"Gua duluan, Baal. Gua tunggu di tempat biasa, ya!"
"Oh oke, ntar gua nyusul. Gua nyatet dulu bentaran aja, ini." jawab gue. Aldi mengangguk lalu berlalu dari hadapan gue.
Setelah selesai nyatet yang seharusnya gue catet, gue keluar kelas. Tiba-tiba, ada yang gak sengaja nabrak gue. Gak sakit sih, soalnya yang nabrak perempuan, ehehe.
"Uhm, sorry? Lo tahu ruang kepala sekolah dimana?"
"Eh, iya. Dari sini, lo lurus aja. Ntar ketemu tangga, ambil yang kanan. Soalnya kalau tangga yang sebelah kiri suka dipake buat yang turun dari lantai atas. Nyampe di atas, lo belok kanan. Ntar lo lihat ke atas pintu-pintu, ada kok salah satunya 'Ruang Kepala Sekolah'. Udah jelas? Uhm.. (Namakamu)?" jelas dan tanya gue pada gadis dihadapan gue.
Dia tersenyum, "Cukup jelas, uhm..."
"Iqbaal." potong gue, sambil menyodorkan tangan kanan kedepan.
"Okay, Iqbaal. Lo udah tahu nama gue juga kan?" jawabnya sambil menjabat tangan kanannya pada tangan kanan gue.
"Ah ya, Iqbaal. Cukup jelas kok, Baal. Thanks ya?" Sambungnya sambil meregangkan jabatan tangan.
Gue juga meregangkan jabatan tangan, hingga akhirnya terlepas. "Boleh gue tahu, nama panjang lo?" tanya gue. Secara, kan rasanya gak sopan gitu. Langsung lihat dengan lama kearah anu nya. Ehm.. name tag dia yang ada di dada kanan. Jangan mikir aneh aneh woe😂
Dia natap gue, gue cuma ngalus pelan tengkuk gue. Kok tiba-tiba jadi canggung gini sih?
Tapi perlahan, dia berjalan ke samping gue. "(Namakamu) Ayla Atlanta." bisiknya. Tepat di telinga kiri gue.
WHOOSH!
Pipi gue kenapa woe?
Gue tahu, gue bukan perempuan. Gue laki-laki, tapi kok?
Perlahan gue narik kedua sisi bibir gue agar membentuk senyuman. Lalu gue natap kearah dia pergi.
"GUE IQBAAL DHIAFAKHRI!" teriak gue ke arah dia yang baru aja sampai di kedua tangga yang gue jelasin.
Dia balik badan sebelum akhirnya naik ke tangga. Melirik kearah gue, dan gue lihat salah satu tangannya terulur membentuk kata OK.
oOo
(Namakamu).
Salah satu gadis yang ada disini, dihati gue. Perkenalan singkat itu jadi awal kisah gue dan dia.
"Baal! Hhh..." teriak Aldi, sahabat gue.
Dia lari kearah gue, "Baal, gawat! (Namakamu) dicegat di pojok lantai 2, sama Nayfa and the gengs!" ujar Aldi yang kini udah ada di hadapan gue.
Gue tenang tenang aja. Toh, ini udah bukan jadi kali kedua. Ini kali ketiga, (Namakamu) terus terusan jadi bahan cegatan Nayfa. Dengan satu helaan nafas, gue berdiri dan langsung jalan cepat ke pojok lantai 2.
"Ekhm." Gue berdehem. Dan, ya. Nayfa langsung menjauhkan tangannya yang entah sejak kapan menyengkram kuat pergelangan tangan kanan (Namakamu).
"Eh, Iqbaal." ujar Nayfa. Gue lihat, wajah dia. Wajah yang penuh dengan keringat dingin karena ketakutan.

KAMU SEDANG MEMBACA
One Shoot
FanfictionUntuk yang rindu Iqbaal Dhiafakhri :) Setidaknya mengurangi rasa rindu. #585 in Short Story at January, 12th 2017. #880 in CJR at June, 13th 2019. #551 in iqbaaldhiafakhri at January, 26 th 2020.