Five

6K 245 2
                                    

"Ta! Lo jahil banget sih!" pekikku saat Tata memunculkan batang hidungnya dengan santai.

Tata menoleh dengan dahi mengerut. "Apa? Gue nggak ngejahilin lo, plis."

"Kalo bukan lo jadi siapa yang numpahin fanta nya diatas buku gue?"

"Yah elo mah. Meskipun gue tau password loker lo ya, tapi gue nggak pernah sejahil itu. Gue nggak bakal sampe numpahin fanta ke buku lo yang jelas-jelas gue tau mau dipake."

Aku diem, bener juga ya.

"Ya, sorry, Ta. Soalnya 'kan, yang sering jahilin gue cuman elo."

"Permintaan maaf diterima. Udah deh, daripada lo pusing siapa yang numpahin, gimana kalo ngebersihin buku lo aja? Kayaknya cuma kena cover."

"Boleh tuh."

Aku dan Tata berjalan kearah toilet.

Dengan sangat tidak beruntungnya, Nadine keluar dari toilet dengan senyum sinisnya.

"Mau ngebersihin buku, mbak?" tanyanya sinis dengan mata yang memincing. Bentar, aku curiga.

"Lo ya, yang numpahin?"

Nadine terlihat sok terkejut. "Lo jahat banget sih nuduh gue. Gue ngggak pernah gitu."

"Kalo bukan lo siapa lagi?!" tanyaku geram sambil menggertakkan gigi.

"Sidekick gue. Lo itu harusnya nyadar diri dong. Ganti tuh sifat, tunjukin kalo lo itu pantes disini dan deket sama empat cogan itu dan temen-temen lo," jawabnya sambil tersenyum sinis lagi dan berjalan meninggalkan aku dan Tata.

Astaga, kenapa di GHS arus ada makhluk nyebelin kayak dia?

"Udah, nggak usah ditanggepin. Yang penting sekarang masuk ke toilet, bersihin buku lo. Waktu istirahat tinggal 10 menit lagi," kata Tata lalu menarik pergelangan tanganku.

Aku ngehela nafas. Kadang Tata bisa berubah jadi gak nyebelin.

*

Aku hampir tertidur dimeja kalo aja Carol nggak nyolek pinggangku.

"Apa sih noel-noel?" bisikku sambil bergidik ngeri.

Carol memutar bola matanya. "Maksud gue baik ya, biar lo nggak tidur. Gue nggak mau lo dihukum didepan dan entar gue harus nungguin lo selesai nyalin catetan gue."

Aku nyengir dan akhirnya menegakkan tubuh kembali. Mataku memberat, masih mengantuk. Pengen tidur. Aku nyender di senderan kursi. Bisik-bisik Carol udah nggak gue peduliin lagi.

"Aww!" aku meringis saat sebuah penghapus papan tulis yang bisa dibilang nggak kecil mendarat dikepalaku.

"Hei! Kamu yang disana!"

Bertepatan dengan ringisanku, Pak Keanu membentak. Yang dibentak pastilah aku. Aku meringis dan ngelempar tatapan minta maaf.

"Kalo kamu bosen sama pelajaran saya, kamu bisa keluar!"

Iya pak, saya bosen. Eh.

"Nggak kok, Pak. Tadi itu cuma istirahatin mata sejenak aja. Rada kabur soalnya."

Pak Keanu menatapku penuh selidik dan aku balas tatapan meyakinkan.

Finally, pak Keanu berbalik badan dan kembali mengoceh.

Aku menghembuskan nafas lega, mempan juga yang tadi.

"Karena lima menit lagi bel pulangㅡ" kata pak Keanu yang langsung mendapat sambutan dari kami.

"Bapak akhiri pelajaran hari ini. Selamat siang."

Kami bersorak terlebih dahulu sebelum membalas sapaan pak Keanu. Aku memasukkan segala buku dan peralatan menulis lalu membawa tas keluar kelas.

UnexpecatedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang