🍀Oh, Hinata....🍀
"Kau tunggu disini ya?" Hinata hanya mengangguk.
"Jangan kemana-mana?" Lagi-lagi Hinata mengangguk.
"Jangan buat masalah seperti kemarin ya?" Kali ini wanita indigo itu tidak mengangguk, bahkan ia malah tertawa kecil sekarang.
Naruto jadi mengerti kenapa istrinya jadi begini. Disentilnya pelan dahi dokter cantik itu hingga ia mengaduh pelan.
"Aduh.., apa salahku..?"
"Kenapa kau tertawa tadi? Kau mau nakal ya...?"
Hinata menggeleng kuat, tapi tetap tidak bisa menyembunyikan seringai jahilnya. Naruto mendesah pasrah. Sebaiknya memang ia membiarkan Hinata melakukan apa yang dia inginkan. Istrinya itu kan sedang hamil, biarkan saja dia bahagia walaupun dengan melakukan kejahilan-kejahilan aneh.
Ya, Jahil. Hinata sekarang benar-benar sangat jahil. Hampir semua orang sudah ia jahili termasuk Naruto sendiri.
Pernah suatu hari seorang pengantar susu datang kerumah mengantarkan dua botol susu segar. Ketika tukang susu itu tidak melihat, Hinata dengan segera menghabiskan susu-susu itu dalam sekali teguk, kemudian dia pura-pura marah pada tukang susu itu karena mengantar botol kosong.
Jahil sekali bukan? Belum habis disitu. Hinata bahkan mengerjai ayah dan juga ayah mertuanya sendiri. Seperti yang diketahui semua orang, kedua pria Hyuga dan Namikaze itu memang sudah beranjak uzur, dan beberapa helai rambut mereka juga sudah mulai memutih. Karena itulah mereka berdua sering diam-diam memakai cat rambut bersama, Minato warna kuning, dan Hiashi warna coklat.
Tapi sial bagi mereka, Hinata mengetahui apa yang kedua ayahnya itu lakukan. Dengan jahilnya, ia menukar kedua cat rambut itu, dan voila! Hiashi dan Minato harus memerima kenyataan bahwa warna rambut mereka akan tertukar selama lebih dari 2 minggu ke depan.
Belum habis disitu juga, Hinata juga mengerjai suaminya sendiri. Dan bahkan hampir setiap hari ia mengerjainya. Pernah suatu hari ia memgganti Pomade yang biasa diapakai Naruto dengan pasta gigi, pernah juga Hinata menukar gelas susu suaminya dengan segelas santan. Selain itu ada juga insiden selai coklat di sepatu Naruto, Roti isi cabai, dan lain sebagainya.
"Oh Hinata.., kumohon jangan begini.."
Hinata kembali menggeleng kuat, kali ini sambil mengerucutkan bibirnya.
"Kenapa kau protes Naruto-kun? Ini kan keinginan mengidamku, ayah dan ayah mertua saja tidak protes setelah rambut mereka kurusak."
Aktor pirang itupun hanya bisa mengelus dada. Dengan lembut ia mendudukkan istri tercintanya yang sedang ngambek itu di kursi. Kemudian seperti biasa Naruto mengecup lama kening Hinata.
Dan Hinata pun kembali merona hebat.
"Baiklah, aku tidak akan protes, tapi jangan sampai kau melukai dirimu sendiri dan baby ya?"
Hinata mengangguk pelan. Naruto tersenyum. Tangan tan nya membelai pelan helaian indigo istrinya itu.
"Kalau begitu aku akan take dulu, kalau kau bosan kau bisa jalan-jalan, disekitar lokasi syuting ini cafe yang bagus kok."
KAMU SEDANG MEMBACA
Read Me!
FanfictionCuma butuh waktu kurang dari 1 detik untuk membaca pikiran seseorang. Aku memang bukan psikolog, atau orang jenius, tapi aku lahir dengan bakat ini. Jujur saja aku tidak terlalu nyaman dengan 'bakat' ku ini. Apalagi saat aku harus melihat pikiran 'l...