9 - Fullday with Alva

60 23 11
                                    


Wulan point of view

Sekarang gue sama Alva mau ngabisin waktu hari ini cuman berdua, gak ada orang ke tiga, ke empat, atau ke lima. Karena gue mau buat hari ini menjadi hari yang paling gak akan pernah gue lupain seumur hidup gue. Gue berasa lebay banget gak sih?

Hari ini adalah hari terakhir gue ketemu sama Alva, setelah beberapa minggu dia ngejauhin gue. Jadi gak apa-apakan gue sedikit lebay.

Awalnya gue gak bisa terima alasan kenapa dia jauhin gue, tapi setelah mendengar penjelasan dari mulut Alva. Gue sedikit bisa menerimanya. Tapi, kenapa harus semendadak ini? Kenapa gak bulan depan aja? Kalau bisa tahun depan? Atau mendingan gak usah sam...

"Wulan, lo bisa turun gak dari motor gue sekarang?"

"Hah? Oh.. Udah nyampe ya?" Tanya gue sedikit linglung, gue segera turun dari motornya Alva. Lalu menyerahkan helm yang gue kenakan kepadanya. Alva dengan senang hati menerima helm dari gue, lalu meletakannya di depan motornya.

"Sekarang kita makan siang dulu. Sorenya kita nonton dan malamnya gue punya kejutan buat lo." ucap Alva.

"Kejutan apa?" tanya gue penasaran, Alva cuman diem aja. Mungkin dia bingung mau jawab apa.

Sekarang gue sama dia lagi jalan berdua sambil gandengan tangan dan gue juga menyandarkan kepala gue dibahunya, rasanya itu kok nyaman banget ya? Orang-orang menatap ke arah kita berdua dengan tatapan iri, yaiyalah guekan sama dia udah kaya orang pacaran aja. Romantis pake bgt.

Alva menarik sebuah kursi, lalu mempersilahkan gue untuk duduk di sampingnya. Kurang romantis apa coba kita berdua?

"Lo mau pesen apa?" tanya Alva, seketika membuat gue mengerucutkan bibir, apa Alva lupa sama makanan kesukaan kita berdua. Alva malah terkekeh melihat ekspresi gue.

"Hahaha.. Gue cuman bercanda." sumpah itu gak lucu, Al -,-

"Mba!" seorang pelayan menghampiri meja kita berdua, setelah Alva tadi memanggilnya.

Alva kemudian menunjuk daftar menu yang ada di meja, "pesen ini 2, minumannya yang ini 2 juga!" pelayan itu segera mencatat dan mengulangi pesanan yang dipesan Alva. Alva hanya merespon dengan menganggukan kepalanya saat pelayan tadi mengulangi pesanan yang dipesan Alva.

"Yang cepet ya, mba. Saya soalnya udah LAPER!" Alva sedikit berteriak dan menekankan kata 'laper' kepada pelayan yang sudah mulai menjauhi mejanya. Gue menundukan kepala, menahan malu, karena semua pengunjung yang berada di 'Amour Cafe' menatap ke arah meja kita berdua. Kenapa sifat Alva kembali muncul, disaat yang tidak tepat seperti sekarang ini?

"Lo, kenapa? Gak usah nunduk gitu kali. Gue gak akan nyium lo kok." gue menengadahkan kepala gue ke atas, ke arahnya. Dia kok bisa-bisanya nyimpulin kaya gitu?

Alva terkekeh kecil, "gue cuman mau mengingatkan lo, akan masa-masa kita dulu." Alva berdeham pelan, sebelum melanjutkan ucapannya. "Sebagai sahabat." dia menggenggam tangan gue, gue sedikit gak terima dengan ucapan terakhirnya. Entahlah gue juga gak tau.

Gue melepaskan genggaman tangan gue dari Alva. Seakan tidak terima dengan tindakan gue, Alva semakin erat menggenggam tangan gue.

"Please, biarin kaya gini. Karena gue gak akan mungkin bisa menggenggam tangan lo seperti ini untuk waktu ke depannya lagi!" ucapan Alva barusan seakan menyadarkan gue, akan kenyataan pahit yang sebenarnya. Bahwa Alva akan meninggalkan gue untuk waktu yang gue sendiri gak tau sampai kapan.

"Kapan lo kembali?" tanya gue dengan tatapan yang berkaca-kaca. Alva yang melihat gue, mulai bergerak gelisah.

Alva menghela nafas, sebelum menjawab pertanyaan gue "Gue gak tau. Tapi, gue janji sama lo gue akan secepatnya kembali ke sini buat lo." gue cuman bisa mengangguk.

"Maaf, mas, mba. Ini pesanannya!" refleks gue dan Alva melepaskan genggaman tangan kita berdua. Pelayan itu menaruh makanan yang kita pesan di atas meja, setelah itu pelayan tadi pergi meninggalkan kita berdua.

"Ayo, di makan! Pokoknya hari ini kita harus happy, gak ada sedih-sedihan. Ok?" gue lagi-lagi mengangguk, lalu tersenyum manis kepada Alva.

Alva mencubit pipi gue dengan gemas, "nah gitu dong senyum!"

***

Setelah menikmati makan siang gue dan Alva langsung pergi ke bioskop untuk menonton film yang dari dulu pengen banget gue tonton. Cuman baru kesampeannya sekarang.

Thanks to Alva yang udah ngajakin gue buat nonton filmnya CJR 'Ada Cinta Di Sma'.

Gue ini salah salah satu Comate, jadi jangan pada heran kenapa gue pilih nonton filmnya mereka di bandingkan dengan film yang lain. Karena supaya gue bisa mengingat Alva ketika gue lihat sesuatu yang berhubungan dengan CJR.

Gue duduk di kursi tunggu yang ada di sana sambil menunggu Alva membeli tiket dan juga membeli popcron buat kita berdua.

Alva datang dengan membawa dua buah eskrim?
Kenapa eskrim, gue memelototi Alva, dia malah terkekeh.

"Hati-hati ntar tuh mata keluar lagi." cibir Alva. Gue memandangnya sebal.

"Kok eskrim? kitakan mau nonton, Al."

"Terus?"

"Harusnya lo beli popcron aja."

"Popcron? Nontonnya juga masih lama."

"Hah?" Alva menoleh ke arah gue sambil menyerahkan eskrim rasa coklat yang udah dia buka bungkusnya. Gue terpaksa menerimanya. Gak terpaksa juga sih.

"Udah makan aja, kita harus nunggu setengah jam lagi." gue mengangguk pasrah, lalu memakan eskrim coklat pemberian Alva.

Gue menikmati eskrim dengan perasaan senang, Alva ternyata masih mengingat eskrim kesukaan gue. Gue lagi-lagi tersenyum membuat Alva menolehkan wajahnya ke arah gue.

"Lo kenapa senyum-senyum? Muka gue celemotan yah?" Alva mengelap-ngelap mukanya disekitar bibirnya menggunakan tangan kirinya, karena tangan kanannya memegangi eskrim vanila yang tinggal setengah itu. Gue semakin tersenyum lebar bahkan gue hampir tidak bisa menahan tawa melihat tingkahnya yang seperti anak kecil.

'Pluk'

Gue dan Alva serentak menoleh ke arah eskrim yang tergeletak di bawah kaki gue. Gue menatap ke arah Alva dengan memasang mata puppy eyes.

Alva menghela nafas, "ya udah nih buat lo!" Alva menyerahkan eskrimnya ke arah gue, gue jadi ngerasa gak enak sama dia. Inikan bukan kesalahan dia kalau eskrim gue jatuh ke lantai. Itu memang kesalahan gue yang gak bisa ngejaga eskrim pemberiannya, apalagi kalau Alva ngasih hatinya buat gue, apa gue bisa menjaganya? Kok gue ngelantur gini ya? Jadi baper.

"Gimana kalau kita makan eskrim ini berdua?" usul gue pada Alva. Gue menyodorkan eskrim itu ketengah-tengah. Alva tersenyum, lalu gue dan dia mulai memajukan wajah kita berdua ke arah eskrim itu.

'Dugh'

Kening gue dan dia sempat terbentur, gue meringis pelan begitupun dengan Alva. Kita berdua sama-sama saling menatap satu sama lain. Kemudian kita tertawa, menyadari tingkah konyol kita tadi.

"Gue seneng banget hari ini, Al. Makasih buat hari ini."

"Udah berapakali lo ngucapin kata makasih buat gue, hari ini?"

Gue mencoba untuk berpikir, "Berapa yah? Perasaan baru dua kali deh." Alva mencubit pipi gue untuk yang ke dua kalinya.

"Udah dong, emang pipi gue bakpau apa?" Alva melepaskan cubitannya, lalu ia berdiri sambil mengulurkan sebelah tangannya ke arah gue. Gue menerima uluran tangannya.

"Ayo, filmnya udah mau mulai!"

"Ini eskrimnya gimana?"

"Udah tinggal dikit, kan? buat lo aja." gue dan Alva berjalan memasuki pintu bioskop dengan perasaan bahagia. Tangan gue dan Alva masih saling bergandengan.

-------

Thanks you for reading :)
Vottmentnya jangan lupa!
Baca ceritaku yang lain juga yahhh,
Terima kasih kepada kalian yang udah mau meluangkan waktu untuk membaca ceritaku ini :-)

Mini Couple (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang