15 hari menjelang Bulan Merdeka..
Aya tengah sibuk di meja kasirnya. Beberapa hari ini ia memang lebih suka berada lama di toko bunga. Jika di dalam istana negara, pikirannya hanya berfokus pada Bulan Merdeka dan juga Elang. Sepertinya ia memang sudah jatuh hati pada pelindung keluarganya itu.
"Selamat datang!" sambut Nafisa pada pengunjung di depan.
Aya tersentak. Ia berdiri dari kursinya dan menengok siapa yang datang. Ia memaku di samping vas anyelir merahnya tanpa suara. Di ambang pintu sana, ia melihat lukanya semakin mendekat. Ia tidak ingin sakit hati, namun sesuatu di dalam dadanya tetap terasa nyeri.
"Mas Elang," sapa Aya ramah.
Elang balas tersenyum, menunduk hormat. Di dalam genggaman tangannya ada jari seorang gadis, tinggi semampai, kulit putih bersih, berambut panjang dan luar biasa cantik. Kedatangan Elang bukan dalam rangka untuk bertugas melindungi Aya, tetapi murni mengunjungi toko bunga itu.
"Aya!" sapa Elang balik. Ia menarik gadis di belakangnya agar sejajar dengannya. Senyum bahagia jelas tergambar dalam wajah mereka.
"O-o, ada yang bisa saya bantu Tuan Indonesian Secret Service?" ledek Aya berusaha menutupi gundahnya.
"Apaan sih Ay. Oh, kenalin, ini Desy, yang--"
"Yang kamu bawain bunga dari sini tempo hari. Iya 'kan? Halo Mbak Desy," tebak Aya benar-benar pandai memainkan perannya.
Desy menunduk santun, lesung pipinya tercetak sempurna saat ia mengembangkan senyum. Diterimanya uluran tangan Aya, denyut nadi dan hati Elang yang memang selalu beriringan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Angel Eyes-Indonesian Secret Service (Akan Diterbitkan Dengan Perubahan)
Roman d'amourKetika seorang anak perempuan terlahir dari rahim malaikat bertahta ibu negara. Ia tumbuh dan besar dalam lingkungan keras negara Indonesia baru yang tak ramah baginya. Sejarah masa lampau berulang, ketidakpuasan akan janji yang terabaikan menjelma...