Terdengar suara gerbang dibuka. Menampakkan sosok perempuan berparas cantik dan menawan yang membuat siapa saja bisa terkagum-kagum jika melihatnya. Senyumnya yang menenangkan, kelembutan hatinya yang membuat siapa saja luluh, dan kecerdasannya yang membuat orang 100% yakin kalau ia begitu sempurna. Padahal di dunia ini tidak ada manusia yang sempurna.
"Kok lama?" tanya sahabatnya, Kalea, yang sedari tadi menunggu di depan gerbang. "Gue udah nungguin dari tadi."
Zahira, perempuan yang dijelaskan pada paragraf awal tersebut ketika mendengar pertanyaan dari Kalea malah terkekeh. "Iya, maaf ya. Tadi Bunda minta dikerokin dulu soalnya," tukasnya apa adanya. Zahira memakai helm yang sudah dibawanya dari rumah, lalu buru-buru menaiki motor Kalea—hari ini jadwal dirinya yang membonceng Kalea. "Lagian, kamu biasa masuk rumah kenapa ini enggak masuk?"
Terdengar elahan napas Kalea, "Mager nih, Zah," tandas Kalea. "Sori ya, enggak izin sama Bunda lo dulu."
"Iya, enggak masalah," balas Zahira.
Kalea mulai menyalakan mesin motor, bersiap untuk segera melenggang pergi dari perumahan Zahira. "Oh iya, tadi lo 'kan bilang, Bunda minta dikerokin, emang dia kenapa, Zah?"
Perempuan yang ditanya bukannya menjawab malah menepuk pundak si penanya. "Jalan dulu, ah. Ceritanya nanti," sahut Zahira eksplisit. "Daripada kita telat."
Tanpa jawaban atau anggukkan sekalipun Kalea menjalankan motornya.
Zahira dan Kalea sudah bersahabat lama, sekitar dua tahun yang lalu. Mereka bertemu untuk pertama kalinya di koridor depan ruang UKS, saat itu sedang pendaftaran SMA. Awalnya masih canggung, seperti orang yang baru kenal pada umumnya, dan ternyata, saat pembagian kelas, mereka satu kelas. Tentu saja hal itu membuat mereka jadi lebih dekat.
Sampai sekarang ini.
Banyak yang bilang juga kalau mereka seperti anak kembar yang ke mana-mana dan apapun hal yang dilakukannya selalu bersama. Namun, bukan berarti hal tersebut tidak membuat mereka bersaing. Mereka bersaing seperti siswa-siswi lainnya terutama dalam hal akademik.
"Tadi malem, pas gue suruh lo buat sms Virgo, dibales enggak, Zah?"
Kontan Zahira mengerutkan dahinya mendengar pertanyaan itu. Virgo, laki-laki yang Kalea suka semenjak kenaikan kelas sebelas, dan Virgo pun membalas perasaan Kalea. Hanya saja mereka masih terjebak pada friendzone. "Dibales," kata Zahira. Omong-omong, saat ini mereka sedang berjalan di koridor untuk menuju ke kelas. "Katanya dia sibuk, Kal, jadi enggak bisa ngontak kamu dulu."
Setelah melontarkan kalimat itu, Zahira menggigit bibir bawahnya. Soal mengapa Zahira bisa mengirim pesan untuk Virgo adalah permintaan tolong dari Kalea sendiri. Semalam pesan Kalea ke Virgo tidak dibalas oleh cowok itu, makanya Kalea meminta tolong pada Zahira, siapa tahu dibalas.
Dan ternyata, memang dibalas. Jujur, Kalea lama-lama merasa bingung, mengapa Virgo lebih memilih untuk membalas pesan Zahira dibanding dirinya?
"Kenapa kalo lo yang sms dibales ya, Zah?" tanya Kalea bete. "Bukan cuma sekali, tapi sering. Apa perhatian yang gue kasih ke Virgo kurang?"
Lagi-lagi Zahira menggigit bibir bawahnya. Ia takut. Semenjak kejadian itu—kejadian yang tidak disengaja dan tidak diketahui oleh Kalea, Virgo berusaha mendekati dirinya, dan mulai melunturkan semua kepeduliannya terhadap Kalea. Sungguh, Zahira tidak ada maksud apapun. Ia bahkan tidak pernah menanggapi kehadiran Virgo, menolaknya mentah-mentah, karena tidak mau jalinan persahabatannya dengan Kalea rusak hanya karena masalah itu.
"Perhatian kamu, udah cukup buat Virgo. Mungkin aja, Virgo pingin istirahat dulu masalah hati, tapi aku yakin, Virgo bakal kembali kayak dulu."
"Lo yakin?"
Zahira menarik napas dalam-dalam dahulu sebelum mengangguk mantap, "Aku yakin."
==========
Author's note
Vomments ditunggu;)08 Oktober 2016
KAMU SEDANG MEMBACA
Dilema Sahabat
Short StoryMungkin kamu akan bingung tentang perasaan Virgo terhadap Kalea dan Zahira; kedua sahabat yang bersahabat sudah sangat lama. Kalea yang menyukai Virgo semenjak kelas sebelas bahkan terjebak friendzone dengan laki-laki itu, dan Zahira yang berusaha m...