2

2.2K 130 1
                                    

Kinal


Sudah beberapa malam ini aku tidak bisa tertidur. Masalah perasaan memang agak susah untuk dijelaskan, ya?

Naomi tertidur pulas dikasur. Aku masih duduk dikursi malas dekat jendela besar yang dulu menjadi singgasana Veranda. Langit Jakarta malam ini sedang cerah. Bulan menyinari langit dengan indahnya. 

Banyak hal hal yang tidak bisa dijelaskan dalam hidup ini. Termasuk perasaan.

Dulu, aku selalu menuliskan semua curhatan hatiku karena aku tidak bisa mengungkapkannya dengan lisanku. Aku selalu rajin membeli sebuah notes untuk menuliskan curhatan curhatan hatiku.

Sampai seorang wanita cantik yang wajah dan kenangannya masih membekas dihatiku, Jessica Veranda, datang ke kehidupanku dan merubah segalanya.

Sejak aku mengenal dan dekat dengannya, aku jadi bisa mengungkapkan apa yang kurasakan. Aku bisa mengatakan apa yang kurasakan. 

Tapi sejak aku kehilangan sosoknya, Kini aku tidak bisa lagi mengungkapkannya. Maka aku menuliskannya dalam Macbook pribadiku.

Aku ingat sekali, Veranda sangat mencintai Novel. Ntah apa yang menarik dari buku buku tebal dan berisi tentang fiksi fiksi itu. Apalagi Veranda adalah seorang penggemar genre detektif yang belum tentu ada dalam kenyataan di dunia ini.

Veranda sangat bahagia saat ia menemukan sebuah buku tebal berisikan diary diary milikku. Dia berkata : "Kenapa sih nal nggak dibikin novel aja, padahal ceritanya bagus."

"Kita itu hidup sama seperti drama. Sama aja kaya di sinetron. Cuman kalo di sinetron pake script, kalo di dunia nyata, ya spontan aja, gaada scriptnya."

Senyum Veranda terbayang dengan jelas di mataku. Kenapa ingatan itu selalu muncul? Kenapa, tuhan. Kenapa?

Apakah aku harus selamanya terjebak?

Cukup! Aku harus menyiapkan barang barangku untuk liputan ke Jawa Tengah besok. Semoga bayangnya tidak menghantuiku lagi.




Veranda


Dulu, aku pernah menemukan sebuah buku usang dibawah tempat tidur Kinal. Ternyata itu diarynya.

Aku juga pernah menyobek satu kertas dimana disitu ditulis sebuah kalimat indah yang ia ambil dari Instagram Adinia Wirasti.

Kertas yang sampai saat ini masih kusimpan dalam dompetku.

"Aku ingin menulis surat. Meminta maaf atas nama cermin dan kaca jendela, langit dan cahaya. Juga segala yang tidak pernah percaya kepada matamu pada pagi hari. Selamat pagi, Apa kabar? Kenyataan ialah api yang berkobar di dalam dadaku dan inginku. Atau segala yang berkibar diantara anganmu dan tanganku. Ditempat sejauh dan sedekat ini. Apakah, aku tidur di mimpimu?"

A.M -


Kinal suka sekali menulis. Ia tidak pandai mengungkapkan kata hatinya lewat lisan. Maka ia memakai kertas dan pena sebagai media untuk mencurahkan isi hatinya.

Kalian tau apa kebiasaan Kinal?

Mencari quotes. Di instagram, google, buku novel. Bahkan ia menandai semua quotes yang ia temukan dalam buku buku novel yang ia sudah baca. 

Ntah apa yang istimewa dari itu. Memang aneh, ya.


Josaphat masih asik dengan setir mobil Jeep yang ia sewa selama kami liburan di Jawa Tengah ini. Berkali kali ia merubah lagu lagu yang diputar di mp3-nya, tapi aku tidak peduli. Aku masih bingung pada perasaanku. Juga bayang bayang yang terus menghantuiku.


Dari Boyolali, aku dan Josaphat melanjutkan perjalananku ke Semarang. Yang kutahu tentang Semarang hanya Lumpia-nya yang enak dan beberapa makanan lainnya.

"Kita mau kemana nanti disana?" tanyaku

"Ke Kota Tua, makan lumpia, pastinya, Nongkrong di simpang Lima?"

"Okay."

Aku tertidur.

Aku bangun dan ternyata kami sudah sampai di Kota Tua Semarang yang terkenal ini.

Josaphat turun - membawa kameranya dan mulai memotret sekitar. Sementara aku masih memoles lagi lipstiku yang luntur dan memoles sedikit bedak di wajahku.

Aku turun dari mobil. Jo menggandeng tanganku. Ia menyuruhku berpose di beberapa tempat, Kami berselfie ria disana, kami mengelilingi tempat itu sampai lelah.

Kami duduk disebuah kedai kopi. Jo memesan 2 kopi sambil melihat lihat hasil foto-fotoku tadi.

Lalu, tiba tiba 5 orang datang dan duduk di meja yang sama denganku dan Jo. Mereka sepertinya Jurnalis yang sedang meliput Kota Tua Semarang ini.

Dan aku mendengar suara yang khas di telingaku.


"Mau pesen berapa? Gue yang bayar deh. Kan gue baik." kata Wanita itu sambil mengeluarkan dompetnya.

"Uang lo kan lancar ye Nal." timpal salah satu temannya.

"Tapi kisah cintanya nggak lancar." balas salah satu temannya lagi.

Perempuan yang dipanggil 'Nal' ini hanya terdiam sementara teman teman lainnya tertawa.

Aku menengok kearahnya dan ternyata.. Benar.

Dia.

Devi Kinal Putri.

Sungai yang selalu membuatku damai dalam arusnya.


Menemukanmu, tidak hanya dalam lamunanku, segelas kopi dan didalam pertemuan pertemuan yang tanpa disengaja ini.


TBC

River Flows In YouWhere stories live. Discover now