3

1.9K 124 0
                                    

Kinal

"Eh, aku nggak salah liat kan?"

Hanya itu reaksiku ketika aku melihat Ve dan Jo disini. Apa mereka sekarang tinggal disini?

Aku memesan kopi untukku dan teman temanku. Saat aku kembali dari kasir, Josaphat melihatku dan menyapaku. Dari sini aku bisa melihat Veranda yang sedang duduk di dekat jendela sana.

"Nal?"

"Eh, Jo. Apakabar?"

"Baik. Lo gimana?"

"Baik. Gimana Veranda, Jo?"

"Baik, Veranda!"

Ia langsung memanggil Veranda dan ia menghampiri kami.

Aku langsung berfikir bahwa.. Veranda memang tidak pernah bercerita pada suaminya tentang semua masalah masalah yang sudah ia hadapi. Termasuk melawan rasa pedih yang menjalar dihatinya. Aku tahu raut wajah Veranda berubah ketika ia melihatku disini. Raut wajahnya yang bosan dan sayu berubah menjadi lebih senang ketika melihatku.

"Hai, Veranda." sapaku agak kaku.

"Hai, Kinal. Lama tak bertemu ya?"

"Hahaha. Iya, sudah lama sekali."

"Lho, apa kalian tidak bertemu dikantor saat Veranda resign?" tanya Josaphat

"Ah. Iya, aku sedang tidak ada dikantor saat itu."

"Oh. Oke. Silahkan mengobrol. Kalian pasti sudah lama tidak bertemu kan?"

Veranda meng-iyakan. Aku mendengar Jeje, Naomi, dan beberapa termanku tertawa cekikikan dimejaku. Dasar!

"Ada apa?" tanyaku ketus. Aku tidak mau terjebak lagi. Aku hanya ingin menjalani hidupku dengan tenang dan damai.

"Kenapa kamu menghilang?"

"Apa?"

"Kenapa kamu menghilang?"

"Veranda. Cukup. Kita sudah mempunyai jalan masing masing."

"Jangan pernah berbohong padaku. Aku tahu kamu tidak bisa hidup tanpaku."

Veranda terdiam sejenak.

"Termasuk aku, Kinal. Aku juga tidak bisa hidup tanpamu."

"Lalu bagaimana dengan Jo? Dia yang telah mencintaimu sepanjang waktu tapi kamu malah memilihku? Seorang perempuan yang tidak bisa menjamin bisa membahagiakanmu? Ingat, Veranda. Kita adalah 2 orang terlarang yang memang tidak ditakdirkan bersama."

"Ini."

Veranda menyodorkan sepucuk surat usang yang sepertinya sudah lama sekali ingin ia berikan padaku.

"Bacalah, dan hubungi aku."

Veranda pergi dan aku tetap terpaku di dalam cafe itu.

"Apa yang akan kamu lakukan, Veranda? Apakah kamu mau menghancurkan pertahananku?"

Author POV

Kinal pulang ke Hotelnya. Sudah larut malam dan matanya tidak juga bisa menutup. Naomi sudah tertidur daritadi. Ia juga tidak terlalu bereaksi tentang pertemuan Kinal dengan Veranda tadi.

Kinal memutar mutar surat itu. Ia bingung apakah ia siap membukanya? Apa reaksinya nanti? Apakah surat ini menjadi bom yang akan menghancurkan pertahananku?

Akhirnya Kinal membuka surat itu. Ia hanya menemukan 4 baris kata bertinta hitam, lalu 8 baris selanjutnya ditulis tidak terlalu jelas - mungkin karena ia kehabisan tinta atau.. memang itu keinginan Veranda?

Kinal membaca surat itu perlahahan.

If there is a road made just for you.
That road is right there in your heart
If you can, endure it through
Then put all of your soul into trusting it.

Holding you, holding you. It's in you. River Flows In You.
Slowly, more slowly.
There is a river flowing inside you.
Waiting the waiting.

I want to throw my heart to you
So that I can always feel you
If you can, hold onto it just a bit longer
Then try to put all your heart into it.

Kinal, There is a river flows in you. Sungai sama dengan kehidupan.
Maka kehidupanku ada dalam hidupmu.
Maka aku tidak bisa hidup tanpamu.
Kembalilah.




Veranda

Aku yakin Kinal sudah membaca suratku.

Kinal bagiku seperti sebuah sungai.

Sungai menggambarkan kehidupan itu sendiri. Dengan adanya sungai, banyak kehidupan di sekelilingnya yang ikut bertumbuh: rumput yang membentang, pepohononan tinggi menjulang serta tanaman-tanaman yang meskipun liar tetapi indah dipandang. Hidup kita juga seharusnya seperti sungai, menjadi sumber kehidupan dan berkat bagi orang-orang yang ada di sekeliling kita.

Kinal menjadi sumber kehidupanku. Ia bisa membuatku tersenyum ketika hatiku mungkin ingin menangis dengan keras. Ia bisa membuatku tertawa padahal suasana hatinya sendiri sedang tidak memungkinkan.

Surat itu kutulis ketika aku menemukan Macbook lama Kinal yang terbawa olehku saat aku pergi dari apartemennya. Disana ada Video saat aku dan Kinal masih SMA. Waktu itu Kinal main kerumahku dan langsung terpana ketika melihat sebuah piano tua besar milik Ayahku.

Kinal bertanya. "Apakah aku boleh memainkannya?" aku menjawab : "Oh ya, tentu."

Lalu jari jarinya dengan lincah memencet satu persatu tuts itu, dan akhirnya aku tahu kalau lagu yang ia mainkan itu judulnya River Flows In You dari いるま

Aku menangis ketika aku melihat Video itu. Aku terus menerus menyalahkan diriku. Kenapa, bodoh. Kenapa? Kenapa kau menyakiti orang setulus Kinal?

Kau adalah bidadari jahat!

Ya. Aku adalah bidadari jahat.

Dan mungkin aku tidak akan pernah memaafkan diriku sendiri.

TBC

River Flows In YouWhere stories live. Discover now