~Naruto's Past~
Namikaze Mansion
Hinata mengerjapkan matanya. Kepalanya terasa sangat pening seperti habis dihantam benda keras.
"Enggghhhhhhh" erangnya.
"Kau sudah bangun sayang? Apa kau masih merasa pusing atau mual?"
Deg!
Amethyst Hinata menatap sepasang saphire di depannya dengan penuh keterkejutan dan ketakutan. Bagaimana tidak? Seorang Naruto Namikaze, pria yang beberapa waktu lalu hampir memperkosanya kini berbaring di sebelahnya dengan hanya memakai celana pendek alias boxer.
Kini Hinata memeriksa dirinya sendiri, memastikan bahwa semua aman, namun sayangnya Hinata harus menelan kekecewaan ketika mendapati tubuh moleknya kini hanya tertutup oleh bra dan celana dalam dengan warna elegant black yang senada.
Sebenarnya apa yang terjadi?
Naruto tersenyum melihat reaksi Hinata. Senyuman yang sangat menakutkan di mata sang dokter muda.
"Kyyaaaaaa!!!!!!!!" teriak Hinata dengan histeris. Kedua tangannya berusaha menutupi tubuh mulusnya yang setengah telanjang, namun tentu saja hal itu tidak ada gunanya.
"Ini dimana? Apa yang baru saja kau lakukan? Apa kau memperkosaku? Apa kau sudah gila! Aku sedang dalam masa subur Bodoh! Bagaimana jika aku hamil? Apa kau tidak tahu kalau-hmmmmpphhh"
Bibir Hinata dibungkam oleh bibir sang aktor tampan. Kini aktor itu kembali memainkan iramanya yang benar-benar mampu membuat Hinata tak berkutik. Ciuman panas itu berakhir setelah kebutuhan akan oksigen memaksa kedua pasangan itu untuk berhenti.
"Haaahh haahhh" Hinata berusaha mengambil oksigen sebanyak yang dia bisa. Rasanya paru-paru nya itu sudah kempes gara-gara ciuman panas Naruto.
"Sebenarnya aku tidak menyentuhmu sayang..." Amethyst Hinata membelalak kaget.
'Tidak? Apa benar begitu? Apa aku benar-benar masih utuh?'
Kali ini Hinata kembali memeriksa bagian-bagian vitalnya, dan memang baik-baik saja. Naruto memang tidak menyentuhnya. Sekarang Hinata benar-benar merasa lega.
"Belum..." tambah Naruto.
Deg!
'Apa maksudnya dengan belum? Ya Tuhan...bagaimana ini?'
"Dan apa tadi kau bilang? Kau sedang dalam masa subur?"
Damn!
'Kenapa tadi aku mengatakan itu? Astaga...sekarang apa yang harus kulakukan??'
"Bukankah itu bagus? Itu artinya aku harus menggarapmu malam ini juga, supaya masalah bayi ini bisa cepat teratasi. Bagaimana menurutmu sayang? Kau mau kita main berapa ronde?"
Hinata menelan ludahnya dengan susah payah ketika aktor berambut pirang itu mulai merangkak mendekatinya, seringai bengis kembali tercetak di wajah aktor tampan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Read Me!
FanfictionCuma butuh waktu kurang dari 1 detik untuk membaca pikiran seseorang. Aku memang bukan psikolog, atau orang jenius, tapi aku lahir dengan bakat ini. Jujur saja aku tidak terlalu nyaman dengan 'bakat' ku ini. Apalagi saat aku harus melihat pikiran 'l...