Motor besar biru methalic itu memasuki halaman parkir rumah Ayah. Setelah berhenti, akupun segera turun dari jok belakang serta melepas helm Sehun. Sehun melakukan hal serupa, ia turun dari motor dan melepas helmnya.
"Gomawo Oppa, aku akan segera masuk." Pamitku
"Mianhae Jungie atas sikapku, tapi kumohon kau lebih mengerti perasaanku"
"Aku tak ingin membahasnya lagi, aku butuh istirahat." Kusela lagi pembicaraan menjurus itu, kukembalikan helm yang baru kupakai itu Sehun. Dengan segera, aku pergi dari hadapan Sehun yang masih terpaku melihatku. Akupun masuk ke dalam rumah, para pelayan kaget melihat kedatanganku. Kuhempaskan tubuhku di sofa merah marun beraksen bunga-bunga khas korea.
"Dimana Eomma dan Ayah?" Tanyaku langsung. Tak kuhiraukan wajah bingung mereka.
"Mereka tengah berlibur di Thailand, nona muda." Salah seorang pelayan wanita menyahuti ucapanku.
"Kapan mereka akan pulang?" tanyaku lagi.
"Mungkin sekitar 3 hari lagi." jawab pelayan muda yang ada di samping pelayan yang tadi menyahutiku.
"Kalau begitu aku akan menginap hari ini, jangan beritahukan ke siapapun." Ancamku, an akupun segera menuju kamarku tercinta. Kubuka pintu kamar yang telah lama kutinggalkan. Aksen biru laut yang kusuka masih tetap mewarnai kamarku. Aroma kamarku juga masih sama. Benar-benar merindukan segala hal yang ada di kamarku. Tubuhku terasa berat, akupun berbaring di kasur tercintaku. Ah, rasanya melegakan bisa tidur di kasur kesayanganku.
Sayangnya rekaman Jongin bermesraan dengan gadis itu mengganggu ketentraman hatiku. Dasar suami menyebalkan, apa dia tak sadar bahwa dia berada di tempat yang sama dengan istrinya. Awas saja dia. Perlahan mataku tertutup jjuga.
___****___
"Eungggghhhhhhhh...." Leguhku. Kukerjapkan mataku perlahan, sedikit demi sedikit cahaya menembus kornea-ku. Kurenggangkan otot-ototku. Pasti aku tertidur sangat lelap sampai-sampa hari telah siang. Tapi, sepertinya ada yang aneh dengan kamarku. Kenapa cat kamarku berubah menjadi perpaduan warna merah dan kuning. Aromanya juga sedikit berbeda, namun aku kenal. Sedikit kuputar otakku. Aku berada di apartement suamiku.
Aku bangkit dari posisiku, bergegas keluar kamar. Bagaimana aku bisa di sini, padahal suah sangat jelas aku tidur di rumah Eomma. Saat di luar, kurasakan aroma harum masakan, Ku hampiri sumber keharuman itu.
"Kenapa aku bisa di sini?" Bentakku pada ssosok lelakii yang mengenakan celemek dibadannya.
"Kau sudah bangun? Tunggulah di meja makan, aku akan menyiapkan makanna untukmu." Lelaki itu tak memperdulikan pertanyaanku.
"Aku tak ingin memakan masakanmu! Aku ingin kembali ke rumahku!" Seruku lebih keras.
"Akan kuselesaikan masakanku." Dia masih focus pada masakannya. Seperti biasa ia mengacuhkanku, baik aku sudah sangat tidak betah diperlakukan seperti itu olehnya. Akupun melenggang pergi dari hadapannya dan melangkah menuju pintu depan. Kuambil salah satu sandal yang ada di dekat pintu, memakainya dengan tergesa-gesa. Lantas kuputar knop pintu dengan gerakan memutar. 'ceklek', suara knop pintu itu terdengar, namun ada yang menghalangiku saat aku hendak keluar.
"Bodoh!" Tangan itu mencegkram tanganku kuat.
"Jangan panggil aku bodoh!" kesalku, aku berusaha memberontak darinya. Jangan kalah dengan Kim Jongin!
"Sudah kubilang, aku akan menyelesaikan masakanku, kajja ke meja makan!" Ucapnya kembali.
"Untuk apa aku memakan masakan orang yang mengacuhkanku!" tegasku berusaha tenang, sejenak kuperlihatkan senyum meremehkanku untuknya.
"Kau memang bodoh nyonya Park!" Apa yang baru kudengar tadi? Nyonya Park? Yang benar saja.
"Nyonya Park? Kau tak usah mengacaukan hidupku lagi Tuan Kim Jongin, apa kemarin tidak cukup hanya dengan bermesraan dengan gadis itu!"
"Jadi karena itu, kau ternyata tukang cemburu"
"Untuk apa aku cemburu padamu, sangat merugikanku." Elakku. Tubuhku terasa ditarik, apa yang terjadi lagi. Wangi maskulin itu tercium jelas di rongga hidungku. Sesuatu juga mengusik telingaku, suara itu berasal dari tubuhnya. Apakah ini detak jantungnya? Kenapa begitu cepat.
"Bisa mendengarnya kan?" Suara barito-nya menyadarkanku.
"Itu... Itu.... Jantungmu berdetak sangat cepat."
"Kau benar, dan ini semua karenamu bodoh!"
"Maksudmu?" Kudongakkan kepalaku, kudapati sebuah senyuman manis darinya. Ia-pun mengeratkan pelukannya padaku.
"Jangan bersikap seperti itu lagi, aku tak suka ada lelaki lain memegang tanganmu"
"Tapi itu Sehun, dia sepupuku!"
"Apa aku peduli dengan status sepupumu itu?" Hei, seharusnya yang marah itu aku, kenapa dia malah yang terkesan marah padaku. Seharusnya aku yang tidak terima dia bermesraan dengan yeoja lain. Sehun juga adalah sepupu serta sahabatku, jadi wajar saja dia dan aku saling berpegangan tangan, ah gadis itu...
"Lalu bagaimana dengan kau yang mengumbar kemesraan dengan gadis itu, bahkan aku tidak tahu siapa dia."
"Namanya Lee Boram, dia sahabatku, tidak lebih!" Kutatap mata elangnya. Apa yang terjadi, kenapa jantungku berpacu cepat, wajahnya juga semakin mendekat, Sapuan nafasnya terasa jelas di wajahku. Iapun mulai memiringkan wajahnya, dan bibir merahnya menyentuh bibirku. Matanya terpejam, ia juga mulai melumat bibirku dengan lembut. Ini yang kedua kalinya, rasa manis itu memabukanku. Aku ikut memejamkan mataku, menikmati setiap lumatan dan sentuhan dari bibirnya.
__****___
'krauk... krauk... krauk'
Dentangan lancang dari perutku terdengar, rasa lapar menderaku. Sekujur tubuhk terasa sakit, terlebih bagian bawahku, rasanya agak perih. Kutolehkan kepalaku ke kanan, wajah lelaki itu terlihat begitu tampan untukku. Entah kenapa, wajahnya justru mengalihkanku dari rasa lapar. Kutelusuri tiap inchi wajahnya, hidungnya yang mancung, bibir merah seksinya,mata besarnya yang menawan, terlalu sempurna bagiku. Aku tersenyum kecil mengingat apa yang baru saja kami lakukan. Aku tak pernah menyangka akan melakukan hal begitu intim dengannya untuk pertama kali. Bahkan tubuh polos kami masih terbalut selimut tebal.
"krauk... krauk... krauk"
Lagi-lagi alarm perutku berbunyi dan berhasil membuyarkann keterposananku dengan wajah tampannya. Baiklah, aku butuh tenaga sekarang. Perlahan, akupun bangkit dari tidurku. Mengalihkan tangan yang melingkar di perutku. Tapi sangat susah, tangan itu malahh makin erat melingkar di perutku.
"Kau mau kemana? Apa kau tak lelah."
"Aku lapar Oppa, perutku sejak sore kemarin belum kuisi."
"Hemmm, bukannya kau sudah sangat banyak makan saat di festival?"
"Tapi, aku lapar." rajukku seperti anak kecil. Perutku memang sudah tak bisa diajak kompromi kalau masalah seperti ini.
"Sayangnya aku masih ingin memelukmu bodoh!" Ia tersenyum evil dan menarikku dalam pelukannya.
"LAPAR Oppa..." gerutuku lagi lebih keeras.
tBc
Terima kasih ya yang sudah baca
Terima kasih sekali buat yang sudah votment.
aku masih nunggu vote dan komentar kalian ya.. jhehhehe
bdw maafkan segala typo dan tanda baca yang enggak sesuai
ZEAKYU
KAMU SEDANG MEMBACA
Pink Rose
Romance"Aku mencintaimu Jung Soojung!" Suara berat Sehun menjadi alarm panik bagiku. Namaku Soojung, dan Sehun adalah sepupuku. Disaat kebimbangan Soojung menolak Sehun yang notabenenya adalah sepupunya, datanglah Kim Jongin sebagai calon suaminya. Jung S...