"Gue denger."
Deg.
Jantung Zahira seakan berhenti berdetak pada saat itu. Kalea denger? batinnya berkecamuk. Padahal tadi Zahira sudah sukses mengumpulkan semua mood-nya setelah sebelumnya ia melewati konservasi bersama Virgo.
"Gue denger semuanya," lanjut Kalea yang sedang menulis di sebelah Zahira. Guru yang mengajar jam pelajaran kelima ini sedang sibuk sendiri dengan laptopnya. "He like you."
Zahira seakan tergagap. "Kal, ma... maf, aku enggak ada maksud apapun, aku enggak pernah berpikiran buat ngerebut Virgo dari kamu. Maaf."
Kalea tidak menjawab, namun ia berdiri. "Pak!" sahutnya yang membuat perhatian guru itu teralihkan. Bahkan anak-anak sekelas langsung menyorotkan keantusiasannya pada Kalea.
"Ya?" tanggap guru itu enteng. "Ada apa?"
"Saya mau ke belakang."
"Silakan, tidak boleh lebih dari lima menit."
Kalea mengangguk patuh, lalu segera melesat pergi. Meninggalkan Zahira dengan ratusan permintaan maafnya.
Tidak lama setelah Kalea pergi, seseorang mengangkat tangannya dan berseru, "Kepala saya pusing, Pak!" ternyata seruan itu datang dari seorang laki-laki yang duduk di bangku paling belakang. Dia, Virgo. "Saya izin ke UKS bentar ya, Pak?"
Guru itu bergeleng-geleng, sudah biasa ia menghadapi Virgo yang suka beralasan seperti itu karena Virgo memang dikenal suka cabut-cabutan. "Ya, silakan."
Virgo menyengir sembari terkekeh. Dan saat ia berjalan keluar kelas, ia sempat melewati bangku Zahira dan mengatakan, "Maaf, Zah."
Zahira sendiri diam, bingung akan bersikap bagaimana lagi. Ia benar-benar takut sekarang, kalau Kalea nanti akan membencinya dan meninggalkannya hanya karena seorang laki-laki, Virgo.
==========
Waktu Kalea yang diberikan oleh gurunya tersisa dua menit lagi dan sampai sekarang, ia masih belum bisa fokus. Hatinya masih sesak, dan mengetahui orang yang disukainya ternyata suka dengan sahabatnya sendiri adalah hal yang paling tabu untuk diketahui.
Saat ini, ia sedang berada di taman belakang sekolah, lagi, duduk sendirian di bangku taman dengan kepala yang menunduk. Begitu sepi, dan itu bagus karena itu bisa menenangkan dirinya sejenak. Walaupun nanti ia akan kembali sesak saat kembali pada kenyataan yang sebenarnya.
"Kalea,"
Kalea mendongakkan kepalanya, betapa terkesiapnya ketika mendapati seorang Virgo di depannya.
"Lo ngapain ke sini?"
Virgo duduk di sebelahnya. Ia menarik napas, "Jangan karena gue lo ngebenci Zahira." Virgo menatap langit sejenak. "Zahira enggak salah apa-apa, lo harusnya marah ke gue."
"Lo nguping pembicaraan gue sama Zahira di kelas?" tanya Kalea balik. Kalau Virgo mendengar, berarti teman-teman sekelasnya juga bisa mendengar dan mengetahui masalahnya. "Kedengeran keras?"
Virgo menggeleng, "Gak perlu gue denger pembicaraan lo sama Zahira karena gue udah tau semuanya. Lo kecewa sama dia."
Kalea diam. Entah mengapa, jantungnya berdetak lebih cepat. Ia rindu dengan Virgo, namun di saat itu juga ia memaksa perasaannya agar tidak seperti itu.
"Maaf Kal, maaf—"
"Lo enggak salah, dan memang enggak ada yang salah, sih," Kalea mengedikkan bahunya. "Perasaan itu," Kalea menelan air liurnya susah payah, "enggak bisa dipaksa. Kalo lo emang suka sama Zahira, kejar aja. Gue enggak masalah."
"Tapi, bukannya lo—"
"Semua tentang lo sama gue, lupain aja," semudah itu Kalea mengatakan, padahal hatinya amat sangat tidak searah dengan perkataannya, "Ya, semuanya udah berubah. Lo yang ngerubah, dan gue enggak bisa apa-apa lagi. Ini soal perasaan, siapa yang bisa naklukin kalo bukan diri sendiri?"
Kalea bangkit, baru saja ia akan pergi ketika sebuah tangan menggenggam tangannya erat. "Daripada persahabatan lo sama Zahira rusak, gue akan berusaha buat tetep sama Lo, Kal."
Kalea melepaskan genggaman Virgo dengan kasar, "Gak usah brengsek bisa enggak, sih? Mau lo apa?" emosinya sudah memuncak lagi. "Dan, kenapa enggak lo aja yang pergi dari kehidupan gue dan Zahira?"
"Gue—"
Deheman Kalea yang keras membuat Virgo mau tidak mau memutus kalimatnya. "Gue ngelepas lo, kok, Vir. Gue dukung lo kalo misal lo suka sama Zahira. Kejar dia," selorohnya berusaha agar terdengar yakin. "Gue lebih memilih itu daripada lo yang bersama gue, tapi hati lo buat yang lain. Gue enggak mau lo jadi terkekang hanya karena gue, gue enggak akan memaksa."
Virgo tidak bisa membalas paparan kalimat terakhir Kalea sebelum perempuan itu pergi, alhasil, ia hanya bisa menatap punggungnya yang semakin mengecil.
Dan di saat itu, Virgo merasakan sesuatu ada yang hilang.
==========
KAMU SEDANG MEMBACA
Dilema Sahabat
Short StoryMungkin kamu akan bingung tentang perasaan Virgo terhadap Kalea dan Zahira; kedua sahabat yang bersahabat sudah sangat lama. Kalea yang menyukai Virgo semenjak kelas sebelas bahkan terjebak friendzone dengan laki-laki itu, dan Zahira yang berusaha m...