Dekat dengan orang yang tidak disukai, kadang memang membuat jenuh tersendiri. Tidak nyaman, tentu terasa. Apalagi dengan adanya sikap dari sang yang tidak disukai, menjadi sumber dirinya harus membatin dan lebih banyak mengelus dada.
'Iqbaal! Dia itu beda sama kamu!' batinnya terus-menerus bergumam seperti itu ketika bersama Ari.
Sosok lelaki yang dipilihkan oleh orangtuanya untuk saling berkomitmen akan terus bersama hingga akhir hayat nanti. Ya, Ari adalah orang yang beberapa hari kedepan akan menjadi tunangannya.
Kuliah semester akhir, membuat orangtuanya mempercepat tanggal pertunangannya dengan anak rekan relasi kerjanya.
Iqbaal.
Kekasihnya. Pria yang telah mengatahui bahwa dirinya telah dijodohkan dengan pria lain. Entah bagaimana cara berpikirnya hingga pada akhirnya, ia memilih menyerah pada keadaan.
Hari ini. Jam 9, (Nama kamu) ada kelas di Universitasnya. Seperti seminggu terakhir, ia akan diantar jemput dengan pria berkacamata dan agak sedikit culun. Siapa lagi kalau bukan Ari?
Segeralah ia berjalan menuju ruang makan. Papa dan mamanya telah setia duduk menunggunya.
"(Nam..), sarapannya cepat. Kasihan Ari nunggu kamu dari tadi." ujar Mamanya saat ia baru saja sampai dan terduduk di kursi meja makan.
Dengan segera, (Namakamu) menyuapkan suapan terakhirnya dan meminum susu hangat yang disiapkan dan dibuatkan oleh Mamanya.
***
"Gue turun di depan," ujar (Nama kamu) dengan ketus.
Ari yang mengendarai mobil dengan santai tersebut membenarkan letak kacamata yang dipakainya, "Kok di depan? Fakultas kamu kan masih jauh, (Nam..)."
"Gue ada janji dulu sama temen, tinggal nurut aja apa susahnya sih?"
Ari hanya menghela nafas kasar, lalu meminggirkan mobilnya. Lalu membuka kunci yang mengunci pintu mobilnya. Dengan segera, (Nama kamu) turun dari mobil tersebut.
"Makasih atas tumpangannya," ujar (Nama kamu) sebelum benar-benar turun.
Setelah turun dari mobil Ari, (Nama kamu) segera berlari menuju cafetaria. Di sana, Salsha juga Steffi telah menunggu kehadiran dirinya.
"Sorry gue telat," ujarnya sambil mengatur nafasnya yang masih terengah-engah.
"Kapan lo gak telat coba, (Nam..)?" tanya Salsha.
(Nama kamu) mendudukkan tubuhnya pada kursi kosong di samping kanan Steffi dan samping kiri Salsha tentunya.
"Nanti kalau gue sama Iqbaal baikan," jawab (Nama kamu) dengan santai.
"Kapan?"
"Ada saatnya. Tapi yang jelas bukan hari ini,"
***
"(Nam..)! Iqbaal tuh,"
"Eh tapi, dia sama siapa? Anjir ceweknya gitu banget,"
"Kalau kata gue mah masih cocok sama lo daripada cewek itu,"
Salsha dan Steffi sedari tadi tidak berhenti mengucapkan komentar atas Iqbaal yang berjalan dengan salah satu cewek di Universitas Indonesia.
"Apa anak Fakultas Ekonomi nggak ada yang lebih baik daripada dia apa?"
(Namakamu) hanya tersenyum tipis untuk tanggapan kepada kedua sahabatnya. Memang ada saatnya, dimana (Namakamu) harus move on setelah melihat Iqbaal yang bergandengan tangan dengan salah satu cewek, dan itu bukanlah dirinya. Bahkan,

KAMU SEDANG MEMBACA
One Shoot
FanfictionUntuk yang rindu Iqbaal Dhiafakhri :) Setidaknya mengurangi rasa rindu. #585 in Short Story at January, 12th 2017. #880 in CJR at June, 13th 2019. #551 in iqbaaldhiafakhri at January, 26 th 2020.