Veranda
Ah. Bisa duduk dikursi sambil melihat keheningan kota diluar sana.. dari ketinggian ini. Sudah lamaaa sekali aku tidak merasa nyaman seperti ini. Eh, Yohannes sama Vienny dimana ya?
"Vienny?"
"Eh, hai."
"Kamu kurusan ya sekarang?"
"Ah, nggak juga."
"Di Jepang makan apa, Vin?"
Aduh, mampus ditanyain beginian!
"Sushi, ya semacam itu lah, Ramen, Udon.."
"Veranda suka Sushi, Tapi aku nggak."
"Ey, kenapa sih galau mulu?"
"Ya.. nggak... kan .. kamu tau hubungan terakhir aku sama Veranda gimana.."
"Hush. Jangan sedih gitu ah. Ntar aku nangis.."
eh, sadar diri woy, lo kan lagi ada di raganya vienny!
"Kenapa kamu yang nangis?"
"Kan aku temen kamu. Kalo kamu sedih ya aku juga sedih lah."
*saae nih mba veranda.
"Makasih udah ada buat aku, Vienny."
Kinal memelukku.
lagi, untuk pertama kalinya.
"Mau makan, nal?"
"Nggak. Kamu aja gih."
"Aku gamau makan kalo kamu nggak."
"Yaudah, aku mau ngopi, mau ikut?"
"Mau!"
"Ayo."
Kinal langsung beranjak dari kursi yang tadi ia tempati, aku bangun - mengambil kunci mobil ku - kunci mobil vienny lebih tepatnya dan langsung pergi.
Tapi langkah Kinal terhenti di pintu kamar hotel.
"Kenapa?" tanyaku.
"Kamu mirip Veranda. Persis. Di jepang kebanyakan makan sushi ya jadi mirip gini?"
"Eh?"
Ey, bgzd. Gue veranda, tauk!
"Itu perasaan kamu aja kali, nal. Mana ada sih?"
"Eh, tapi semua yang kamu lakuin.."
"Ssst. Udah, ayo, mau ngopi nggak?"
"Okeoke."
Kami keluar dari hotel dan Kinal mengendarai mobil menembus keramaian kota Semarang yang indah ini. Ntah sudah berapa lama aku tidak merasa sebahagia ini.
Eh, ada message. Dari Scheduler, Yohannes.
Baru aja ditanyain. Eh muncul orangnya.
Scheduler : "Ketemuan sama gue di lorong hotel nanti malam. Jam 12, tepat, gapake telat."
J Veranda : "Iya, gue lagi bahagiain doi neh."
Scheduler : "Gue ga peduli. Jalanin aja."
J Veranda : "Gue mau nanya dong."
Scheduler : "Cepet, gue gabanyak waktu."
J Veranda : "Kalo dalam 30 hari, Kinal tau gue Veranda, gimana?'
Scheduler : "Nggak boleh sampe ketauan."
J Veranda : "Kalo ketauan?"
Scheduler : "Bacot mulu ah. Udah tau kan kalo gagal apa akibatnya? Udah. Bye."
"Jutek amat." dengusku.
Nggak butuh waktu lama, akhirnya kami sampai di cafe itu. Kami berlari masuk karena tuhan sedang baik hati. Hujan turun!
Aku memilih ruangan yang lebih sepi di lantai 2. Dekat jendela. Agar aku bisa merasakan butiran embun yang menempel di jendela itu.
Lantai 2 itu sangat sepi. Hanya aku dan Kinal yang ada disana. Alunan musik Jazz berpadu dengan ritme hujan turun menjadi sebuah irama yang indah.
"Nal?"
"Ya?"
"Boleh senderan nggak?"
"Boleh. Sini."
Ah. Rasanya masih sama seperti dulu. Hangat dan nyaman. Tidak ada yang lebih nyaman dari dada dan Punggung Kinal. Tidak ada."
"Kinal."
"Ya?"
"Kenapa sih sayang banget sama Veranda?"
"Hehe. Mungkin lebih tepatnya, aku yang lebih sayang sama Veranda, Verandanya mah nggak. Cinta bertepuk sebelah tangan, gitu."
"Masa sih?"
"Lho, kamu gatau kalo Veranda udah nikah?"
"Tau sih.."
"Kalo Veranda sayang sama aku, mungkin dia nggak akan punya hubungan lain dibelakang aku. Mungkin dia nggak bakal nikah sama orang lain. Mungkin dia... nggak akan terima Josaphat, Vin."
Kinal menangis.
Aku tertusuk.
Benar benar.
Kinal sangat terpukul. Ia menutupi semuanya demi aku. Agar aku tetap bahagia.
"Sekarang, Vin. Aku cuman punya kamu, sama Naomi. Jadi tolong, ya. Untuk sekarang.. Jangan ada yang bahas Veranda dulu."
"Kalo kamu benci Veranda, kenapa kamu nggak bunuh aja dia? Kenapa kamu nggak lepas aja selang selangnya biar Veranda mati sekalian, Nal?!"
"Vin.."
"Nal, Veranda mungkin udah nyakitin kamu. Tapi sekarang dia sekarat dan dia sendirian. Josaphat udah meninggal. Tinggal kamu aja satu satunya harapan Veranda."
"Vin, kamu nggak pernah ngertiin perasaan aku. Aku udah disakitin sama Veranda sampe begini. Aku berusaha nyelametin dia, tapi..."
"Coba sekarang aku yang tanya. Kalo kamu benci Veranda, kenapa sekarang kamu nggak bunuh dia aja? Toh, dia udah sekarat, kan?"
"....."
"Kamu masih sayang sama dia, Nal. Cinta itu buta. Cinta itu nggak butuh logika. Kayak kamu. Udah disakitin, tetep masih sayang kan? Tetep jagain dia walaupun dia udah milih orang lain untuk masa depannya?"
Kinal terdiam.
"Aku pergi dulu."
Kinal langsung bangun dari bangku itu dan pergi
"Mau kemana, nal?"
"Ingin mencerna apa yang sudah ku lewati akhir akhir ini."
:')
Mengerti bahwa memaafkan itu proses yang menyakitkan. Mengerti, walau menyakitkan itu harus dilalui agar langkah kita menjadi jauh lebih ringan. Ketahuilah, memaafkan orang lain sebenarnya jauh lebih mudah dibandingkan memaafkan diri sendiri.
TBC
YOU ARE READING
River Flows In You
Fiksi PenggemarRaga yang tak berjiwa. Sebutan yang pas untuk seorang devi Kinal Putri ketika ia dikhianati oleh 'kekasih' dan Pacarnya, Jessica Veranda dan Brandon. Ia memilih untuk egois pada perasaannya, Sampai suatu hari ia harus memilih untuk egois pada pilih...