Setelah mendengar penolakan Yoona untuk tinggal bersamanya. Dan mengetahui bahwa Yoona akan tinggal di sebuah pabrik, yang ia ketahui terdapat seorang pria disana. Seorang pria yang telah berhasil membuat Yoona tersenyum dan bersikap malu-malu. Ya, Kai masih sangat mengingat kejadian pada hari itu. Dimana ia menemukan Yoona tengah bersama seorang pria di depan sebuah pabrik. Hal itulah yang membuatnya merasa terpukul. Wanita yang selama ia sayangi, menyukai pria lain. Itu diluar perkiraannya.
Sepanjang perjalanannya setelah meninggalkan rumah Yoona, tidak mengetahui arah tujuannya. Ia mengendarai motornya yang berakhir kehilangan fokus. Seluruh pikirannya dipenuhi dengan rasa kekecewaannya terhadap Yoona. Tidak menatap kedepan, pandangannya mengabur berkat emosi yang tengah mejalar keseluruh tubuhnya. Pada akhirnya ia tidak bisa menghindari itu. Tabrakan keras terjadi. Motornya terpental setelah menabrak mobil yang melaju kencang tepatnya melaju kearahnya. Itu karena Kai masuk ke jalur yang salah. Tentu setelah itu Kai tidak sadarkan diri. Ia kehilangan banyak darah.
Sampai saat ini ia masih tidak sadarkan diri. Dibantu dengan beberapa alat untuk membantunya bertahan. Selang infuse terlihat, selang oksigen dan juga banyak kabel yang tertempel di badannya. Dengan matanya yang terus tertutup. Tentu sangat menyakiti keluarganya, yang hingga sekarang tetap menemaninya disana. Juga gadis itu. Yuri. Terus menangis tak mampu menahan rasa takutnya. Meski dokter sudah mengatakan bahwa Kai akan segera sadarkan diri, itu tidak membuat air matanya berhenti mengalir.---
Terus berlari tanpa sekalipun berjalan. Langkah cepatnya terus bergerak cepat setelah menuruni taksi yang mengantarkannya kerumah sakit itu. Mendapatkan informasi dari seorang perawat tentang keberadaan kamar Kai. Yoona kembali berlari, tidak menghiraukan pandangan orang. Satu-satunya harapannya, Kai baik-baik saja.
Dilihatnya ayahnya Kai dan adiknya sedang duduk di depan kamarnya. Ragu-ragu ia melangkah menghampiri mereka. Hal pertama yang terjadi yaitu, Irene selaku adiknya Kai berlari ke arahnya, dan memeluknya. Suara tangisnya membisik Yoona, semakin membuatnya mengkhawatirkan keadaan pria itu.
"Eonni.. oppa.." ucapnya yang terus terisak.
"Tenanglah.. dia pasti akan segera sadarkan diri." meski begitu, Yoona tetap tidak bisa tenang.
"Irene-.. biarkan Yoona masuk kedalam." kata ayah pria itu yang masih duduk menatap kosong ke lantai. Irene melepaskan pelukannya dari Yoona. Tidak sanggup menatap Yoona. Ia menundukkan wajahnya dan kembali duduk disamping ayahnya.---
Mengamati pintu yang ada dihadapannya. Ada rasa takut untuk masuk kesana. Tidak kuat melihat keadaan Kai yang seperti itu. Tapi tetap saja tangannya bergerak guna membuka pintu tersebut. Jantungnya memompa dengan berat. Tangannya terasa dingin dengan keringat yang mulai membasahi keningnya. Suara alat pendeteksi jantung mengisi kamar itu. dan juga suara tangis seorang gadis yang sedang duduk di sofa. Tentu Yoona mengenal suara itu. Hal pertama yang ia lakukan yaitu menghampiri Yuri dan langsung memeluknya. Ia tahu betul bagaimana perasaan sahabatnya pada saat itu.
"Eotteokhaji?" bisiknya kepada Yoona. Berusaha untuk tegar, Yoona elus pundaknya. Ia semakin menangis dengan hebat.
"Jangan begini, dia bisa mendengar suaramu." kata Yoona yang masih berusaha terlihat tenang. Yuri semakin memeluknya erat.
"Aku tidak kuat melihatnya seperti itu. Apa yang harus aku lakukan? Oo? Yoong-a.. Apa yang harus aku lakukan?"
"Yuri-a.. tenanglah.. kita hanya perlu menunggu. Seperti yang dikatakan dokter, Kai akan segera sadarkan diri. Kita hanya perlu menunggu waktu itu tiba." Yoona melonggarkan pelukannya. Mengamati wajah Yuri yang pucat seakan tidak ada darah yang mengalir disana. Sembari menyeka air mata sahabatnya itu. Ia membawa Yuri keluar dari kamar itu.
"Kenapa kau membawa aku keluar?" tanya Yuri yang baru menyadarinya.
"Irene-a, pergilah ke kantin yang ada dibawah. Wajah kalian sangat pucat, jangan sampai kalian jatuh sakit." perintahnya yang tidak dapat menemukan keberadaan ayahnya Kai disana. Yuri terlihat enggan. Tapi karena Irene telah menarik tangannya dan memaksanya untuk ikut, mereka pun pergi dari hadapan Yoona. Menghela nafasnya sejenak, mencoba tetap tenang. Yoona kembali masuk kedalam kamar itu.