Kemarin, saat His Eyes on Her kelar, banyak banget yang tanya mengenai pembicaraan Chika dan Leonardo yang tidak ada dalam bagian terakhir cerita. Jadi hari ini, saya putuskan untuk menulisakannya dan membagi untuk para penggemar Chika dan Leonardo. Selamat Membaca ❤❤
K.S.
=======
"Jika kamu ingin berbicara kepada Suryani atau Kartika atau siapapun namanya, kamu bisa datang besok pagi. Bukan malam ini. Aku tidak akan pernah membiarkan kamu berbicara dengan mereka sebelum keadaan mereka tenang setelah kejadian hari ini. Dan satu lagi, semua perkataan yang aku ucapkan sudah aku pikirkan matang-matang, jadi jangan samakan aku dengan wanita yang tidak memiliki otak dan tidak berpendidikan, yang mungkin selalu ada di sekitarmu." Wanita itu, Kira, membalikkan badannya dan melangkah menjauhi kami dengan langkah tegasnya. Dia meninggalkan kami semua berdiri di sini tanpa bisa meresponnya.
"Apaan wanita itu? Beraninya dia mengaturku," geramku yang dia tinggalkan begitu saja tanpa di berikan kesempatan untuk berbicara dengan istriku sendiri, Chika.
"Kurasa perkatannya benar. Kamu harus memberikan waktu untuk mereka," ujar Kenar yang menepuk pundakku yang terasa kaku karena amarah yang aku tahan.
"Kamu setuju dengan perkatannya karena dia wanitamu, bukan?" balasku geram dengan menatap tajam ke arahnya.
Kenar menghela napas pendek dan memandang jauh ke arah pintu putar, "Apa kamu tidak dengar? Dia bilang dia bukan wanitaku dan bukan milik siapa pun," kata Kenar yang kini memandangku dengan senyuman tipis di wajah campurannya, "beri mereka waktu untuk beristirahat. Aku akan mengantarmu besok untuk bicara. Sepertinya aku tahu mereka ada dimana?"
Aku mengambil napas dalam dan membuangnya perlahan, berusaha untuk menenangkan diriku. "Baiklah. Besok pagi kamu harus mengantarku, pagi. Aku tidak mau menunggu lama," ucapku yang berjalan pergi untuk kembali ke tempatku sendiri. Saat ada di depan aku melihat mobil merah lamaku yang sepertinya di bawa oleh Chika kemari.
Senyuman mengembang di wajahku. Tanpa kuketahui, wanitaku sudah menjadi wanita hebat yang berani membawa mobil yang selalu dia takuti setiap kali aku memintanya mengendarai. Dia menjadi sosok ibu untuk anakku ketika aku tidak ada disisinya.
"Aku ingin menemui mereka," bisikku yang menyandarkan tubuhku pada pintu mobil merah itu.
∞
"Kita sudah sampai!" ucap Kenar mengumumkan yang kini duduk di sampingku di kursi pengemudi.
Aku memajukkan tubuhku melihat rumah yang di tunjuk oleh Kenar. Sebuah rumah yang tidak besar namun tidak bisa di katakkan kecil. Rumah sederhana yang ditinggali sebuah keluarga kecil dan sederhana.
"Apa kamu yakin mereka ada disini?" tanyaku.
"Tentu saja. Feeling-ku mengatakan Kira ada disini."
"Bagaimana dengan istriku?" tanyaku sedikit kesal sambil memutar mata karena aku tidak menyanyakkan wanitanya.
"Ha ha ha, tenang saja. Jika kita lihat dari sifat Kira, mereka akan bersamanya. Ayo kesana!" ajaknya yang keluar dari mobil.
Aku mengikutinya berjalan di belakang. Dia membuka pagar rumah itu dan mempersilahkanku untuk berjalan lebih dahulu. Aku berjalan ke teras rumah dan berdiri diam di depan pintunya. Debaran dadaku mulai terasa saat membayangkan Chika membukakan pintu untukku.
"Tenanglah Leo," bisikku yang mengangkat tanganku ke udara dan mulai mengetuk pintu kayu di hadapanku.
Satu ketukan ... dua ketukkan ... tiga ketukkan, tapi tidak ada suara. Aku memutar tubuhku menghadap Kenar yang melipat tangannya di belakangku sambil menaikkan kedua pundaknya dengan wajah tak bersalah.
KAMU SEDANG MEMBACA
EXTRA (Her Sweet Breath & His Eyes on Her)
Short StoryKisah mereka yang belum diceritakan sebelumnya; 4K series: • 1.1 - 69 • 1.2 - 143 • 2.1 - Her sweet Breath • 2.2 - His Eyes on Her • 2.3 - EXTRA