You (Chapter 1)

8K 339 11
                                    


     Musim dingin tiba lebih awal. Tidak seperti yang Yoona bayangkan. Ia bahkan belum mendapatkan jaket impiannya. Jaket yang ayahnya janjikan untuknya. Berharap bisa mengawali musim dingin ini dengan jaket barunya, namun sayangnya hingga saat ini ia belum juga mendapatkannya. Menginjak-injak tumpukkan salju dengan kesal. Kesal terhadap ayahnya yang telah mengingkari janjinya.



     Terdengar suara kericuhan dari sebuah gang, sebuah gang yang berada tidak jauh dari rumahnya. Yoona tidak menghiraukan suara itu. Ia terus menghentakkan kakinya ke tumpukkan salju, bahkan semakin kuat. Suara itu terus mengganggunya, ia masih menahan dirinya untuk tidak bertindak, namun ketika terdengar suara seseorang, seseorang yang sangat ia kenal. Dirinya sudah tidak mampu bertahan. Kakinya dengan lincah berlari guna menghampiri suara tersebut.

"Menjauh darinya!" teriaknya.

"Yak, apa kau tidak bisa menjaga ayahmu? Bawa dia menjauh dari sini! Dia sudah mengganggu kenyamanan pelangganku!" ujar seorang pria yang sedang menggenggam pisau.

"..." tidak menghiraukan ucapan pria itu, Yoona hampiri ayahnya. Membantu ayahnya berdiri dan membawa ayahnya kembali kerumah mereka.



     Mengambil sebuah kotak yang berisikan obat-obatan dan segelas air putih. Memberikan itu kepada ayahnya yang sedang duduk termenung di hadapan televisi. Tidak ingin mendengarkan apapun, Yoona langsung meninggalkan ayahnya dan masuk kedalam kamarnya. Ia sudah sangat bosan melihat ayahnya mabuk-mabukkan seperti itu.

"Yoona-a, mianhae." ucap ayahnya lirih. Walau ia sudah berada didalam kamarnya, Yoona masih dapat mendengar perkataan ayahnya. "appa tidak akan menyerah, jadi sabarlah. Appa pasti akan membelikanmu jaket itu." suaranya terdengar lelah. Didalam kamarnya, Yoona mencoba menguatkan dirinya, menguatkan dirinya agar tidak meneteskan air mata.



     Udara dingin menusuk tubuhnya perlahan, semakin menusuk hingga membangunkan dirinya dari tidurnya. Ketika ia membuka matanya, dilihatnya kamarnya gelap tanpa penerangan. Ia mengulurkan tangannya untuk menghidupkan lampu kamarnya, tidak bisa. Ia menghela nafas dengan berat. Seakan mengerti apa yang sedang terjadi. Ia pun bangkit dari tidurnya, menoleh ke jendela kamarnya yang ternyata tidak tertutup. Pantas saja kamarnya menjadi sangat dingin. Tangannya membeku, tidak, bukan dikarenakan kedinginan, tetapi dikarenakan melihat sebuah tontonan dari balik jendela itu.



     Ayahnya duduk meringkuk di halaman rumahnya. Isak tangis ayahnya terdengar jelas olehnya. Dengan cepat ia tutup jendela kamarnya. Tidak ingin melihat tontonan menyedihkan itu. Mengatur nafasnya dan mencoba untuk tetap tenang. Ia tidak boleh meneteskan airmata. Ia melangkah menuju dapur, dilihatnya sebuah tudung saji diatas meja makan. Ketika diangkatnya tudung saji tersebut, dilihatnya uap panas mengepul diatas semangkuk sup, dan dibacanya memo yang menyelip dibawah mangkuk.



'Makanlah, malam ini sepertinya appa tidak bisa pulang. Jadi berhati-hatilah, kunci semua pintu, jangan pergi kemanapun, mengerti?'



     Dengan cepat ia berlari guna menghampiri ayahnya. Kosong. Ayahnya tak lagi terlihat di sana. Dirasakannya getaran dalam tubuhnya. Sungguh, ia sudah tak mampu menahan kesedihan itu. Dan untuk kesekian kalinya ia berhasil menahannya. Ia kembali ke meja makan, dan perlahan menyantap sup buatan ayahnya. Dengan matanya yang mulai berkaca-kaca, dan dadanya yang mulai terasa sesak. Sesak dikarenakan menahan tangis. Yoona menyantap makanan itu didalam gelap.



     Ia memilih berjalan-jalan disekitar rumahnya. Dengan jaket tebalnya yang memiliki banyak sobekan di setiap sisinya. Kakinya terus melangkah. Menikmati indahnya langit pada malam itu, dengan gemerlap bintang yang bersinar indah. Namun, tetap saja ia tidak bisa tersenyum. Kondisinya saat ini terlalu menyedihkan.

You (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang