Setelah Virgo puas untuk berkelahi dengan Lionel, ia menarik Zahira untuk menuju ke taman belakang karena ia ingin membicarakan sesuatu dengan perempuan itu.
"Gak lucu, Vir," Zahira menetralkan detak jantungnya yang sudah melebihi ritme standar. "Kamu tau 'kan kalo tadi itu di depan orang banyak? Dan di situ ada—"
"Gue tau," ucapan yang seolah-olah begitu enteng. Tidak ada emosi apapun, padahal sebenarnya emosi Virgo tidak main-main. "Gue enggak bisa gini terus, Zah. Gue suka sama lo."
"Tapi enggak bisa, Vir, enggak bisa," sebulir air bening mulai menetes di pipinya. "Kamu tau 'kan kalo Kalea suka sama kamu? Bagi aku, persahabatan aku sama Kalea lebih penting, maaf."
Virgo mengacak rambutnya frustasi. "Kenapa, Zah? Lo tau, semenjak kejadian itu gue bener-bener suka sama lo? Dan lo tau kalo perasaan itu enggak bisa dipaksa 'kan?" Ada hening sejenak sampai Virgo kembali bersuara, "Karena sesuatu yang dipaksa enggak akan baik."
Begitu setelah Virgo memaparkan kalimat terakhirnya, pikiran Zahira malayang pada saat itu, saat di mana hujan deras, dan ia tidak membawa payung.
Pada saat itu, Zahira dan Kalea sedang menunggu hujan reda di salah satu halte dekat sekolah, sekalian menunggu bus ataupun angkot. Tetapi tiba-tiba, jemputan datang untuk Kalea, tentu Kalea menawari Zahira agar ikut bersamanya. Namun, Zahira menolaknya mentah-mentah dengan alasan ia tidak mau merepotkan Kalea dan tidak mau jika ia terus bergantung pada perempuan itu.
Akhirnya Kalea pun pergi, menyisakan Zahira sendirian di tengah-tengah derasnya hujan, ditemani dengan suara percikkan-percikkan air yang menggelitik di telinga.
Sepuluh menit Zahira menunggu kendaraan umum, Virgo datang dengan membawa payung, ia menawarkan tebengan payung pada Zahira, "Kok sendirian?" begitu awal Virgo membuka pembicaraan. "Kalea mana? Mmm... pulang sama gue aja gimana? Lo cewek, enggak mungkin gue tinggalin sendirian."
Zahira sempat gelagapan mendengar rentetan pertanyaan dari Virgo. Seadanya ia membalas, "Payung kamu kecil, itu cuma pantes buat satu orang. Lagipula, aku gak mau ngerepotin."
Alasan Zahira yang selalu sama, dan klise.
Sempat keduanya diam, canggung. Lalu Virgo menyarankan sesuatu, "Gimana kalo lo yang pake payungnya? Gak masalah kalo gue basah, asal gue enggak ninggalin seorang cewek sendirian di saat sepi-sepi gini."
Dan, dengan polosnya Zahira mengatakan hal yang membuat Virgo sukses tersenyum lebar. "Daripada cuma kamu yang basah, kenapa enggak sekalian kita hujan-hujanan bareng? Adil 'kan?"
Mereka pun hujan-hujanan, tertawa bersama di tengah derasnya hujan. Tak peduli bahwa mereka tidak ada status apapun selain teman, dan mereka saling bahagia karena bisa menikmati masa-masa kecil lagi.
"Hujan sama lo, sama-sama teduh, Zah. Sejak saat itu, gue gak bisa ngelupain semua tentang lo."
Zahira membuyarkan lamunannya kala Virgo mengatakan itu.
Takut kalau semuanya memburuk, Zahira menggeleng mantap, konsisten pada apa yang sudah ditetapkannya dari awal. "Maaf, aku enggak bisa. Dan tolong, jangan deketin aku lagi. Yang suka kamu itu Kalea, bukan aku. Kalea sahabat aku, aku enggak mungkin ngerebut apa yang udah jadi kebahagiaan dia."
Zahira melenggang pergi setelah sebelumnya ia mengucap kata 'permisi' yang sebenarnya belum diiyakan oleh Virgo.
Mereka tidak tahu, bahwa Kalea memperhatikan keduanya dari awal pembicaraan sampai Zahira yang meninggalkan Virgo sendirian.
==========
KAMU SEDANG MEMBACA
Dilema Sahabat
Short StoryMungkin kamu akan bingung tentang perasaan Virgo terhadap Kalea dan Zahira; kedua sahabat yang bersahabat sudah sangat lama. Kalea yang menyukai Virgo semenjak kelas sebelas bahkan terjebak friendzone dengan laki-laki itu, dan Zahira yang berusaha m...