Gara-gara Hujan

14.8K 2.2K 61
                                    

Duarrrrrr!!!!
Beberapa kali petir menggelegar membuat Prilly memundurkan tubuhnya makin tak ada jarak dengan dinding koridor depan kelas.

"Yah, hujan...geledek pula, takuttt..." rengek Prilly berbicara sendiri. Tadi Andreas memberi kabar melalui pesan singkat kalau tak ke kampus karna ada yang diurus. Sedangkan Ali kan tak sekampus tapi kampusnya dengan kampus Ali tak terlalu jauh sebenarnya. Mungkin dia juga sama tak kekampus karna ada yang diurus. Kalau urusan Ali sih beda pasti urusan ceweklah. Kayaknya tadi Loly nggak ada juga deh. Pasti mereka bolos kuliah karna kencan. Loly sekampus sama Prilly. Dari Prilly juga Loly bisa mengenal Ali lebih dekat. Tadinya Ali dan Loly ketemu sendiri waktu jalan-jalan ke Mall. Tau-tau begitu Ali waktu itu kebetulan menjemput Prilly karna motor Prilly sedang dibengkel Loly melihatnya dan langsung menyerang Prilly dengan berbagai macam pertanyaan.

"Dia siapanya lo? Bukan pacarkan?"

"Bukan, dia kakak gue!"

"Sukur deh..."

Mata Loly berbinar waktu itu. Dan sejak itu Loly selalu bertanya tentang Ali, bahkan Loly mau-maunya main kerumah hanya untuk bisa bertemu Ali dengan berbagai alasan pada Prilly. Pinjam catatan, pinjam novel, pinjam contoh tugas sampai pinjam pulpen. Kan nggak mutu banget pinjamnya. Mungkin kalau sedotan bisa dipinjam dia akan pinjam juga kali. Prilly meringis.

"Nggak sekalian pinjam Ali-nya aja, biar lo bisa kekep dirumah lo?" Sindir Prilly dengan nada bercanda. Loly mencubit lengannya tapi dengan wajah tanpa malu. Agresif banget. Prilly heran kenapa Ali bisa mau sama cewek agresif. Eh tapi, namanya juga Ali. Kesempatan dalam kesempitan. Mumpung ada yang suka, apalagi suka traktir.

"Gue kan nggak pernah bilang sayang atau suka sama cewek-cewek itu, Mpril, mereka juga yang mau-maunya ngajakin gue kemana-mana, nonton ayoo, makan oke, belanja baju iya aja gue, kan mereka bayar sendiri!"

"Idihh, nggak modal banget lo jadi cowok!"

"Lah, merekakan minta temenin, gue jujur aja nggak bisa ngajak mereka ketempat-tempat kayak gitu terlalu sering, jujur aja gue kasian sama bokap nyokap dikampung, mereka mati-matian nyariin duit buat gue biar gue bisa sekolah tinggi-tinggi masa gue habis-habisin cuma buat gitu-gituan doang!"

Intinya sih bukan itu sebenarnya. Belum ada cewek yang bener-bener harus diperlakukan istimewa. Nggak ada yang bener-bener bikin Ali jatuh cinta dan melakukan apapun yang membuat cewek itu bahagia.

"Berarti gue beruntung dong ya Li, Andreas ngelakuin apa aja buat gue supaya gue seneng..." sahut Prilly lagi.

"Ya syukur, jangan macem-macem, awas aja kalau sampai nggak bikin lo bahagia, bisa runyam urusannya!" balas Ali membuat Prilly tersenyum sumringah karna ge-er. Baik banget sih Mali-nya gue, babang sweethearth sayang dedek gemeshh. Pikir Prilly terlihat senyum-senyum membuat Ali menatapnya aneh.

"Kenapa sih lo?"

"Enggakk, lo babang sweethearth sayang dedek gemeshh," Prilly terkekeh.

"Jangan ge-er, gue cuman takut aja kalau lo patah hati bisa galau trus nggak ada yang urus rumah!"

Pakkk!!!
Tangan mungil Prilly melayang kebahu Ali. Menyesal sudah ge-er dan senyum-senyum tadi. Prilly mengerucutkan bibirnya jengkel.

"Sakit dedek gemeshhh, tangan lo kecil-kecil kayak cabe, pedessss!!" Ali meraih tangan Prilly lalu menggigitnya.

"Awwhhhh, Maliiiiiii!!!!!"

Prilly melemparkan bantal sofa kearah Ali ketika Ali kabur masuk kedalam kamarnya. Prilly tersungut sambil mengelus tangannya yang baru saja digigit Ali. Memang udah biasa mereka seperti itu. Kalau nggak saling gigit saling pencet pipi. Yang sadisnya lagi terkadang saling pukul dengan bantal. Eh, nggak sadis sih.
Sama sekali mereka merasa tak ada getaran. Biasa. Saling rangkul dan saling gelendotan manja terutama Prilly.

Jodohku Ternyata Kamu (Tersedia Versi Cetak)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang