Fifteen

4.2K 233 10
                                    

Baca A/N ya dibawah^^

*

First day of Viola-Adrian in relationship

"Hei."

Aku menoleh ke sebelah kiriku dan menemukan Adrian yang lagi tersenyum.

Aku balas tersenyum, dan itu malah membuat senyumannya makin lebar. Aku pun ikut melebarkan senyumnya, tapi Adrian juga melebarkan senyumnya lagi.

Aku dan Adrian terus melebarkan senyum dan sukses bikin pipiku dower.

"Udah udah. Pipi gue dower nih." kataku kesal.

Dia terkekeh pelan, "Haha. Iya iya."

"Jadi hari ini kita mau ngapain?"

Adrian menarik tanganku untuk berdiri, "Ngobrol di starbucks aja yuk."

"Oke."

*

"Lo mau apa?" tanya Adrian, matanya melihat papan menu yang terpampang diatas mesin kasir.

Aku membuka mulut, "Marble Mocha Macchiato aja deh."

Adrian mengangguk.

"Marble Mocha Macchiato nya 1, Samoa Frappuccino nya 1."

Setelah membayar pesanan, mataku menjejalajahi meja yang kosong. Hanya ada satu, tepat di tengah-tengah. Jujur aku tak begitu suka duduk di tengah-tengah begitu kalau di kafe. Rasanya gimana yaㅡaneh aja gitu.

"Gak mau duduk di tengah, hm?" suara Adrian terasa tepat ditelingaku, membuatku bergidik.

Aku mengangguk dan agak menjauhkan diri dari Adrian.

Dia menarik tanganku mendekat lagi dan menuntunku menuju meja yang berada di pojokㅡsangat pojok.

"Kalo lo lebih suka duduk di tengah?" tanyaku.

Dia menyesap Frappuccino nya, "Ya."

"Kenapa?"

Sebelah alisnya terangkat, "Ya gak kenapa-kenapa. Emang apa enaknya duduk di pojok gini? Kayak orang galau aja."

"Kalau emang lagi galau gimana?" gumamku seraya cemberut.

Dia mengacak rambutku, bibirnya menyunggingkan cengiran. Wow. Seratus persen lebih cakep dari biasanya. Kalau dia ke sekolah beginiㅡwow.

"Kenapa lo gak senyum gitu aja terus di sekolah?"

Sebelah alisnya terangkat lagi, "Entar gue disangka gila."

"Emangnya kalo senyum dikata orang gila?"

"Bukan gitu maksud gue. Dari awal image gue udah dikenal dingin. Kalo gue senyum terus, entar disangka gue kena apa."

Aku terkekeh pelan, "Bisa aja lo."

"Adrian gitu."

Aku terkekeh lagi dan menyesap Macchiatoku.

"Kenapa lo suka Macchiato?" tanyanya.

"Gue ngerasain secercah rasa puas ketika minuman itu masuk ke mulut gue. Rasanya beban gue itu ngilang gitu aja karena sentuhan mocha nya dilidah gue."

Dia tersenyum puas dan mengacak rambutku lagi.

"Gue fikir, gue bakal Macchiato nanti."

Aku menyodorkan minumanku yang tinggal setengah kedepannya.

"Nih coba aja."

Dia menatapku ragu, "Gak papa nih?"

"Gak papa. Minum aja."

UnexpecatedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang