Sixteen

4.4K 214 22
                                    

Kayaknya part ini bakal pendek dan jelek, sorry.

WARNING! Dari awal gue udah bilang kalo ini Unexpected, so jangan kaget abis baca chapter ini, oke? dan maaf kalo feel nya gak ngenaa._.

btw, gue udah nentuin cast buat tokoh utama.

Krystal Jung as Viola Evelyn.

Sean O'Donnell as Adrian Alexander.

Finn Harries as Calvin Nathan.

Greyson Chance as Grey Kenzie.

Enjoy!

*

Fourth day of Viola-Adrian in relationship

Hari ini Adrian janji kalo mau jemput aku di rumah. Dan, ya, aku sudah bersiap-siap. Hari ini aku hanya memakai dress biasa. Entah kenapa, aku hanya sedang ingin memakai dress.

Bunyi klakson mobil membuatku berdiri dan berjalan keluar, tentunya setelah berpamitan. Dan sampai diluar, aku melihat mobil Adrian yang sudah terparkir manis di depan pagar rumahku. Dengan cepat, aku masuk ke mobilnya.

"Hai." sapaku.

Dia balas menyapaku. "Hai. Tumben make ginian."

Aku nyengir. "Sekali-sekali gak papa lah ya?"

"Haha, gak papa sih. Tapi tumben aja. Oh, gue tau kenapa lo make ginian. Pasti karena lo mau ketemu sama gue, iya kan?"

Refleks, aku memukul lengannya kesal dengan wajah memanas. Sial, padahal kan aku memang lagi mood aja make dress.

Dia pura-pura meringis, dan itu membuatku semakin gemas dengannya, juga membuatku semakin suka di dekatnya. Memang, bersama dengan Adrian selalu menyenangkan.

"Gila lo, udah malem gini ngapain kesini?" aku bertanya dengan dahi yang berkerut.

Adrian membawaku ke skyscraper. Lebih tepatnya, atapnya.

"Ya gak papa. Kan lebih enak ngeliat Jakarta malem, daripada Jakarta siang."

Diam-diam, aku membenarkan pernyataan Adrian.

Dan yah, memang, Jakarta malam lebih nyaman daripada Jakarta siang. Contohnya saja saat ini. Dibawah sana, banyak kendaraan berlalu lalang. Diterangi dengan cahaya lampu yang cantik. Kalau diatas sini, banyak angin berhembus. Membuat suasana menjadi lebih dingin, juga membuat rambutku ikut terbang bersama angin.

"Selesai." gumam Adrian yang membuatku menoleh.

Aku baru sadar kalau Adrian membawa buku dan pensil. Aku menarik buku nya dan melihat gambarnya.

Seorang perempuan.

Sedang melamun, memandang hal yang sangat jauh.

Dengan rambut yang berkibar dibelakangnya.

Ini persis seperti pertama kali dia menggambarku.

"Ini ... gue?" tanyaku ragu.

Kalau dulu dia menjawabnya lama, kalau sekarang dia mengangguk mantap dan cepat.

Astaga, bersama dengan Adrian selalu membuatku melayang.

Seumur-umur, aku belum pernah dilukis oleh laki-laki. Apalagi ini, seorang Adrian Alexander, yang terkenal dingin. Aku benar-benar tidak menyangka.

"Makasih ya, udah sayang sama gue." kataku seraya tersenyum.

Dia mengangguk dan balas tersenyum, lalu menyatukan kedua kening kami, hingga kedua mata kami bersitatap.

UnexpecatedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang