Kini waktu sudah menunjukan pukul 05.00, Aninda masih berkutat dengan gambar desain baju yang ia buat. Maklumlah walaupun ia seorang mahasiswa, tapi ia juga adalah seorang perancang busana.
Bzet. . . Bzet. . .
Aninda baru menyadari kalau ponselnya berdering. Rupanya hanya sms saja yang masuk, Aninda mengernyit karena melihat tidak ada nama dari pengirimnya."BERSIAPLAH AKU AKAN MENJEMPUTMU JAM TUJUH, PAKAI PAKAIAN YANG CANTIK ." Isi pesan itu.
"Tapi siapa ini?" Gumamnya, lalu merebahkan tubuhnya diatas kasur empuk miliknya yang berukuran king size.
Sekarang kamarnya sudah seperti kapal pecah, semua pakaian miliknya yang berada dilemari berserakan dimana-mana.
"Baju apa yang harus aku pakai?" Aninda bingung, karena semua ini dadakan.
Kriet. . .
Seseorang membuka pintu. "Ya ampun ini semua kenapa sayang?" Ibu bertanya pada Aninda karena pemandangan yang biasanya rapi, kini sudah seperti kapal pecah."Ninda bingung bu harus pakai baju apa?" Aninda menggaruk kepalanya yang tak gatal.
"Masa Desainer gak tau mau pakai baju apa!" Ibu megejek Aninda dan mengambil baju yang berserakan dilantai kemudian duduk disisi tempat tidur.
"Memang ade mau kemana?" Tanya Ibu penasaran.
"Ini loh ada yang ngajak Ninda keluar bu." Aninda memperlihatkan sms tadi pada Ibunya.
"Emang ade tau ini siapa?" Tanya Ibunya penuh selidik, karena tak ada nama pengirim pesan itu.
"Enggak." Jawab Aninda sambil menggeleng.
"Kalau gitu ajak teman ade aja." Saran Ibu padanya.
"Hmm. . . Ibu benar juga. Makasih Ibu." Aninda memeluk Ibunya dengan sayang.
"Tapi siapa bu?"Aninda malah kebingungan dengan siapa ia akan pergi.
"Yaampun. Masa ade ngak punya teman dekat?" Tanya Ibunya lagi.
Dan sekarang Aninda sudah dapat orang yang tepat. Salsa, hanya dia yang ada dipikiran Aninda saat itu.
"Sal, kamu kerumah aku sekarang juga. Ada yang penting soalnya." Kata Aninda antusias pada Salsa, Ibu hanya terkekeh melihat tingkah putrinya.
"Apaan emang?" Tanyanya penasaran.
"Udah datang aja. Tau rumaku kan!" Kata Aninda memaksanya.
"Iya, iya aku tau! aku menuju sana ya." Salsa memang tahu rumah Aninda, karena pada saat mereka Ospek mereka sering kekampus bersama.
Aninda berbalik dan tak menemukan Ibunya disana. Aninda tersenyum, karena kamarnya sudah rapi kembali. Ibunya memang tidak suka melihat sesuatu yang berantakan, jika berantakan Ibunya akan langsung membereskannya.
Aninda mendengar suara seseorang mencarinya. "Itu pasti Salsa." kata Aninda lalu keluar kamar dan melihat dari atas. Benar saja dugaannya, tanpa basa-basi ia langsung mengajak Salsa naik kekamarnya.
Sesampainya dikamar Aninda menceritakan semua yang terjadi. Dia hanya penasaran dengan pengirim sms itu.
"Terus gimana?" Salsa bingung dengan apa yang akan mereka lakukan.
"Apa lagi. Kita harus siap-siap." Jawab Aninda antusias
"Tapi aku kan nggak bawah persiapan." Katanya. Aninda pun langsung membuka lemarinya yang penuh terisi segala perlengkapan.
"Ayo, tunggu apa lagi!" Kata Aninda membuyarkan lamunan Salsa. Mereka pun berdandan sesuai keahlian mereka, Aninda membatu Salsa berdandan karena ia tak terlalu mahir dalam berdandan.
Setelah selesai mereka pun turun kebawah. Aninda menggunakan dres selutut berwarna biru langit hasil desain baju yang ia buat.
Untuk Salsa, ia menggunakan dres pink tanpa lengan dan panjangnya dibawah lutut sangat sesuai dengan riasan natural diwajahnya.
Dan benar saja ada cowok yang sedang ngobrol bareng sama Ayahnya dan Kak Fahri.
Cowok itupun berdiri, menyambut mereka dan meminta ijin untuk pergi.Mereka bertiga berjalan menuju mobil yang diparkirkan didepan rumah,ia mebuka pintu mobil untuk mereka berdua. Dalam perjalanan Aninda hanya berfikir kenapa Ayah dan Kakaknya mengijinkannya untuk pergi.
"Tolong ambilin undangan yang berada disampingmu." Kata cowok itu pada Aninda dan tetap fokus dengan kemudinya. Aninda pun beralih pada cowoj itu, siapa dia sebenarnya. Dia membuat Aninda penasaran, karena topeng yang menutupi wajahnya.
"Ini." Kata Aninda sambil menyodorkan empat undangan.
"Siapa kamu? Dan nomorku dapat dari mana?" Tanya Aninda pada cowok bertopeng itu. Tanpa banyak bicara banyak, ia langsung membuka topengnya.
"Cowok aneh." Kata Aninda kaget.
"Adnan." Salsa juga tak kalah kaget. Aninda menatap Salsa karena ia kenal cowok itu. Dan cowok itu hanya terkekeh melihat mereka berdua.
"Ok. Namanya itu Adnan Prasetya Wijaya, dia teman sekolahku dulu. Tapi kalau soal nomormu aku tak tau dia dapat dimana." Penjelasan Salsa mengurangi rasa curiga Aninda.
"Dari mana dapat nomorku?"
"Dapat dari buku data peminjam buku tempo hari." Jawabnya tanpa babibu lagi.
"Stalker." Kata Aninda sambil menyilangkan tangan dan memperbaiki kacamatanya.
"Gak apa-apa toh bukan untuk aku SKSDin kok." Katanya sambil terkekeh lagi.
"Terus kami mau kamu bawa kemana?" Tanya Aninda curiga.
"Ni undangan kalian berdua." Ia menyodorkan dua undangan pada kedua wanita dibelakangnya.
"What, mask party. Kenapa ngak bilang, mana gak ada topeng lagi." Gerutu Aninda kesal padanya. Sedangkan Salsa hanya membalik-balikan undangannya dan entah apa yang ia lakukan.
"Ini topeng kalian." kini ia menyodorkan topeng lagi pada mereka berdua dan tetap fokus pada kemudinya.
"Aku yang silver aja." Kata Salsa mengambil satu topeng dari tangan Aninda.
"Ok. Ini juga mecing kok sama bajuku." Katanya sambil tersenyum pada Salsa. Salsa juga sangat senang dengan topeng yang ia pegang. Mereka berdua bercanda gurau memecahkan keheningan dimobil itu.
Sedangkan Adnan hanya tersenyum melihat tingkah kedua wanita itu. Dan kembali mengemudikan mobilnya menuju arah pesta itu berlangsung.
❤❤❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Rasa Yang Tak Pernah Ada
Любовные романыAninda, wanita dengan perangai cantik, lugu, dan juga baik hati. Takdir mempertemukannya dengan lelaki yang menikahinya hanya untuk membalaskan dendam kakaknya. Ternyata Arya Aditama lelaki itu salah. Wanita itu bukanlah Aninda.