"Bro, buruan tembak aja sih. Gak menutup kemungkinan juga loh. Kali aja dia juga suka sama lo?"
"Bro, dia jalan sama Aldi tuh."
"Lo genggam aja pertamanya tangan si dia."
"Lo ajak ngobrol biasa dulu, Baal."
"Cowok kok gak gentle, sih?"
"Lo cowok apaan, baal?"
"Keburu diembat sama yang lain, tau rasa lo!"
Pernyataan tersebut terus berputar dan terngiang dalam fikiran otak gue. Bagai kaset rusak yang terus menerus diputar. Meski akan rusak, akan selalu teringat isinya.
Yang diucapkan Kiki dan Bastian memang benar adanya. Tapi, ada satu pertanyaan yang mengganjal dan mengganggu fikiran gue.
"Cowok kok gak gentle, sih?"
Bukan.
Bukan gue gak gentle atau yang lainnya. Ini masalah hati dan nyali.Hati ini udah lama. Bahkan sangat lama memendam rasa yang tak pernah ada. Rasa aneh yang selalu muncul ketika gue berhadapan dan bertemu dengannya.
Rasa suka gue pada, dia.
Tanial Syifanisa (Namakamu).
Hati juga udah keukeuh gak mau mengelak kalau rasa di hati gue itu bukan sekedar untuk suka semata. Tapi juga rasa untuk memiliki, mencintai dan menyayanginya dengan sepenuh hati.
Untuk mengungkapkan? Nyali gue belum terkumpul sepenuhnya untuk mengatakan hal jujur pada dia.
Tapi hari esok. Gue jamin kalau gue bakal nembak dia. Dengan sedemikian nyali yang udah gue kumpulin untuk memberanikan diri bertatap muka dengan dia.
oOo
Setangkai bunga mawar merah dan putih udah ada di tangan gue. Dan gue sembunyikan di belakang punggung. Sore ini setelah pulang sekolah, dia akan nemuin gue di tempat yang udah kita sepakati tadi siang saat jam istirahat.
Dengan masih memakai seragam sekolah dan dirangkap oleh hoodie bergambar kartun toy story, gue duduk di salah satu kursi di Cafe sederhana di daerah Jakarta Selatan. Menunggu dia si cantik manis yang akan tahu apa isi hati gue.
Tling.
Pintu Cafe berbunyi jika ada pengunjung yang datang. Gue lirik ke arah pintu. Dan ya, dia datang. Mata kepalanya celingak-celinguk mencari seseorang. Ya, seseorang itu tak lain dan tak bukan adalah gue.
Gak mau ngulur waktu terlalu lama, akhirnya gue lambai-lambaikan tangan ke udara. Nggak lupa juga gue memanggil nama panggilan dia agar tahu gue berada dimana. "(Namakamu)!"
Dan hap! Dia ngelirik dan segera mendekati gue. Jantung ini tengah berdebar karena gugup yang gue rasain. Dia memakai celana jeans dengan atasan hoodie berwarna biru dongker. Rambutnya ia kucir kuda kebelakang.
"Baal?" panggilnya entah yang keberapa kalinya. Dia melambaikan telapak tangannya di depan muka gue.
Dengan segera, gue mengerjapkan mata. Tersadar dari lamunan akan kecantikan dia. "Eh, maaf (Namakamu)." jawab gue.
![](https://img.wattpad.com/cover/85702345-288-k794056.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
One Shoot
FanficUntuk yang rindu Iqbaal Dhiafakhri :) Setidaknya mengurangi rasa rindu. #585 in Short Story at January, 12th 2017. #880 in CJR at June, 13th 2019. #551 in iqbaaldhiafakhri at January, 26 th 2020.