Safe Place

4K 539 45
                                    

"Tolong tekan luka saya, Ay," pinta Elang seraya menggeram menahan perih

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Tolong tekan luka saya, Ay," pinta Elang seraya menggeram menahan perih.

"Tapi nanti kamu kesakitan, Mas."

"Saya harus menghentikan pendarahannya sementara. Kalo kayak gini terus, kita bisa membusuk di sini."

"Oke, oke." Aya menurut, hati-hati ditekannya luka Elang tanpa tenaga.

"Kalo kayak gitu mana bisa berhenti. Lebih kenceng lagi, Aya!" protes Elang susah-payah melepas ikatan dasinya.

"Gini?"

"Aw,"

"Nah kan, kamu sakit."

"Nggak papa. Tahan ya," Elang berusaha mengikat lukanya dengan dasi, berharap ia akan bertahan sadar lebih lama. Sesekali kepalanya menoleh, mengawasi sekitar.

"Maafin aku ya Mas," lirih Aya menyesal.

"Maaf lagi. Semua nunggu kita di safe house, kamu cukup bertahan sebentar lagi."

"Luka kamu," Aya tidak melanjutkan ucapannya. Ia terisak, takut Elang akan mati di depannya.

"Saya nggak akan mati cepet. Sekarang gini, kamu ambil mobil di basement parkir belakang. Saya ambil senjata di gudang penyimpanan."

"Kamu dengan kondisi kayak gini?"

"Kamu percaya saya?"

"Mas Elang, ini bukan latihan 'kan?"

"Enggak. Sama sekali bukan latihan. Saya cuma punya handgun, nggak bisa ngelindungin kamu lebih leluasa. Tetep merunduk dan pencet tombol ini kalo kamu udah sampe parkir belakang."

"Tapi Mas--"

"Saya cuma punya 4 peluru, kalo musuh yang datang ke kamu lebih dari 7, saya susul."

"Mas, kamu nggak papa aku tinggal?"

"Saya yang balik tanya. Kamu siap berperang?"

Aya mengangguk ragu. Ditolehnya pekarangan istana yang lengang, sepi dengan beberapa tubuh yang tergeletak tak dikenal. Elang bergerak, dibantunya Aya turun dari loteng meski ia harus menahan sakit di bahunya saat Aya menginjaknya.

"Mas, maaf,"

"Nggak papa." Elang meringis, "Siap?"

"Kamu nyusul aku ke parkir kan Mas?"

"Secepatnya."

Aya berdiri. Ia menguatkan dirinya untuk menghadapi malam panjangnya. Elang menatapnya tajam, membuat Aya melirik lukanya yang kian parah.

"Apa kita nggak bisa pergi bareng aja Mas? Aku--" Aya menggantung kalimatnya. "Aku takut Mas."

Mendengar ucapan Aya, Elang maklum. Ia akhirnya mengangguk, meraih jemari Aya agar berada di pundaknya. "Kita jalan sekarang. Kamu harus jadi spotter saya, kasih tau kalo ada musuh yang mendekat biar bisa langsung saya tembak."

Angel Eyes-Indonesian Secret Service (Akan Diterbitkan Dengan Perubahan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang