* 25 *

3.8K 343 44
                                    

"Gue akan tersenyum saat lo juga senyum, tapi jangan nangis, karna gue nggak akan ikut nangis. Gue 'kan laki, kalo gue nangis, siapa yang bakal ngehibur lo?"

Kata-kata itu kembali terngiang dipikirannya. Sudah lama sejak Prilly mendengar kata-kata itu, tetapi tetap saja Prilly merindukan saat itu terulang kembali. Saat dimana orang lain menganggapnya sebelah mata, tetapi Ali selalu ada membuka lebar tangannya mengajak Prilly pergi meninggalkan semua dan hanya ada kesenangan untuk mereka berdua. Namun, Prilly sadar bahwa mereka kini bukan lagi anak-anak seperti dulu. Setiap kata yang terdengar terlalu sensitif untuk ia acuhkan. Entah siapa yang salah dalam hal ini, tapi Prilly sungguh merindukan ketika hanya ada Ali dan dirinya, menghabiskan hampir seluruh waktu mereka bersama, tanpa masalah, tanpa emosi, tanpa sakit hati.

"Lo tau kenapa? Karena GUE CINTA SAMA LO."

Kini apa yang salah dengan kata-kata itu? Hal yang Prilly bahkan tak pernah berharap lebih tentang perasaannya, sekarang malah menghampirinya. Prilly terus mengingat ucapan Ali hingga ia sulit memejamkan mata. Napasnya seakan tercekat, tetapi otaknya terus bekerja untuk membuat seutas senyum tersungging di bibirnya. Namun sekarang, jika Prilly memilih untuk menyempurnakan perasaannya, apakah cara ini membuatnya menjadi orang seperti yang Dara katakan? Menjadi pengganggu hubungan mereka, menjadi parasit dalam kehidupan Ali, atau mungkin menjadi orang bodoh yang naif jika pernyataan Ali ternyata hanyalah bentuk rasa simpati Ali padanya.

"Selama ini gue berdiri disampingnya buat ngejaga cinta gue tetep bahagia. Apapun yang dia lakuin, gue nggak pernah berharap cinta itu bisa gue miliki. Tapi kenapa? kenapa disaat semua jelas, gue harus merasa kayak gini?!" gumam Prilly pada dirinya sendiri. Prilly terus menatap bayangan yang nampak menyedihkan itu di cermin. Sekujur tubuhnya masih basah, bahkan baju yang Ali berikan padanya pun terlihat kumal di badannya sekarang.

Prilly pun sempat berpikir jika meninggalkan Ali sendiri saat itu membuatnya menjadi orang yang jahat. Malam ini salah satu malam penting Ali, tetapi ia justru mengacaukannya dan meninggalkan Ali pergi padahal ia berjanji selalu men-support Ali apapun yang terjadi. Prilly mencoba mencari ponselnya, tapi sial ponsel bututnya juga harus rusak karena air yang tadi Dara siramkan kepadanya. Untuk saat ini, semua terasa tidak berguna, bahkan juga dirinya.

***

Suara gemericik air yang keluar dari shower kamar mandi sejak tadi kini telah berhenti. Beberapa saat suasana nampak hening, lalu terpecah oleh suara pintu kamar mandi yang terbuka. Ali keluar dari sana dengan menggosokkan handuknya dikepala. Ia berjalan pelan mendekati cermin besar setinggi tubuhnya yang terpasang di tembok kamar. Ali menatap dirinya, dan kemudian berhenti memainkan handuknya. Ali sudah berusaha untuk menyegarkan diri sepagi ini, namun tetap saja saat ini otaknya masih bergelut dengan semua yang terjadi tadi malam.

Apa saja yang dikatakan Dara hingga Prilly terlihat begitu kecewa? Bagaimana keadaan Prilly sekarang? Apakah dirinya salah jika mengungkapkan perasaannya secepat itu? Apakah Prilly juga mempunyai perasaan yang sama padanya? Pertanyaan seperti itu terus saja berputar dikepalanya hingga membuatnya terjaga hampir semalaman. Ali bahkan masih setengah percaya dengan apa yang tiba-tiba ia ucapkan. Tapi, saat melihat Prilly dengan raut wajah yang tak pernah Ali lihat sebelum ini, Ali tak lagi bisa menahan perasaannya. Mungkin selama ini ia memang sudah mencintai gadis itu, tetapi Ali tak pernah mau mengakui karena kedok persahabatan yang terjalin kuat diantara mereka berdua.

Hari ini adalah hari penting Ali, namun Ali masih punya waktu untuk menyempurnakan hari pentingnya, jika ia bisa menemui Prilly lebih dulu untuk menuntaskan masalahnya. Ali berpakaian dengan cepat, mengenakan seragam tim basket kampus dengan jaket yang ia pasang di tubuhnya. Ali juga mengenakan sepatu dan mengambil ranselnya tergesa sebelum keluar dari kamar. Saat ini ia hanya ingin menemui Prilly, bertemu dengannya, menjelaskan semua yang terjadi, dan merebut kemenangan dipertandingannya hari ini karena ia sudah berjanji.

My Heart Is Your Heart (Ali - Prilly)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang