamu kemudian masuk kedalam, tempat acara itu sedang berlangsung.

Kerlap kerlip yang menyilaukan mata, ditambah lagi dengan dentuman music dj, membuat pesta ini seakan seperti club malam yang ia lihat di tv menurut Aninda karena ini pertama kalinya ia datang keacara seperti ini.

Semua mata tertuju pada mereka. Terutama pada Aninda juga Salsa. Beberapa orang bertanya-tanya siapa gadis yang bergandengan dengan kedua cowok cool itu.

"Bukannya kamu tidak bisa melihat kalau gak pakai kacamata.?" Tanya Arya pada Aninda setengah berteriak agar ia mendengar perkataan Arya. Aninda pun memberi isyarat agar Arya sedikit merunduk.

"Aku bisa kok ngelihat kok. Aku pakai kontak lens." Jawabnya dengan pelan ditelinga Arya. Arya hanya mengangguk tanda mengerti. Merekapun pergi untuk saling menyapa diacara itu. Mereka kini menyapa Selia, wanita seksi dengan topeng yang amat berbeda dan glamor yang menyelenggarakan mask party ini.

"Selia selamat atas kesuksesanmu." Arya berjabat tangan dan cipika-cipiki sama Selia. Selia tetap mengenal suara Arya walaupun wajahnya tertutup oleh topeng.

"Terimakasih ya. Siapa cewek yang kau gandeng?" Tanya sambil melirik ke arah Aninda.

"Ini dia Aninda. Cewek gua!" Katanya dengan nada sombongnya. Aninda hanya terdiam dan hatinya yang bertanya-tanya kenapa Arya melakukan ini.

"Cewek lo. Bagaimana mungkin aku aja belum tau kamu siapa?" Kata Aninda dalam hatinya.

"Wah kamu itu yah, belum ada sebulan putus sama Dina. Eh tau-taunya sudah ada lagi!" Ungkap Selia.

"Ya, sudah aku tinggalin bentar ya! Soalnya masih banyak tamu yang harus aku temui." Lanjut Selia. Arya mengangguk, dan Selia sudah pergi dan menghilang diantara orang-orang yang sedang berpesta.

"Kenapa? Kenapa kamu natap aku kayak gitu?" Kata Arya, tak merasa nyaman pada tatapan Aninda.

"Harusnya aku yang nanya kamu. Dan kenapa tiba-tiba aku jadi pacarmu." Aninda ngotot.

"Udah, cukup malam ini aja." Kata Arya sambil tersenyum lalu menarik Aninda kearah hidangan yang jauh dari kebisingan musik yang ada.

"Dari pada marah-marah gak jelas. mending makan ni." Arya menyodorkan sepotong kue kearahnya. Tanpa berpikir panjang Aninda memakan makanan yang diberikan Arya.

"Namamu Arya!" Tanya Aninda pada Arya.

"Ia, kamu udah tau nanya lagi. Yang harusnya nanya itu aku!" Katanya lagi pada Aninda sambil memberikannya minuman yang berada dimeja.

"Kamu itu sifatnya kok beda amat." Lanjutnya lagi pada Aninda sambil terkekeh.

"Beda gimana?" Tanya Aninda pada Arya semakin penasaran.

"Sifatmu beda dengan awal aku lihat kamu." Arya terkekeh kecil.

"Emang kita pernah ketemu?" Aninda mulai penasaran. Arya langsung membuka topengnya tanpa berpikir panjang.

Blus. . .
Wajah Aninda memerah karena ternyata dibalik topeng itu adalah Arya, seorang cowok yang waktu itu ia tabrak didepan ruang kelas. Untung saja ia menggunakan topeng, jika tidak pasti Arya sudah menertawakannya.

"Aku kekamar mandi bentar ya!" Kata Aninda lalu berlalu meninggalkan Arya.

Sesampainya Aninda langsung membuka topeng dan melihat wajahnya pada cermin yang berada dihadapannya.

"Kenapa wajahku panas dan merah begini?" Aninda membasuh wajahnya dan kembali memandangi wajahnya.

Clik. . .
Suara pintu terkunci membuat Aninda kaget, dan menoleh kearah pintu itu. Terlihat seorang cowok berjalan mendekatinya.

"Mau apa kau hah. . ?" Aninda mundur perlahan untuk menjauh dari pria yang masih melangkah kearahnya.

"Gak usah sok jual mahal deh lo." Kata lelaki itu mulai membuka topeng dan jasnya dibuang kesegalah arah.

Langkah Aninda terhenti karena dinding yang berada dibelakangnya. Cowok itu semakin mendekat.

"Jangan pernah macam-macam denganku. Atau..." Kata Aninda terhenti karena lelaki itu semakin mendekat.

"Atau apa? Lo bisa apa sekarang." Cengraman tangan cowok itu semakin kuat memegang tangan Aninda.

Cowok itu mulai mendekatkan wajahnya untuk mecium bibir Aninda. Aninda tak diam saja, ia langsung berpaling dan meronta.

"Lo mau gue bayar berapa?" Kata cowok itu sambil mengelus pipi Aninda.

"Gue bukan wanita murahan seperti yang kau pikirkan." Kata Aninda mulai berteriak.

Plak. . .
Satu tamparan didaratkan pada pipi tembem Aninda. Ia mulai takut karena cowok itu mulai meraba-raba tubuhnya. Aninda meronta sekuat tenaga, tapi itu nihil karena tenaga cowok itu sangat kuat.
Dresnya pun robek pada bagian depannya dan memperlihatkan bra yang ia pakai.

Brak. . .
Pintu terbuka dengan segera Arya berlari kearah cowok itu dan menghajarnya tanpa ampun. Sedangkan Aninda masih menangis tergugu dan ketakutan.

"Udah gua bilangin sama lo. Jangan samakan semua cewek lo samain." Kata Arya dan masih memberikan beberapa pukulan pada cowok itu.

"Sama aja cewek kayak dia. Gua bisa bayar dia berapapun." Jawaban Cowok itu sambil tersenyum sinis. Arya yang mendengar hal itu, semakin marah dan menghajarnya tanpa ampun.

"Rio lo gak bisa buat semua cewek sesukamu. Gue akan buat perhitungan sama lo." Arya meninggalkan Rio yang terkulai lemah.

Arya membuka jas yang ia pakai untuk menutupi pakaian Aninda yang telah sobek. Arya memutuskan untuk pulang karena hal tadi, mereka bejalan diantara kerumunan orang yang menatap meraka.

Setelah sampai didalam mobil Aninda langsung memeluk Arya dan mulai menangis sejadi-jadinya badannya bergetar karena sangat ketakutan akan hal yang telah terjadi. Arya membalas pelukannya dan menenangkan Aninda.

♡♡♡













Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 15, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Rasa Yang Tak Pernah AdaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang